
- Perubahan iklim yang kian hari makin terasa dampaknya membuat masyarakat di seluruh dunia menyadari pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan tidak tercemar.
- Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan yang kini telah menjadi tren baru bagi masyarakat, khususnya gen z
- Munculnya tren ini didasari rasa tidak nyaman akan dampak dari perubahan iklim serta pencemaran yang membuat lingkungan menjadi tidak sehat
- Tren ini memiliki potensi besar dalam mendorong transformasi gaya hidup berkelanjutan dalam masyarakat jika diterapkan secara konsisten.
Saat ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan semakin meningkat. Hal ini dipicu oleh isu perubahan iklim yang dampaknya makin nyata, seperti cuaca ekstrem, kebakaran hutan, mencairnya es di kutub, serta kerusakan ekosistem yang mengancam keberlangsungan seluruh makhluk hidup.
Seiring dengan meningkatnya kepedulian ini, gaya hidup eco-friendly kian populer, terutama di kalangan Generasi Z. Gaya hidup ini secara umum merupakan wujud kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan bumi yang lebih parah. Sebab jika terus dibiarkan, dampaknya bisa sangat berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Namun pertanyaannya, sejauh mana efektivitas tren gaya hidup berkelanjutan ini dalam menjaga lingkungan? Apakah benar masyarakat menjalani gaya hidup ramah lingkungan karena dorongan kesadaran, atau justru hanya mengikuti tren agar tidak terlihat ketinggalan zaman? Apakah ini benar-benar niat, atau sekadar bentuk FOMO (Fear of Missing Out)?
Baca Juga
- Mikroplastik: Ancaman Tersembunyi yang Tak Kita Sadari
- Kenali 7 Simbol Pada Produk Plastik yang Kamu Gunakan
Seperti Apa Sih Tren Eco-Friendly?

Kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Sumber: freepik.com
Tren eco-friendly merupakan upaya masyarakat untuk meminimalkan pencemaran lingkungan. Gagasan utamanya adalah bahwa manusia harus mampu melestarikan alam dan hidup berdampingan dengannya, bukan malah merusaknya.
Ibaratnya, Bumi adalah rumah kita. Tentu kita tidak ingin tinggal di rumah yang panas, penuh sampah, dan tidak nyaman, bukan? Secara naluriah, kita akan segera membersihkan rumah jika terasa kotor. Hal yang sama seharusnya berlaku pada Bumi.
Kondisi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan membuka mata banyak orang, terutama generasi muda, untuk berhenti mencemari alam. Dari kesadaran inilah gaya hidup eco-friendly mulai muncul dan berkembang.
Penerapannya mencakup berbagai hal: memilih transportasi ramah lingkungan, mengurangi produksi sampah, mengonsumsi produk nabati dan berkelanjutan, menggunakan energi terbarukan, mendaur ulang limbah menjadi kompos, dan masih banyak lagi.
Gaya hidup ini juga mendorong masyarakat meninggalkan pola konsumsi yang serba cepat dan boros. Misalnya, dengan membeli pakaian bekas (thrifting), menggunakan kembali barang tak terpakai, membeli produk tahan lama, hingga menghindari penggunaan barang sekali pakai.
Bukan tanpa alasan. Gaya hidup konsumtif mendorong orang terus membeli barang baru. Selain menguras anggaran, kebiasaan ini merusak lingkungan karena proses produksinya memerlukan sumber daya alam yang besar.
Tak hanya itu, limbah dari proses produksi seperti plastik, zat kimia, dan tekstil, seringkali dibuang sembarangan ke sungai dan laut, memperparah kerusakan lingkungan.
Melihat kondisi ini, semakin banyak orang termotivasi untuk lebih bijak dalam memilih dan menggunakan produk sehari-hari. Harapannya, gaya hidup berkelanjutan dapat menjadi solusi nyata untuk menyelamatkan Bumi dari kerusakan yang lebih parah.
Bagaimana Antusiasme Masyarakat Terkait Tren Ini?
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan menjadi salah satu pendorong utama tren gaya hidup berkelanjutan. Tren ini lahir dari rasa kekhawatiran dan ketidaknyamanan akibat perubahan iklim yang dampaknya semakin terasa setiap hari.
Seperti dipaparkan oleh laman GoodStats.id, berdasarkan survei Snapchart, sebanyak 84% penduduk Indonesia telah menggunakan produk berkelanjutan, dengan berbagai alasan.
Sebagian besar responden mengaku ingin berkontribusi dalam menjaga dan melindungi lingkungan. Ada pula yang memilih produk berkelanjutan karena dianggap lebih sehat. Menariknya, sebagian lainnya mengaku hanya mengikuti tren agar terlihat lebih berkelas dan kekinian.
Apa pun alasannya, angka 84% ini menunjukkan bahwa kesadaran dan antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan semakin besar. Gaya hidup berkelanjutan kini tak hanya menjadi pilihan pribadi, tetapi juga bagian dari gerakan kolektif menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga
- Studi Terbaru Ungkap 99% Makanan Laut Telah Terkontaminasi Mikroplastik
- 5 Tips Menarik Untuk Mengajarkan Anak Peduli Sampah dari Kecil
Seberapa Ampuh Tren Eco-Friendly dalam Mengurangi Krisis Iklim?

Gaya hidup ramah lingkungan memang tidak serta-merta menyelesaikan krisis iklim. Namun, penerapannya secara konsisten dan masif dapat menjadi langkah awal yang penting dalam membangun semangat transformasi menuju hidup yang lebih ramah dan berkelanjutan.
Pasalnya, dampak dari gaya hidup berkelanjutan cukup menjanjikan—mulai dari berkurangnya polusi udara, pengurangan sampah, hingga penghematan energi dan sumber daya alam.
Menariknya, dampak positif tersebut dapat tercipta dari perubahan kecil yang dilakukan secara bertahap dalam keseharian kita. Beberapa negara seperti Swedia, Finlandia, Swiss, Denmark, dan Norwegia bahkan telah membuktikan keberhasilan penerapan gaya hidup ini dalam skala nasional.
Di Indonesia sendiri, tren gaya hidup berkelanjutan telah berkembang menjadi gerakan sosial yang krusial dalam mengubah pola pikir masyarakat terhadap lingkungan. Hal sederhana seperti membawa tas belanja sendiri atau mengurangi penggunaan barang sekali pakai sudah memberikan kontribusi nyata bagi kelestarian alam.
Mengutip laman MediaIndonesia.com, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, menyebut bahwa konsistensi masyarakat Indonesia dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan kini semakin tampak jelas. Mayoritas masyarakat sudah mulai sadar bahwa sampah plastik merupakan salah satu penyebab utama pencemaran lingkungan, menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan kekhawatiran terhadap potensi bencana seperti banjir.
Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang mulai mengganti kantong plastik dengan tote bag yang dapat digunakan berulang kali. Di sisi lain, pemerintah juga turut andil dengan membatasi penggunaan kantong plastik di berbagai pusat perbelanjaan.
Sejak Agustus 2024, tercatat 2 provinsi, 45 kota, dan 67 kabupaten telah menerbitkan peraturan pelarangan penggunaan kantong plastik. Maka tak heran, saat ini jika kita membeli barang di toko, kasir tidak lagi otomatis memberikan kantong. Kalaupun tersedia, biasanya disediakan tas berbahan kertas yang dikenakan biaya tambahan.
Kebijakan ini menjadi salah satu bentuk nyata dari konsistensi penerapan gaya hidup berkelanjutan di Indonesia. Perubahan kecil ini membantu membangun kebiasaan baru yang lebih peduli terhadap lingkungan, serta menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga bumi.
Tentu saja, transformasi ini perlu terus dikawal bersama agar tidak berhenti sebagai sekadar tren sesaat. Lebih dari itu, gaya hidup berkelanjutan harus menjadi gerakan jangka panjang yang mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih ramah lingkungan—karena siapa pun pasti ingin tinggal di lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari.
#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi
- One Planet Network. (2020). Lifestyle impact on biodiversity and nature: Research final. United Nations Environment Programme.
- https://mediaindonesia.com/humaniora/706936/kesadaran-masyarakat-untuk-menerapkan-gaya-hidup-ramah-lingkungan-kian-meningkat
- https://news.detik.com/kolom/d-7874725/gaya-hidup-berkelanjutan-dari-tren-ke-transformasi
- https://www.ekuatorial.com/2025/04/dari-thrifting-sampai-zero-waste-gaya-hidup-ramah-lingkungan-anak-muda/
- https://waste4change.com/blog/mengenal-konsep-green-living/
- https://goodstats.id/article/kesadaran-meningkat-84-warga-indonesia-sudah-gunakan-produk-eco-friendly-ep3bN