Peran Kecerdasan Buatan Untuk Strategi Bisnis Berkelanjutan

Ilustrasi Kecerdasan Buatan dan Keberlanjutan. Sumber :  prindonesia.co
  • Kecerdasan buatan akan berkembang seiring dengan komitmen para pelaku bisnis dalam penerapan teknologi yang lebih modern.
  • Strategi bisnis dengan peran AI : efisiensi energi, optimal rantai pasok, dan circular economy.
  • Peran AI pada Tesla memiliki dampak positif terhadap keberlanjutan baik sosial atau lingkungan.
  • Tantangan penggunaan kecerdasan buatan yaitu pengelolaan sistem AI terhadap produk yang menerapkannya sehingga menjadikan sistem yang bertanggung jawab.

Halo Sobat EBT Heroes!

Seiring berkembangnya teknologi, tuntutan untuk melakukan perubahan demi kemajuan dan kesetaraan dengan teknologi itu sendiri menjadi semakin penting. Teknologi memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi krisis lingkungan yang berkepanjangan. Contohnya, tahun 2024 tercatat sebagai salah satu tahun terpanas dalam sejarah. Fenomena ini menunjukkan adanya keterkaitan yang kuat antara perubahan iklim dan kemajuan bisnis, di mana keduanya dapat memengaruhi struktur rantai pasok, biaya operasional, hingga aset perusahaan.

Untuk mencapai target Net Zero Emissions, pelaku bisnis perlu mengadopsi prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance), mengurangi emisi karbon, serta menerapkan konsep keberlanjutan dalam operasional bisnis. Tanpa upaya ini, bisnis berisiko kehilangan kepercayaan konsumen dan mengalami penurunan citra di mata publik.

Menjawab tantangan tersebut, muncullah teknologi modern berupa kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini mampu membantu perusahaan dalam mengontrol konsumsi energi, memantau emisi karbon, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Namun demikian, efektivitas AI dalam sistem keberlanjutan sangat bergantung pada komitmen pelaku bisnis dalam menerapkannya secara etis dan bertanggung jawab, serta dukungan terhadap transisi menuju energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Baca Juga



Titik Temu Kecerdasan Buatan dan Keberlanjutan

Ilustrasi Hubungan Kecerdasan Buatan Dengan Keberlanjutan. Sumber : thecolumnist.id  

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bukanlah teknologi yang benar-benar baru. AI telah diperkenalkan sejak tahun 1940 oleh Warren McCulloch dan Walter Pitts. Kemudian, pada tahun 1950, Alan Turing menulis makalah berjudul “Computing Machinery and Intelligence” yang menjadi landasan awal dalam diskursus AI. Dalam makalah tersebut, Turing mengemukakan gagasan bahwa mesin dapat meniru kecerdasan manusia, sebuah konsep yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan dan insinyur hingga saat ini.

Perkembangan AI terus berlanjut dan semakin dekat dengan kehidupan manusia. Misalnya, pada tahun 2022, teknologi chatbot seperti ChatGPT menjadi sorotan sebagai bentuk kemajuan AI yang dapat digunakan dalam berbagai sektor, termasuk layanan pelanggan, pendidikan, hingga riset. Lalu, apa hubungan antara kecerdasan buatan dengan keberlanjutan?

Sebelum membahas lebih lanjut, mari pahami terlebih dahulu konsep dasar keberlanjutan. Keberlanjutan (sustainability) adalah prinsip yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam, agar sumber daya tetap tersedia bagi generasi mendatang. Keberlanjutan mencakup berbagai aspek, seperti lingkungan (ekologis), sosial, ekonomi, dan tata kelola (governance).

Prinsip-prinsip keberlanjutan ini tidak hanya berlaku bagi individu atau masyarakat, tetapi juga wajib diterapkan oleh pelaku bisnis. Perusahaan yang mengusung prinsip keberlanjutan harus mampu beroperasi secara bertanggung jawab tanpa mengorbankan lingkungan, aspek sosial, maupun stabilitas ekonomi. Mereka juga dituntut untuk menjaga transparansi dalam pengambilan keputusan serta pengelolaan sumber daya, termasuk keuangan, demi membangun praktik bisnis yang etis dan berkelanjutan.

Salah satu bentuk nyata hubungan antara kecerdasan buatan dan keberlanjutan dapat dilihat dari penggunaan AI dalam menentukan rute perjalanan. Google Maps, misalnya, memanfaatkan AI untuk merekomendasikan jalur tercepat. Penggunaan fitur ini memungkinkan masyarakat menghemat waktu dan konsumsi bahan bakar, yang pada akhirnya berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Ini adalah contoh kecil bagaimana AI dapat membantu menciptakan efisiensi sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan.

Strategi Bisnis dengan Kecerdasan Buatan

  • Efisiensi Energi

Dalam praktik bisnis berkelanjutan, efisiensi energi menjadi aspek penting yang harus diterapkan. Tujuannya adalah meminimalkan penggunaan energi berlebihan agar emisi karbon yang dihasilkan dapat ditekan. Kecerdasan buatan (AI) dapat membantu perusahaan dalam mengelola konsumsi energi dengan lebih efisien. Dengan dukungan sensor berbasis Internet of Things (IoT), AI mampu mengidentifikasi serta mematikan perangkat atau sistem yang tidak sedang digunakan, sehingga energi tidak terbuang sia-sia.

  • Optimalisasi Rantai Pasok

Dalam upaya membangun bisnis yang efisien dan ramah lingkungan, optimalisasi rantai pasok (supply chain) menjadi hal krusial. AI dapat berperan besar dalam proses ini, mulai dari memprediksi permintaan pasar, mengurangi kebutuhan penyimpanan berlebih, hingga merancang rute pengiriman yang paling hemat bahan bakar. Dengan demikian, proses distribusi menjadi lebih cepat, biaya lebih rendah, dan dampak terhadap lingkungan, khususnya emisi gas buang dapat dikurangi secara signifikan.

  • Circular Economy

Konsep ekonomi sirkular menekankan pada efisiensi penggunaan material dan pemanfaatan kembali sumber daya agar tidak menjadi limbah. Meski ideal, konsep ini sering kali menjadi tantangan dalam praktik bisnis. Di sinilah AI berperan sebagai solusi. Melalui algoritma cerdas, AI dapat membantu mendesain produk yang lebih tahan lama, menganalisis proses produksi yang efisien, serta mengatur distribusi yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Berdasarkan strategi-strategi ini, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan buatan memainkan peran penting dalam mendukung implementasi ekonomi sirkular. AI membantu memperpanjang siklus hidup produk sehingga dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan. Hal ini sejalan dengan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) serta visi keberlanjutan jangka panjang yang kini menjadi komitmen banyak pelaku bisnis.

Baca Juga



Tesla Sebagai Perusahaan Transportasi Keberlanjutan

Ilustrasi Tesla Sebagai Transportasi Keberlanjutan. Sumber : thesustainableinnovation.com  

Tesla merupakan perusahaan inovatif yang berfokus pada pengembangan kendaraan listrik, penyimpanan energi, dan produksi panel surya. Didirikan pada tahun 2003 oleh Elon Musk, JB Straubel, Marc Tarpenning, Ian Wright, dan Martin Eberhard, Tesla mengusung misi untuk mempercepat transisi dunia menuju energi berkelanjutan.

Salah satu keunggulan utama Tesla adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), terutama pada sistem Autopilot dan Full Self-Driving (FSD). Sistem ini bekerja dengan menggunakan model pembelajaran mesin yang dijalankan melalui superkomputer Tesla Dojo, yang dirancang khusus untuk memproses data video dan pengenalan objek berbasis computer vision. Selain itu, AI juga berperan dalam pengelolaan energi, pengendalian produksi energi surya, dan optimalisasi penggunaan supercharger.

Dari sisi lingkungan, Tesla berkontribusi besar dalam mengurangi jejak karbon dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Inovasi pada kendaraan listrik, energi terbarukan, serta teknologi penyimpanan energi menjadikan Tesla pionir dalam transformasi menuju keberlanjutan.

Selain itu, Tesla juga berkomitmen untuk mengurangi limbah dan meningkatkan penggunaan bahan daur ulang. Upaya ini diperkuat dengan pengelolaan rantai pasok yang efisien dan bertanggung jawab.

Dengan langkah-langkah nyata tersebut, Tesla tidak hanya menjadi pelopor dalam industri kendaraan listrik, tetapi juga menjadi contoh perusahaan yang konsisten menerapkan prinsip keberlanjutan secara menyeluruh baik dari sisi lingkungan maupun sosial. Fokus perusahaan pada inovasi berkelanjutan dan teknologi ramah lingkungan menjadikannya terus tumbuh dan relevan di masa depan.

Tantangan Penggunaan Kecerdasan Buatan

Sebagai pelaku bisnis, komitmen terhadap keberlanjutan harus diterapkan dalam berbagai aspek, termasuk dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI). Salah satu tantangan utama dalam penerapan AI untuk bisnis berkelanjutan adalah pengelolaan teknologi itu sendiri. AI, layaknya sebuah sistem perusahaan, memiliki aturan dan etika yang perlu dipahami dan diterapkan. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus memahami cara kerja AI untuk menjaga keamanan data perusahaan maupun privasi konsumen.

Selain aspek keamanan, penting juga memastikan bahwa pengembangan dan penerapan AI tidak melanggar hak asasi manusia atau membatasi kebebasan masyarakat. Kolaborasi antara pelaku bisnis dan pengembang AI perlu dibangun berdasarkan prinsip tanggung jawab dan etika. Untuk itu, dibutuhkan keahlian khusus serta pelatihan yang dilakukan secara berkala mengingat perkembangan AI yang sangat cepat.

Jika diarahkan dengan tepat dan berlandaskan prinsip keberlanjutan, teknologi AI bukan lagi menjadi ancaman, melainkan akan membawa banyak manfaat bagi bisnis dan lingkungan.

#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi