- Invasi militer Rusia di situs pembangkit nuklir terbesar Ukraina, Zaporizhzhia amat berbahaya dan dapat memicu bencana nuklir.
- Penyerangan di situs Zaporizhzhia dikhawatirkan akan dimanfaatkan pihak Rusia untuk melakukan serangan yang lebih parah.
- Pihak Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengaku prihatin dengan tragedi tersebut dan siap membantu menangani segala permasalahan di tanah Ukraina.
Pembangkit Nuklir Ukraina terbesar, Zaporizhzhia tengah dalam bahaya. Hal ini merupakan buntut dari konflik Rusia-Ukraina yang masih terjadi hingga saat ini. PLTN Zaporizhzhia mendapat serangan pada Jumat, 5 Agustus 2022.
Sekjen PBB, Antonio Guterres turut menyampaikan ultimatum, “Setiap serangan terhadap PLTN adalah suatu bentuk tindakan bunuh diri,” tuturnya dalam jumpa pers di Tokyo (8/8/2022).
Baca Juga
- Program Co-Firing PLN Untuk Tambah Porsi EBT Biomassa Hingga 20 Persen di PLTU Pulang Pisau
- Jepang Janjikan Berikan Bantuan 43,6 miliar Yen Bagi Pembangunan PLTA di Indonesia
Kepala PLTN Ukraina Energoatom, Petro Kotin menginginkan zona PLTN Zaporizhzhia dijadikan wilayah bebas militer karena dinilai sangat berbahaya. Kotin berharap bahwa Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bisa bergerak dan mengendalikan situasi ini.
Ditambah lagi, Kotin pun turut menuturkan bahwa ada sekitar 500 tentara Rusia dan 50 alat berat di lokasi. Di sisi lain, terdapat pula beberapa staff Ukraina di lokasi yang terjebak dan tidak memiliki tempat berlindung. Hal ini dikarenakan Zaporizhzhia masih dioperasikan oleh teknisi Ukraina sejak direbut oleh pihak Rusia pada bulan Maret lalu, namun di bawah pengawasan Vladimir Putin.
Sementara itu, pihak IAEA mengaku prihatin dengan invasi militer yang dilakukan Rusia, terutama di wilayah tersebut karena resikonya amat fatal. Penyerangan Rusia itu dianggap telah menyebabkan kerusakan parah pada situs tersebut dan memiliki resiko kebocoran radioaktif serta bencana nuklir yang mengancam keselamatan masyarakat sipil di wilayah tersebut.
Kepala IAEA, Rafael Grossi pun menyatakan kesiapan pihaknya untuk membantu menangani permasalahan tersebut.
Baca Juga
- Yuk!! Kenali Material Atap Rumah yang Ramah Lingkungan
- Bisakah Indonesia Menyusul China dalam Hal Pemanfaatan Energi Angin?
Pihak Rusia sendiri bersikeras untuk merebut wilayah situs nuklir terbesar Eropa tersebut. Bahkan, mereka mengancam akan meledakkannya apabila Ukraina dan pihak sekutunya berusaha untuk merebut kembali wilayah tersebut. Selain itu, ada pula ketakutan dari pihak luar kalau nantinya bencana nuklir yang berpotensi terjadi akan digunakan pihak Rusia untuk melakukan kekerasan yang lebih parah pada masa mendatang.
Seorang wartawan bernama Igor Korotchenko memperingatkan terjadinya musim dingin nuklir yang ia ibaratkan sebagai sebuah kiamat. Ia menduga akan terjadi krisis, baik terkait permasalahan energi, ekonomi, sosial, dll.
Referensi: