Kemana Limbah Nuklir Berakhir? Solusi Mengatasi Limbah Radioactive

Ilustrasi Pembangkit Nuklir. Sumber: nationalgeographic.grid.id
  • Limbah nuklir dapat merusak materi genetik makhluk hidup (DNA).
  • Berdasarkan wujud atau bentuknya, limbah radioaktif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
  • Dari segi aktivitasnya, limbah radioaktif tergolong dalam limbah aktivitas rendah, sedang, dan tinggi.

Pemanfaatan pembangkit nuklir sebagai pemompa energi di masa depan tentu sangat menjanjikan. Walaupun begitu, saat ini penerapan pembangkit listrik tenaga nuklir masih menghadapi kebimbangan di sejumlah negara, salah satunya di Indonesia.

Tentunya itu dikarenakan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan kedepannya. Selain perspektif negatif dari masyarakat terhadap nuklir, namun terdapat faktor yang sangat menentukan lainnya, yaitu diperhitungkannya limbah hasil dari PLTN nantinya.

Seperti yang Sobat EBT Heroes ketahui, semua industri pembangkitan listrik menghasilkan limbah. Apa pun bahan bakar yang digunakan, limbah yang dihasilkan dalam menghasilkan listrik harus dikelola dengan cara-cara yang menjaga kesehatan manusia dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Limbah yang dihasilkan oleh PLTN termasuk ke dalam limbah yang dapat berdampak besar bagi makhluk hidup di sekitarnya, karena memiliki sifat radioaktif, oleh sebab itu maka dengan makin tahu Indonesia juga mengetahui cara pengolahan limbah dapat menjadi solusi bersama.

Baca Juga



Limbah nuklir dapat merusak materi genetik makhluk hidup (DNA). Radiasi tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan langsung pada tubuh termasuk penyakit radiasi dan kematian. Sementara pada radiasi yang lebih rendah risiko kesehatan dalam jangka panjang yang mengganggu kesehatan, sepert, katarak, dan kanker.

Limbah yang Dihasilkan PLTN

Berdasarkan wujud atau bentuknya, limbah radioaktif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Sementara itu, dari segi aktivitasnya, limbah radioaktif tergolong dalam limbah aktivitas rendah, sedang, dan tinggi. Bentuk dan tingkat aktivitasnya sangat penting dalam menentukan cara pengolahan, bahan pembungkus, dan tempat penyimpanannya.

Limbah radioaktif dengan aktivitas sedang biasanya muncul saat proses pengolahan bahan nuklir dari bahan baku menjadi bahan siap pakai, serta dari bahan yang sudah tidak terpakai lagi yang terkontaminasi unsur radioaktif.

Sebagai contoh, limbah tingkat menengah ini bisa berupa air reaktor. Meskipun limbah nuklir dengan tingkat rendah dan menengah memiliki volume yang besar, hanya sekitar 8% yang mengandung kontaminasi radioaktif. Contoh limbah tingkat rendah meliputi pakaian, sepatu pelindung, kertas, dan plastik yang terkontaminasi.

Sementara itu, limbah dengan aktivitas tinggi berasal dari bahan bakar bekas reaktor, sumber radioaktif bekas, dan bahan atau peralatan yang terkontaminasi dengan tingkat aktivitas tinggi. Limbah tingkat tinggi sebagian besar terdiri dari bahan bakar bekas reaktor.

Beberapa negara memproses ulang bahan bakar bekas, yang menambah jenis limbah tingkat tinggi. Semua limbah tingkat tinggi dan bahan bakar bekas ini memiliki risiko radiologi yang tinggi dan memerlukan isolasi yang baik dari lingkungan untuk waktu yang lama.

Baca Juga



Penting untuk dicatat bahwa semua limbah radioaktif secara alami akan mengalami peluruhan seiring berjalannya waktu. Proses ini membutuhkan waktu, dan setelah bahan radioaktif meluruh, limbah tersebut tidak lagi bersifat berbahaya. Namun, beberapa unsur radioaktif, seperti isotop dan senyawa plutonium, sangat beracun karena radioaktivitasnya.

Plutonium, misalnya, menjadi lebih berbahaya jika terhirup dibandingkan dengan tertelan. Risiko kanker paru-paru meningkat ketika paparan radiasi terhirup melebihi 400 mSv dan memerlukan waktu peluruhan ribuan tahun.

Pengelolaan Limbah Nuklir

Ilustrasi pengolahan Limbah Nuklir. Sumber: cnnindonesia.com

Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif yang berdasarkan Surat Keputusan dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 03/Ka-BAPETEN/V-99 disebutkan bahwa terdapat dua sistem pengelolaan limbah radioaktif.

Pertama, Pembuangan limbah radioaktif yang dilaksanakan seluruhnya oleh para pemanfaat secara perorangan. Pengguna perorangan menyimpan limbahnya atau membuangnya sendiri menggunakan metode penguraian, penguburan, atau pembuangan.

Kedua, Pembuangan limbah radioaktif dilaksanakan secara kolektif oleh suatu instalasi pengolahan limbah. Pengguna mengirimkan limbah mereka (biasanya yang belum diolah) ke tempat pembuangan di fasilitas pengolahan limbah khusus, di mana limbah pengguna akan diolah, didekontaminasi, atau dipekatkan dan disimpan dengan lebih efisien.

Pengolahan Limbah Radioaktif Cair

Limbah radioaktif cair biasanya mengandung komponen radioaktif (larut dan tidak larut) dan non-radioaktif. Pemilihan metode pembuangan limbah radioaktif tergantung pada jenis dan bentuk radionuklida dalam limbah tersebut.

Proses pengolahan limbah radioaktif cair terdiri dari evaporasi, adsorpsi, pertukaran ion, dan perlakuan kimia (koagulasi dan flokulasi). Residu hasil pengolahan limbah radioaktif cair dipadatkan agar kandungannya tidak terlepas ke lingkungan.

Pengolahan Limbah Radioaktif Padat

Pengolahan limbah radioaktif padat dilakukan tergantung pada sifat limbahnya. Karakteristik limbah radioaktif padat dibedakan menjadi tiga jenis. Limbah radioaktif padat mudah dibakar, Limbah radioaktif padat tidak dapat dibakar, Limbah radioaktif padat tidak dapat dibakar dan dikompaksi.

Pengolahan limbah radioaktif padat diolah dengan cara insenerasi yaitu pembakaran pada temperatur 700 – 11000C, sehingga menghasilkan gas buang. Untuk dua lainnya menggunakan cara kompaksi dan imobilisasi.

Pengolahan Limbah Radioaktif Gas

Limbah radioaktif berbentuk gas dari pembangkit listrik tenaga nuklir biasanya berupa produk fisi (fission product), yang terbentuk dari reaksi fisi di dalam bahan bakar dan dapat keluar dari cangkang bahan bakar. Gas buang mengandung bahan radioaktif.

Pengolahan gas buang dilakukan dengan cara menyerap radionuklida menggunakan filter (filter karbon aktif atau filter HEPA). Filter radioaktif bekas diproses dengan hiperkompresi atau kompresi dua arah untuk memaksimalkan pengurangan volume. Di sisi lain, karbon aktif diolah dengan cara pembakaran dan abu yang dihasilkan difiksasi dengan semen.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Nur Wasilatus Sholeha

Referensi:

[1] Mengenal Limbah Radioaktif Nuklir

[2] Bahaya Tersembunyi Limbah Nuklir bagi Kesehatan Manusia

[3] Radioactive Waste

[4] Cara Penanganan Limbah Nuklir

[5] Pengolahan Limbah Radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

58 Comment