• Keberhasilan platform perdagangan listrik P2P bergantung pada keandalan platform, layanan pelanggan yang baik, regulasi yang mendukung, dan jaringan listrik yang handal.
• Digitalisasi dan teknologi blockchain diperlukan untuk efisiensi dan transparansi transaksi dalam perdagangan listrik P2P.
• Pembuat kebijakan harus mengembangkan regulasi adaptif yang mendukung inovasi, melindungi konsumen, dan menjaga stabilitas jaringan.

Sobat EBT Heroes, pernahkah kalian menyadari bahwa perdagangan listrik peer-to-peer (P2P) sedang mengubah wajah industri energi secara mendalam? Keberhasilan platform ini bergantung pada keandalan platform, layanan, regulasi, dan jaringan listrik, dengan digitalisasi dan blockchain sebagai kunci efisiensi.

Digitalisasi Dalam Perdagangan Energi

Menurut Tushar dkk. (2020), perdagangan energi P2P menjadi dua elemen: lapisan virtual dan lapisan fisik. Lapisan virtual memberi peserta koneksi aman berbasis komputer yang memungkinkan mereka memilih pengaturan perdagangan energi. Lapisan fisik adalah jaringan fisik yang memungkinkan transmisi daya dari penjual ke pembeli.

Komponen utama lapisan virtual adalah sistem informasi, operasi pasar, mekanisme harga, dan sistem manajemen energi. Sedangkan pada lapisan fisik, komponen utamanya adalah konektivitas jaringan, pengukuran, dan infrastruktur komunikasi. Pada tingkat sosial dan politik, regulasi berpengaruh besar dalam memfasilitasi koneksi dan pembayaran.

Digitalisasi memainkan peran penting dalam mengubah transaksi energi P2P, memungkinkan pasar yang lebih efisien, transparan, dan ramah pengguna. Dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti blockchain, smart contracts, dan perangkat Internet of Things (IoT), digitalisasi memfasilitasi interaksi yang lancar antara produsen dan konsumen energi. Teknologi blockchain memastikan bahwa semua transaksi dicatat dengan aman pada buku besar yang terdesentralisasi, meningkatkan kepercayaan dan menghilangkan kebutuhan akan perantara.

Digitalisasi juga akan memungkinkan integrasi dengan operator sistem distribusi dan transmisi hulu, sehingga komunitas energi lokal tidak hanya dapat memperdagangkan energi tetapi juga menyediakan layanan tambahan seperti stabilisasi jaringan listrik dan manajemen beban. Digitalisasi berpotensi untuk merevolusi cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan memperdagangkan energi, sehingga mendorong ekosistem energi yang lebih terdesentralisasi dan tangguh.

Baca Juga

---

• Inovasi Pemanfaatan Energi Surplus Panel Surya
• Eksplorasi Dunia Perdagangan Energi Peer-to-Peer

---

Regulasi Perdagangan P2P

Regulasi merupakan hal mendasar dalam membentuk lanskap transaksi energi P2P, karena regulasi menetapkan aturan dan pedoman yang mengatur bagaimana transaksi ini terjadi. Kerangka regulasi yang dirancang dengan baik sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang seimbang di mana bisnis berbasis platform yang inovatif dan perusahaan utilitas tradisional dapat beroperasi secara adil. Keseimbangan ini penting untuk mendorong ide dan teknologi baru sekaligus memastikan bahwa konsumen terlindungi dari potensi eksploitasi.

Petunjuk Komisi Eropa 2018/2001 adalah contoh utama regulasi yang efektif dalam bidang ini. Dengan mendefinisikan perdagangan P2P energi terbarukan secara jelas, petunjuk tersebut memberikan pendekatan terstruktur tentang bagaimana energi dapat dibeli dan dijual secara langsung antara individu atau entitas tanpa perantara. Kejelasan ini membantu menarik investasi ke platform P2P, karena investor dapat lebih yakin dengan kerangka hukum dan operasional yang melingkupi transaksi ini.

Selain itu, petunjuk tersebut memastikan bahwa semua pihak yang terlibat—konsumen, produsen energi, pemasok, dan agregator—memahami hak dan tanggung jawab mereka. Pemahaman ini penting untuk membangun kepercayaan di antara para peserta di pasar energi.

Dengan mendorong lingkungan regulasi yang mendukung, pemerintah dapat mendorong penerapan sumber daya energi terdistribusi, yang penting bagi pasar energi lokal. Pergeseran ini tidak hanya meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi, tetapi juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas untuk beralih ke sistem energi terdesentralisasi yang memberdayakan individu dan masyarakat.

Beberapa yurisdiksi telah berhasil mengimplementasikan kerangka regulasi yang mendukung perdagangan energi P2P, memberikan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan di seluruh dunia:

1. Jerman

Di Jerman, pemberlakuan undang-undang digitalisasi berdampak signifikan pada sektor energi, dan terutama perdagangan energi P2P. Undang-undang ini membuka jalan bagi integrasi teknologi blockchain ke pasar energi, memungkinkan transaksi yang aman, transparan, dan efisien. Regulator beradaptasi dengan lanskap baru ini dan fokus pada membangun kerangka kerja yang kuat untuk operasi inovatif ini sekaligus memastikan perlindungan konsumen, perlindungan data, dan stabilitas jaringan.

Badan Jaringan Federal telah memainkan peran penting dalam proses ini dengan mendorong dialog terbuka antar pemangku kepentingan dan mengeluarkan pedoman yang menyeimbangkan inovasi dan kepatuhan terhadap peraturan. Selain itu, undang-undang ini juga mengarah pada peninjauan undang-undang dan tarif energi yang ada untuk mencerminkan ekonomi energi yang terdesentralisasi. Terlepas dari tantangan yang ada, penerapan perdagangan energi P2P di Jerman merupakan langkah penting menuju masa depan energi yang lebih berketahanan, terdesentralisasi, dan berkelanjutan.

Baca Juga

---

• Gunakan Energi Terbarukan, Bisakah Cryptocurrency Mendorong Inovasi Energi Bersih?
• Pandangan Masa Depan: Revolusi Energi Hijau dan Langkah-Langkah Efisiensinya

---

2. Australia

Di Australia, Komisi Pasar Energi Australia (AEMC) menunjukkan pendekatan berpikiran maju dengan secara proaktif memperbarui peraturan untuk mendukung perluasan perdagangan energi P2P dan pengembangan pasar energi regional. Menyadari potensi perdagangan energi P2P untuk merevolusi sektor energi dan memberdayakan konsumen, AEMC memperkenalkan serangkaian langkah yang bertujuan untuk mendorong inovasi dan menghilangkan hambatan masuk bagi pendatang baru.

Pertimbangan peraturan ini bertujuan tidak hanya untuk memfasilitasi integrasi sumber energi terdistribusi seperti panel surya dan sistem penyimpanan baterai, namun juga untuk mendorong efisiensi energi, keterjangkauan, dan stabilitas jaringan listrik. AEMC membantu membentuk masa depan lanskap energi Australia dengan cara yang berkelanjutan dan adil dengan membangun sistem energi yang lebih terdesentralisasi dan berketahanan.

3. Negara bagian New York, Amerika Serikat.

Sebagai bagian dari perkembangan peraturan terkini di Negara Bagian New York, Komisi Pelayanan Publik Negara Bagian New York meluncurkan inisiatif “Reformasi Visi Energi” (REV). Tujuan utama dari inisiatif ini adalah mengubah pasar energi negara menuju model yang lebih terdesentralisasi dan berpusat pada pelanggan.

Dengan beralih dari model utilitas tradisional, REV memfasilitasi integrasi sumber energi terdistribusi seperti tenaga surya, angin, penyimpanan energi, dan langkah-langkah efisiensi energi ke dalam jaringan listrik, memberikan konsumen lebih banyak pilihan dan kendali atas konsumsi energi. Inisiatif ini juga sejalan dengan tujuan ambisius Negara Bagian New York untuk mengurangi gas rumah kaca dan menghasilkan energi terbarukan.

Dengan REV, negara bertujuan untuk membangun sistem energi yang lebih tangguh, efisien, dan berkelanjutan yang dapat menjawab tantangan abad ke-21.

Sobat EBT Heroes, sekarang kita makin tahu betapa pentingnya keberhasilan platform perdagangan listrik P2P dan peran krusial digitalisasi serta blockchain dalam transformasi energi? Maukah kalian ikut serta dalam perubahan besar ini dan menjadi bagian dari masa depan energi yang lebih efisien dan berkelanjutan?

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] Peer-to-peer electricity trading

[2] Decentralized Energy Trading: Regulatory Considerations and Policy Implications