- Google dan BlackRock telah mengumumkan kerja sama untuk mengembangkan PLTS di Taiwan melalui perusahaan New Green Power (NGP).
- Google berencana memperoleh hingga 300 megawatt tenaga surya melalui perjanjian pembelian daya (PPA) dan sertifikat energi terbarukan Taiwan (T-RECS).
- Laporan Boston Consulting Group mencatat bahwa pengembangan energi terbarukan di Asia-Pasifik tumbuh pesat, tetapi dari basis yang rendah.
Google dan BlackRock, 2 raksasa industri teknologi dan keuangan, telah mengumumkan kerja sama untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Taiwan melalui perusahaan New Green Power (NGP). Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas energi bersih di Taiwan serta mendukung operasional Google dalam mencapai net zero emission pada tahun 2030. Artikel ini akan membahas detail dari proyek ambisius ini, manfaat yang diharapkan, serta tantangan yang mungkin dihadapi.
Google telah lama berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang ramah lingkungan, dengan berbagai inisiatif untuk mengurangi jejak karbonnya. Di sisi lain, BlackRock, dengan divisi Infrastruktur Iklim Globalnya, fokus pada investasi yang berkelanjutan. Kemitraan ini menjadi langkah signifikan bagi kedua perusahaan untuk mendorong transisi energi bersih di Taiwan dan kawasan Asia-Pasifik.
BlackRock, sebuah perusahaan investasi global ternama, terus memperkuat posisinya dalam dunia kripto. Dengan peran utamanya dalam ETF Bitcoin spot, BlackRock kini menawarkan iShares Bitcoin Trust (IBIT), yang merupakan ETF Bitcoin spot terbesar kedua di dunia. Produk ini mengelola dana sebesar US$15,85 miliar atau sekitar Rp236,81 triliun.
Baca Juga
- PLTS Terapung BRIN, Jawaban atas Ruang Terbatas
- Menelusuri Istilah dan Peristiwa Jejak Karbon di Masyarakat
Selain fokus pada Bitcoin, BlackRock juga mengejar peluang di dunia Ethereum. Perusahaan ini telah mengajukan aplikasi kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US SEC) untuk meluncurkan ETF Ethereum. Regulator diharapkan membuat keputusan terkait aplikasi ini pada bulan Mei mendatang. Langkah ini menunjukkan bahwa BlackRock tidak hanya berhenti pada Bitcoin, tetapi juga melihat potensi besar dalam Ethereum.
Walaupun BlackRock memiliki rencana terbatas untuk produk kripto lainnya, perusahaan ini tetap memperluas fokusnya pada Bitcoin dan Ethereum. Langkah ini diambil karena 2 kripto ini dianggap sebagai pemimpin pasar dengan potensi pertumbuhan yang signifikan. Namun, laporan media terbaru mengindikasikan bahwa BlackRock berencana menambahkan eksposur Bitcoin ke produk lainnya. Ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi dan menawarkan produk yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Pada 19 Maret, laporan perusahaan mengungkapkan bahwa BlackRock telah meluncurkan dana aset tokenized yang sebagian didanai oleh USDC di blockchain Ethereum. Ini merupakan langkah strategis yang menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan teknologi blockchain untuk memperkenalkan produk investasi baru. Dana ini memungkinkan investor untuk memiliki akses ke aset tokenized, yang menawarkan likuiditas dan transparansi lebih tinggi.
Baca Juga
Peran New Green Power (NGP) Untuk Ciptakan Energi Bersih
New Green Power (NGP) adalah perusahaan milik BlackRock yang fokus pada pengembangan dan operasi PLTS. NGP akan menjadi kunci utama dalam realisasi proyek ini, dengan memanfaatkan investasi dari Google untuk memperluas jaringan pipa di Taiwan.
Google belum mengungkapkan besaran investasi mereka di NGP, namun investasi ini diharapkan dapat meningkatkan sumber daya bersih di jaringan listrik lokal Taiwan dan membantu Google mencapai net zero emission pada tahun 2030. Selain itu juga dapat mendukung operasional pusat data mereka di Taiwan.
Tenaga surya merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Dengan mengurangi ketergantungan pada sumber energi kotor seperti batu bara dan gas alam, proyek ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan memperbaiki kualitas udara di Taiwan. Investasi tidak hanya menguntungkan dari segi ekologis, tetapi juga ekonomis. PLTS memiliki biaya operasional yang lebih rendah dalam jangka panjang dan dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi bersih.
Saat ini, sekitar 97% energi di Taiwan berasal dari sumber daya kotor. Proyek ini akan menjadi langkah penting dalam transisi Taiwan menuju penggunaan energi terbarukan yang lebih luas, mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil. Pusat data merupakan salah satu fasilitas yang paling boros energi di dunia. Dengan semakin tingginya permintaan layanan digital dan teknologi AI, kebutuhan akan sumber daya bersih dan efisien menjadi semakin mendesak. PLTS ini diharapkan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan pusat data Google di Taiwan.
Baca Juga
Perjanjian Pembelian Daya (PPA) dan Sertifikat Energi Terbarukan (T-RECS)
Google berencana untuk memperoleh hingga 300 megawatt tenaga surya melalui perjanjian pembelian daya (PPA) dan sertifikat energi terbarukan Taiwan (T-RECS). Ini akan membantu memenuhi permintaan listrik dari kampus pusat data, wilayah cloud, dan operasi kantor mereka di Taiwan.
Meskipun proyek ini sangat menjanjikan, Google masih membutuhkan persetujuan dari regulator untuk melanjutkan investasi ini. Persetujuan tersebut akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa proyek ini dapat berjalan sesuai rencana.
Firma konsultan global EY menyebut Taiwan memproduksi hampir 60% dari chip semikonduktor dunia dan menyumbang pangsa prosesor AI canggih yang besar. Fasilitas fabrikasi chip, termasuk di antara fasilitas yang paling boros di dunia karena manufaktur chip merupakan proses yang panjang dan rumit. Dikarenakan pusat data mencatat bahwa 97% energi berasal dari sumber daya kotor, maka perlu adanya transisi terbarukan.
Seiring dengan pertumbuhan permintaan layanan digital, yang didukung oleh AI dan teknologi yang berpusat pada data, menjadi keharusan untuk berinvestasi dalam sumber daya bersih. Teknologi AI yang semakin canggih membutuhkan sumber daya yang besar, sehingga investasi dalam energi terbarukan menjadi sangat penting.
Baca Juga
- Pembangkit Biomassa: Solusi Energi Berkelanjutan untuk Masa Depan
- Sepi Peminat, Apakah Panel Surya Tidak Cocok di Indonesia?
Perkembangan Energi Terbarukan di Asia-Pasifik
Laporan Boston Consulting Group mencatat bahwa pengembangan energi terbarukan di Asia-Pasifik tumbuh pesat, tetapi dari basis yang rendah. Pada tahun 2030, energi terbarukan diperkirakan akan mencapai 30% hingga 50% dari bauran energi di sebagian besar pasar di kawasan tersebut. Diperlukan investasi yang signifikan untuk mencapai potensi ini.
Pada bulan Mei lalu, Singapura mengatakan bahwa mereka juga tengah mendorong pusat data hijau karena permintaan yang sangat besar untuk kecerdasan buatan membebani sumber daya. Sasarannya adalah untuk menyediakan setidaknya 300 megawatt kapasitas tambahan dalam waktu dekat.
Kemitraan antara Google dan BlackRock untuk mengembangkan PLTS di Taiwan merupakan langkah besar menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Investasi ini tidak hanya akan membantu Google mencapai tujuan net zero emission pada tahun 2030, tetapi juga mendukung transisi Taiwan menuju penggunaan energi terbarukan. Dengan manfaat ekologis dan ekonomis yang signifikan, proyek ini diharapkan dapat menjadi model inisiatif untuk di seluruh dunia.
#ZonaEBT #EBTHeroes #Sebarterbarukan
Editor: Adhira Kurnia Adhwa
Referensi
[1] Partnering With BlackRock Climate Infrastructure, Google Develops Solar Power Network In Taiwan
[2] BlackRock Sebut Bitcoin Akan Jadi Bagian dari Sistem Keuangan Global
[3] BlackRock Bakal PHK Massal, Bagaimana Kondisi Keuangannya?
[4] GOOGLE BELI SAHAM PERUSAHAAN TENAGA SURYA TAIWAN MILIK BLACKROCK
3 Comment
Hey there! Do you know if they make any plugins to help with
SEO? I’m trying to get my website to rank for some targeted keywords but
I’m not seeing very good results. If you know of any please share.
Many thanks! I saw similar article here: Wool product