• Indonesia memiliki pesona alam yang indah dan menjadi daya tarik bagi wisatawan
• Untuk itu, alam harus terus terjaga agar pesonanya selalu terawat
• Kesadaran menjaga alam dan lingkungan sudah dilakukan oleh suku-suku di negeri kita

Halo Sobat EBT Heroes!

Kearifan lokal merupakan cerminan dari hubungan yang dalam dan saling menghormati antara manusia dan alam, yang telah diwariskan oleh leluhur untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam setiap ritus, pantangan, hingga cara bertani dan berburu, tercemin kebijaksanaan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan melestarikan sumber daya alam.

Di berbagai daerah di Indonesia, tradisi-tradisi ini mengajarkan bahwa alam bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga bagian yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Dalam era modernisasi yang pesat, kearifan lokal ini menjadi inspirasi penting untuk merawat lingkungan dan membangun kembali hubungan harmonis antara manusia dan bumi. Kira-kira tradisi apa saja, ya? Yuk, kita kulik lebih dalam!

Baca Juga:

---

• Masa Depan Energi Bersih: Teknologi Ramah Lingkungan yang Wajib Diketahui
• Carbon Capture and Storage (CCS) on Distinc Options in Indonesia

---

1. Ilmu Pamali

Di Kampung Naga, sebuah desa adat yang terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat masyarakatnya memiliki kepercayaan dan tradisi yang sangat kaya akan nilai kearifan lokal. Salah satu elemen penting dalam budaya mereka adalah konsep “Pamali” dalam bahasa Sunda, yang berarti “larangan” atau “pantangan”.

Pamali tidak hanya sekadar aturan, tetapi menjadi bagian dari ajaran leluhur yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, serta hubungan dengan leluhur. Masyarakat Kampung Naga percaya bahwa jika mereka melanggar adat maka hidupnya tidak akan selamat. Salah satu peraturan yang tidak boleh dilanggar adalah mengusik Leuweng Larangan atau Hutan Larangan sehingga hal ini akan melestarikan keanekaragaman hayati di dalamnya.

2. Ilmu Perladangan Gilir Balik

Perladangan gilir balik atau shifting cultivation, adalah metode pertanian tradisional yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah dari satu lahan ke lahan lainnya setelah beberapa waktu tertentu. Sistem ini dilakukan oleh Suku Dayak Bantian di Kalimantan Timur dimana mereka menanam padi, rotan, sayuran, dan buah-buahan di hutan.

Perladangan gilir balik mengandalkan rotasi lahan, dimana lahan akan digarap untuk beberapa musim tanam, biasanya 1-3 tahun, setelah itu ditinggalkan agar pulih dan subur kembali. Setelah digarap, lahan dibiarkan kosong selama beberapa tahun dan petani beralih ke lahan lain. Selama masa jeda tersebut, lahan dapat mengalami regenerasi alami sehingga kesuburannya pulih kembali untuk masa tanam berikutnya.

3. Ilmu Pikukuh

Ilmu pikukuh merupakan prinsip atau aturan adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sunda, khususnya yang masih memegang teguh prinsip leluhur, seperti masyarakat Baduy di Banten. Aturan yang harus ditaati adalah pertanian dilarang menggunakan teknologi kimia seperti pupuk buatan dan racun pemberantas hama.

Bukan hanya itu saja, masyarakat juga dilarang untuk meracuni ikan di sungai, mandi memakai sabun, gosok gigi menggunakan pasta gigi, membuang kotoran di sembarang tempat, dan lain-lain. Aturan adat ini harus diikuti secara konssiten dan disiplin sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan alam sekitar.

4. Tradisi Mantari Bondar

Tradisi Mantari Bondar adalah ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Hatabosi, sebuah singkatan dari empat desa, yaitu Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap. Tradisi ini merupakan kearifan lokal yang dilakukan untuk menjaga hutan dan sumber air.

Mantari berarti menteri, sementara Bondar merupakan saluran atau aliran air, sehingga artinya adalah petugas yang menjaga saluran air dan hutan. Tradisi ini adalah bentuk bentuk gotong royong masyarakat untuk membersihkan sungai atau saluran air, biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu dalam setahun.

5. Sistem Sasi

Sasi adalah sistem adat yang berasal dari Maluku dan Papua, yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya alam dan menjaga keseimbangan ekosistem. Sistem ini berfungsi sebagai aturan atau larangan yang diberlakukan oleh masyarakat adat untuk melindungi sumber daya alam, seperti ikan, kerang, hasil hutan, dan tanaman tertentu agar tidak dieksploitasi secara berlebihan.

Sasi dilakukan dengan menetapkan periode waktu tertentu di mana masyarakat dilarang mengambil atau memanfaatkan sumber daya tertentu di suatu wilayah, dan setelah masa sasi berakhir, pemanfaatan bisa dilakukan dengan batasan yang disepakati.

Dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks, kearifan lokal menjadi sumber daya yang sangat berharga untuk menjaga kelestarian alam. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan praktik tradisional yang telah teruji oleh waktu, kita dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan alam dan memastikan bahwa warisan budaya serta sumber daya alam tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Melalui pengakuan dan penerapan kearifan lokal, kita tidak hanya merayakan keberagaman budaya, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem yang menopang kehidupan kita semua.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Referensi:

[1] 5 Tradisi Unik di Indonesia yang Dilakukan untuk Melestarikan Alam

[2] 5 Kearifan Lokal di Indonesia Ini Bantu Kurangi Efek Global Warming!