Mega Proyek Panel Surya di Luar Angkasa Negara Industri Maju

Ilustrasi Panel Surya Luar Angkasa. Photo: Pinterest
  • Pembangkit listrik tenaga surya yang dapat menerima energi 24 jam di ruang angkasa.
  • Upaya mengatasi tantangan perubahan iklim global.
  • Negara-negara industri yang sudah merencanakan proyek ini, seperti Amerika Serikat, China, Jepang, dan Inggris.

Panel surya pada umunya dipasang pada media tanah atau air. Pada media tanah, panel surya dipasang di genteng rumah, tanah secara langsung, hingga menancap. Sementara pada media air, panel surya dipasang secara langsung di atas air. Akan tetapi, apakah Sobat EBT Heroes tahu bahwa panel surya dapat dipasang pada media udara atau melayang di udara? Bahkan di ruang angkasa?

Panel surya pernah dilakukan pemasangan yang masih dalam upaya percobaan yang dilakukan oleh Amerika Serikat. China juga berusaha untuk melakukan hal yang sama. Hal tersebut dilakukan dalam upaya implementasi penggunaan energi terbarukan. Negara industri maju dengan produktivitas ekonomi yang tinggi tentu memerlukan energi yang besar.

Baca Juga



Cara Kerja Panel Surya di Luar Angkasa

Ilustrasi Cara Kerja Panel Surya di Luar Angkasa. Photo: SindoNews.com

Proses awal implementasi dari panel surya di luar angkasa, yakni pengiriman komponen-komponen panel surya. Panel surya direncanakan dikirim menggunakan transportasi yang pada umumnya digunakan, yakni roket. Pemasangan elemen-elemen panel surya digarap oleh robot yang direncanakan oleh Inggris. Pembangkit listrik akan mengorbit 22 ribu mill di atas planet bumi.

Menurut ketua inisiatif konferensi “Toward a Space Enabled Net-Zero Earth”, Martin Soltau mengatakan adanya satelit yang mengorbit berfungsi untuk mengumpulkan energi matahari yang besar melalui cermin ringan dan optik berkonsentrasi ke sel fotovoltaik, seperti yang kita lakukan di bumi.

Soltau juga mengatakan bahwa energi menghasilkan arus listrik searah, yang kemudian diubah menjadi gelombang mikro melalui penguat daya frekuensi radio solid state dan ditransmisikan dalam pancaran gelombang mikro yang koheren ke Bumi.

Energi yang diterima dari luar angkasa akan ditangkap oleh antena raksasa yang berbasis di bumi disebut Rectenna. Radiasi gelombang mikro yang dikirim dari luar angkasa ditangkap oleh antena raksasa tersebut. Energi diubah menjadi arus listrik searah yang digunakan untuk transmisi tegangan tinggi.

Cara kerja panel surya kurang lebih sama dengan yang ada di bumi. Hanya saja, perbedaannya ada pada transmisi energi dari ruang angkasa ke bumi. Setiap proses-proses yang telah dijelaskan masih dalam tahap perencanaan hingga percobaan. Setiap langkah masih dikaji ulang agar bisa diimplementasikan pada tahun 2035, 2050, hingga 2060. Menurut Sobat EBT Heroes, apakah panel surya luar angkasa dapat terjadi di masa yang akan mendatang?

Panel Surya Luar Angkasa Negara Industri Maju

Ilustrasi Negara Industri Maju. Photo: Freepik

Negara-negara industri maju bersaing dalam menjadi aktor ekonomi terbesar global. Produksi terus digencarkan hingga ditingkatkan. Proses produksi memerlukan energi atau bahan bakar. Komitmen melalui Conference of the Parties (COP) terus diupayakan dan diimplementasikan. Perwujudannya melalui penggunaan energi terbarukan dalam produksi. Salah satu energi terbarukan, yakni energi surya melalui panel surya.

Salah satu negara maju yang mempersiapkan dan mencoba megaproyek panel surya luar angkasa, yakni China. Menurut laporan Dailymail, China akan mengirimkan rangkaian panel surya berukuran raksasa ke luar angkasa pada tahun 2030. Setelah mengirimkan rangkaian panel surya tersebut, pada tahun 2050, diharapkan energi yang didapat tersebut dapat dikirim ke bumi. China berharap energi yang didapatkan dari panel surya dapat digunakan pada tahun 2060.

Amerika Serikat sebagai negara adidaya tidak ingin kalah dengan China. Uji coba dilakukan oleh ilmuwan yang bekerja untuk Pentagon. Panel surya yang diuji dapat mengirimkan energi listrik dari luar angkasa ke semua are di bumi. Panel surya seukuran kotak pizza, Photovoltaic Radiofrequency Antenna Module (PRAM), diluncurkan pertama kali pada Mei 2020, menurut laporan CNN, 1 Maret 2021. Proyek tersebut telah dibiayai dan dikembangkan oleh Pentagon, Dana Peningkatan Kemampuan Energi Operasional (OECIF), dan Laboratorium Riset Angkatan Laut AS di Washington DC.

Riset juga dilakukan oleh Negara Jepang. Dilansir dari Next Trend Asia, Rencana Dasar Jepang untuk Kebijakan Antariksa (Japan’s Basic Plan for Space Policy) adalah membangun pembangkit listrik yang bersih dan stabil di luar angkasa sekaligus menjadi tujuan utama. Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) telah meriset dua teknologi krusial, yakni teknologi untuk mengonversi arus DC ke gelombang mikro satelit kemudian mengonversinya balik ke arus DC di daratan.

Langkah-langkah yang dilakukan negara-negara tersebut masih dalam tahap perencanaan hingga percobaan. Megaproyek panel surya luar angkasa merupakan investasi panjang negara industri maju. Tidak menutup kemungkinan megaproyek tersebut dapat terjadi di masa yang akan mendatang.

Bagaimana dengan Indonesia?

Ilustrasi Panel Surya Terbesar di Indonesia. Photo: Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)

Indonesia merupakan negara yang digadang-gadang akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global. Indonesia masuk dalam dua puluh negara ekonomi terbesar dengan keanggotaannya dalam G20. Industrialisasi terus digencarkan melalui kebijakan-kebijakan. Proses produksi ditingkatkan dan dikembangkan. Pengembangan tersebut terkait dengan penggunaan energi terbarukan seperti energi surya.

Energi surya melalui panel surya sudah mulai banyak diterapkan di Indonesia. Salah satu proyek terbesar Indonesia berada di Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Ada sekitar ribuan panel surya di atas ladang seluas 29 hektar. Indonesia juga tidak kalah apabila dibandingkan dengan negara-negara maju tersebut. Sobat EBT Heroes setidaknya bangga sekaligus makin tahu Indonesia dengan implementasi energi terbarukan melalui panel surya.

Indonesia memang masih belum terdapat proyek seperti yang dicanangkan oleh negara-negara industri maju. Kita masih berusaha mempercepat penggunaan atau pengimplementasian energi surya melalui panel surya. Banyak daerah yang masih belum terjangkau oleh energi terbarukan panel surya. Meskipun begitu, produksi di Indonesia terus digenjot hingga dikembangkan.

Baca Juga



Apa Tujuan dan Manfaat Mega Proyek Tersebut?

Ilustrasi Tujuan dan Manfaat Panel Surya di Luar Angkasa. Photo: Freepik

Seluruh negara termasuk negara industri maju ingin bergerak menuju proses implementasi energi terbarukan. Mega proyek menjadi solusi terkait permasalahan tersebut. Kegiatan ekonomi melalui produksi yang ingin terus ditumbuhkan dan dikembangkan membutuhkan energi yang besar. Mereka sadar penggunaan bahan bakar fosil tidak dapat lagi dilakukan karena dampaknya merusak lingkungan dan tidak lama lagi akan habis.

Mega proyeksi sebagai upaya mengatasi masalah pemasangan yang dihadapi apabila panel surya dipasang di bumi. Pembangkit listrik tenaga surya dapat menyerap cahaya matahari tanpa terbatas waktu. Sel surya akan menyerap lebih banyak sinar matahari dan menghasilkan banyak energi. Keterbatasan tempat yang ada di bumi juga menjadi alasan mengapa mega proyek ini direncanakan.

#zonaebt #energiterbarukan #sobatheroes

Editor: Himatul Azqiya

Referensi:

[1] Pentagon Bikin Panel Surya yang Bisa Kirim Listrik ke Bumi dari Luar Angkasa

[2] Pembangkit listrik luar angkasa, bagaimana cara kerjanya?

[3] Menengok Ladang Panel Surya Terbesar di Indonesia

[4] Cita-cita Jepang, Panen Tenaga Listrik Matahari dari Luar Angkasa

[5] Inggris akan bangun PLTS di luar angkasa pada 2035

[6] China Buat Panel Surya di Luar Angkasa Setara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 Comment