Banyak cara para miliarder untuk menghabiskan uang mereka, seperti membeli rumah pinggir danau, cat mobil berlapis emas, membeli NFT (harga tidak masuk akal) dan ada pula yang ingin berwisata ke luar angkasa.
Merespon permintaan para miliarder yang makin kesini makin aneh aneh saja. Beberapa perusahaan besar dunia, menanggapi dengan serius permintaan mereka itu.
Sebut saja daftar perusahaan yang menyediakan akomodasi perjalanan wisata ke luar angkasa. Diketahui ada SpaceX, Virgin Galactic, Space Adventures, Blue Origin dan masih banyak lainya.
Tapi apakah kalian sadar, meluncurkan roket untuk keluar angkasa dengan tujuan berwisata merasakan hidup tanpa gravitasi. Hanya merupakan kegiatan pemborosan energi skala besar, beda halnya ke luar angkasa hanya bertujuan penelitian sains.
Seperti yang diungkap oleh Profesor Geografi Fisik dari University College London “Peluncuran roket sangat berkontribusi dalam menipiskan lapisan ozon yang ada di Bumi. Tidak peduli dimana roket tersebut melepaskan oksidasi nitrogennya” Ujarnya yang dikutip dari Mashable.
Baca juga: Tentang Green Jobs, Tren Karir Masa Depan yang ‘Ramah Lingkungan’
Berapa biaya sekali berwisata ke luar angkasa?
Dilansir dari situs Business Insider, Sekali penerbangan ke luar angkasa menggunakan pesawat merek Virgin Galactic. Anda harus merogoh kocek dengan angka fantastic sebesar masing-masing US$ 250.000 atar setara dengan Rp 3,6 miliar.
Jangan kaget lagi, untuk perusahaan Blue Origin yang dimiliki oleh raksasa E commerce asal Amerika Jeff Bezos. Memasang tarif sekali terbang ke luar angkasa sebesar US$ 24 juta atau setara dengan Rp 406 miliar. Sedangkan kompetitornya yang paling seru bukan tidak lagi Elon Musk, mereka sering beradu canda di Twitter. Memasang tarif lebih gila lagi, dengan sekali bepergian memuat empat orang penumpang. Dipatok dengan US$ 55 juta atau setara Rp 799 miliar per kepala.
Harga yang dibayar untuk berwisata ke luar angkasa tersebut, saat ini sangatlah mahal. Padahal dengan uang sebesar itu, para miliarder bisa sumbangkan untuk kegiatan amal sosial. Di beberapa negara Afrika sedang mengalami kesusahan air, di beberapa negara Asia banyak yang hidup dalam garis kemiskinan.
Baca juga: SAMPAH PEMBUNGKUS PAKET NAIK SELAMA PANDEMI, SEBERAPA PARAH KAH?
Dampak ke lingkungan
Dilansir dari majalah CSR, menurut keterangan dari seorang profesor di bidang ilmu geografi fisik di Universitas College London. Dalam satu kali peluncuran roket, menurut keterangan beliau dapat menghasilkan 3 ton karbon dioksida per kepala (pumpang). Sedangkan dalam sekali peluncuran roket terdapat empat penumpang, bisa dibilang akan menimbulkan 300 ton CO2.
Tapi disisi lainnya, peluncuran roket saat ini di dunia masih tergolong sedikit. Sebut saja tahun lalu, hanya 114 roket yang mencapai orbit yang berjalan mulus. Berbeda bila disandingkan dengan penerbangan pesawat komersial atau sejenisnya, yang mencapai kurang lebih 100.000 penerbangan domestik maupun internasional per harinya.
Tidak menutup kemungkinan, di tahun-tahun mendatang. Jumlah peluncuran roket akan makin banyak. Ini kecenderungannya pasti mengarah kesana. Tentu atmosfer bumi akan semakin banyak menampung polusi ter akibat dari roket-roket yang mengeluarkan klorin, CO2 dan zat kimia berbahaya lainnya.
Perkembangan ilmu sains dan perubahan teknologi kedepannya. Menjadi harapan kita bersama agar tercipta bahan bakar roket yang lebih ramah lingkungan. Serta peran pemerintah untuk meregulasi para pebisnis roket antariksa untuk berupaya menciptakan perjalanan ke luar angkasa yang ramah lingkungan dan tentunya berkelanjutan.
#zonaebt #sebarterbarukan #antariksa #roket
Referensi
https://majalahcsr.id/perlombaan-roket-angkasa-miliuner-mengancam-lingkungan/
5 Comment