Fenomena Gelombang Panas Laut Dapat Meningkatkan Perpindahan dan Kematian Spesies di Laut?

Fenomena Gelombang Panas Laut Dapat Meningkatkan Perpindahan dan Kematian Spesies di Laut? zonaebt.com
  • Lautan mengalami gelombang panas laut paling intens pada kedalaman antara 50 hingga 250 meter.
  • Studi menunjukkan bahwa intensitas dan durasi gelombang panas laut dapat berdampak luas terhadap keanekaragaman hayati laut, meningkatkan kemungkinan perpindahan, serta kematian spesies.
  • Kepiting salju alaska merupakan salah satu yang terkena dampak dari gelombang panas laut.

Gelombang panas laut (GPL) utamanya disebabkan oleh kombinasi kondisi spesial dan temporal yang berbeda dari kondisi samudra dan atmosfer. Termasuk anomali fluks panas udara-laut dan fluktasi peningkatan panas di laut. Selain itu, mode variabilitas atmosfer-samudra skala besar seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), dan North Atlantic Oscillation (NAO) juga dapat meningkatkan intensitas, durasi, dan luasan fenomena gelombang panas laut.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa gelombang panas laut bertahan lebih lama di perairan yang lebih dalam sehingga meningkatkan kemungkinan perpindahan atau kematian spesies. Gelombang panas laut yang didefinisikan sebagai fenomena di mana suhu laut naik ke tingkat ekstrem dan tetap stabil selama setidaknya lima hari, terjadi semakin umum karena perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global.

Penelitian tentang deteksi gelombang panas laut sebagian besar menggunakan observasi satelit dan pengukuran suhu permukaan laut (sea surface temperature atau SST) secara insitu untuk menggambarkan peristiwa gelombang panas laut. Berdasarkan data suhu dari tahun 1925 hingga 2016, Oliver et al. (2018) menemukan fakta bahwa frekuensi dan durasi kejadian rata-rata global fenomena gelombang panas laut, meningkat masing-masing sebesar 34% dan 17%. Hal ini kemudian menghasilkan lonjakan sekitar 54% dari jumlah global hari kejadian gelombang panas laut per tahun.

Laut menyerap sejumlah besar panas yang dibuat manusia. Laporan penelitian keenam Panel Antar Pemerintah tentang perubahan iklim, PBB memperkirakan antara tahun 1971 dan 2018, laut menyerap sekitar 396 zettajoule panas yang setara dengan energi sekitar 25 miliar bom atom Hiroshima. Penyerapan panas ini mengakibatkan pemanasan secara umum pada lautan global. Sebuah analisis menunjukkan bahwa tahun 2022 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat di lautan.

Baca Juga



Meskipun gelombang panas laut dapat berdampak pada bagian mana pun di lautan, wilayah tertentu pernah mengalami gelombang panas laut yang lebih hebat dibandingkan wilayah lainnya. Salah satu gelombang panas laut terbesar dikenal sebagai ‘The Blob’ yang pernah terjadi di Samudra Pasifik bagian utara pada tahun 2015-2016. Fenomena ini mengganggu seluruh jejaring rantai makanan di wilayah tersebut.

Fenomena Gelombang Panas Laut Dapat Meningkatkan Perpindahan dan Kematian Spesies di Laut? zonaebt.com
Hiu di Perairan. Sumber: unsplash.com

Gelombang Panas yang Baru-baru Ini Terjadi di Lautan

Baru-baru ini, perairan di sekitar Inggris dan Eropa mengalami kenaikan suhu setinggi 5 derajat celcius di atas normal, yang merupakan suhu terpanas yang pernah dialami kawasan ini dalam 170 tahun terakhir. Gelombang panas laut berfokus pada permukaan laut dan lapisan atas karena sebagian besar pengumpulan data terjadi di bagian ini. Namun, studi baru yang diterbitkan di Nature Climate Change menunjukkan bahwa panas juga terjadi ke bagian laut yang lebih dalam sehingga berpotensi berdampak pada keanekaragaman hayati laut dengan berbagai cara. Sebuah tim peneliti mempelajari data dan analisis ulang suhu laut global dari tahun 1993 hingga 2019 untuk menilai kejadian gelombang panas laut di sebagian besar lautan, dari permukaan hingga kedalaman 2.000 meter (sekitar seperempat tinggi Gunung Everest).

Mereka menemukan bahwa lautan mengalami gelombang panas paling hebat di kedalaman perairan antara 50 hingga 250 m, di mana sebagian besar keanekaragaman hayati laut dapat ditemukan. Menurut penelitian ini, di bawah kedalaman ini dan hingga sekitar 2.000 m, intensitasnya berkurang. Namun, durasi gelombang panas laut meningkat dua kali lipat dibandingkan di permukaan.

Bagian laut yang berbeda ternyata bereaksi dengan cara yang berbeda. Misalnya, para penulis mencatat bahwa selama peristiwa panas di timur laut Samudra Pasifik antara 2019-2020, perubahan salinitas menyebabkan peningkatan stratifikasi, yaitu pemisahan air menjadi beberapa lapisan berbeda dan hal ini membatasi air yang lebih hangat dari biasanya untuk masuk ke laut yang lebih dalam. Di wilayah tropis bagian Barat Pasifik, berbagai faktor oseanografi termasuk turunnya permukaan air yang hangat menyebabkan gelombang panas laut mencapai wilayah yang lebih dalam.

Fenomena Gelombang Panas Laut Dapat Meningkatkan Perpindahan dan Kematian Spesies di Laut? zonaebt.com
Biota Laut. Sumber: unsplash.com

Gelombang Panas akan Menyebabkan Perpindahan, bahkan Kematian Ekosistem Laut?

Di bagian Tenggara Australia, peristiwa downwelling (pergerakan fluida ke bawah yang terjadi di laut) menyebabkan pemanasan di permukaan bagian bawah. Namun, suhu permukaan laut tidak menunjukkan bahwa pemanasan tersebut sedang terjadi saat ini. Eliza Frangkopoulou, seorang peneliti di Centre of Marine Sciences (CCMAR) di Portugal mengatakan bahwa, “Jika gelombang panas berulang di wilayah yang sama, populasi akan terus-menerus megalami tekanan. Kita mungkin akan kehilangan total ekosistem karena kematian massal dan kehancuran ekosistem. Gelombang dan tekanan panas juga dapat mengubah distribusi spesies. Jadi, spesies dapat berpindah tempat saat mereka mencoba mencari perlindungan di perairan yang lebih dingin, yang tentu saja dapat berdampak langsung pada ekosistem dan kita sebagai manusia”.

Eliza Frangkopoulou menyebutkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memantau dan memahami dengan lebih baik fenomena ini serta untuk mengetahui dampaknya terhadap keanekaragaman hayati. Dia memperkirakan gelombang panas laut akan meningkat dan semakin intensif di tahun-tahun mendatang. “Semua model proyeksi masa depan kami menunjukkan bahwa kita akan terus memanaskan lautan global sehingga gelombang panas laut akan menjadi lebih intens dan bertahan lama” lanjutnya.

Dillon Amaya, seorang peneliti dan ilmuwan fisika di Physical Sciences Laboratory, NOAA, Earth Sytem Research Laboratories, mengatakan bahwa penelitian tersebut menggambarkan pentingnya pengamatan yang terjadi di permukaan bawah. “Dalam banyak kasus, dampak gelombang panas laut terhadap ekosistem tidak hanya berakar pada intensitas suatu peristiwa, namun juga durasinya. Peristiwa hangat yang berlangsung dalam jangka waktu lama bisa lebih berdampak dibandingkan peristiwa hangat yang berlangsung relatif singkat”.

Musnahnya Kepiting Salju Alaska Akibat dari Gelombang Panas Laut

Fenomena Gelombang Panas Laut Dapat Meningkatkan Perpindahan dan Kematian Spesies di Laut? zonaebt.com
Kepiting Salju Alaska. Sumber: unsplash.com

Lebih dari 10 miliar kepiting salju di bagian timur Laut Bering mati akibat gelombang panas laut ekstrem yang melanda perairan kutub antara Alaska dan Siberia. Gelombang panas laut yang berlangsung selama dua tahun ini memicu kenaikan suhu laut yang mencapai rekor tertinggi dan mengakibatkan penurunan es laut. Gelombang panas laut pada tahun 2018-2019 telah melipatgandakan kebutuhan kalori kepiting sehingga membuat mereka kelaparan. Ternyata, suhu air hangat yang disebabkan gelombang panas mempengaruhi metabolisme kepiting dan meningkatkan kebutuhan kalori mereka. Kombinasi jumlah kepiting yang lebih banyak dan kebutuhan kalori yang lebih tinggi terbukti mematikan. Kepiting dalam populasi besar ini kekurangan sumber makanan sehingga mati kelaparan. “Gelombang panas laut merupakan musuh bagi populasi kepiting salju”, tulis para peneliti dalam jurnal Science.

Baca Juga



Menurut penelitian sebelumnya di laboratorium menemukan bahwa kebutuhan energi kepiting salju meningkat dua kali lipat ketika suhu air naik dari 0 derajat hingga 3 derajat Celcius. Lonjakan suhu ini setara dengan perubahan yang dialami kepiting salju remaja dari tahun 2017 hingga 2018, yang hidup di perairan dingin. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini membuat populasi besar kepiting salju (Chionoecetes Opilio) yang hidup di bagian timur Laut Bering bertekuk lutut, menurut sebuah studi baru, yang diterbitkan Kamis (9 Oktober) di jurnal Science.

Peningkatan kebutuhan kalori kepiting salju tercermin dari perubahan ukuran tubuh antara tahun 2017 dan 2018. Banyak kepiting yang berukuran lebih kecil ditangkap selama survei setelah gelombang panas mulai terjadi. Faktor-faktor lain, seperti pemangsaan oleh ikan cod Pasifik (gadus macrocephalus), kanibalisme kepiting kecil oleh kepiting besar, penangkapan ikan, dan penyakit, ikut berkontribusi terhadap kematian kepiting salju.

“Suhu dan kepadatan populasi adalah variabel kunci dalam kematian ini,” tulis para ilmuwan. Para ilmuwan pertama kali menyadari penurunan drastis jumlah kepiting salju selama survei pada tahun 2021. Mereka menemukan kepiting salju paling sedikit di paparan timur Bering sejak survei dimulai pada tahun 1975. Namun, penyebab turunnya jumlah kepiting salju masih menjadi misteri. Permasalahan yang saat ini dihadapi di Laut Bering menunjukkan permasalahan yang perlu dihadapi secara global.

Hilangnya kepiting salju akan menjadi pukulan telak bagi fungsi beberapa komunitas di pedesaan Alaska, seperti komunitas di Pulau St. Paul, yang sangat bergantung pada penangkapan dan pengolahan kepiting salju. Data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebutkan, kepiting salju adalah krustasea kecil bercangkang bulat yang dapat hidup hingga 20 tahun di dasar laut lunak dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Spesies ini diawasi dan dikelola secara ketat di Laut Bering bagian timur karena nilai komersialnya sebagai makanan laut.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Rewinur Alifianda Hera Umarul

Referensi:

[1] Marine Biodiversity Exposed to Prolonged and Intense Subsurface Heatwaves

[2] Gelombang Panas Laut dan Perubahan Iklim

[3] Gelombang Panas Laut Ekstrem Musnahkan 10 Miliar Kepiting Salju di Alaska

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

220 Comment