- Pemanasan global merupakan isu global yang sangat penting untuk dicegah.
- Berbagai negara berupaya untuk mengurangi penggunaan zat karbon.
- UGM melakukan inovasi kayu penyerap karbon.
Perubahan iklim merupakan isu global yang semakin mendesak dengan dampak drastis terhadap lingkungan dan kehidupan dalam sehari-hari. Salah satu kontributor utama perubahan iklim adalah emisi karbon dioksida (CO2) yang berlebihan ke atmosfer. Untuk mengatasi tantangan ini, Fakultas Teknik dan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama mengembangkan solusi inovatif – kayu penyerap karbon. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kayu dalam menyerap karbon dari atmosfer, sehingga berkontribusi terhadap masa depan yang berkelanjutan dan lebih hijau.
Konsep kayu penyerap karbon melibatkan serangkaian teknik, termasuk modifikasi kimia, pembuatan material kayu komposit, dan penghijauan perkotaan. Inovasi-inovasi ini menawarkan beberapa keuntungan selain dari penyerapan karbon, seperti pengurangan emisi karbon, peningkatan kualitas udara, peningkatan daya tahan, dan nilai estetika tersendiri.
Maka dari itu, yuk, Sobat EBT Heroes jadi makin tahu Indonesia untuk mengetahui lebih dalam berbagai teknik yang digunakan dalam inovasi kayu penyerap karbon dan mengeksplorasi potensi yang dimiliki konsep inovatif ini dalam memitigasi perubahan iklim!
Inovasi UGM: Kayu Penyerap Karbon
Pendekatan peneliti terhadap inovasi kayu penyerap karbon melibatkan penggunaan kayu pinus olahan, yang diubah menjadi kayu veneer laminasi (LVL). LVL adalah produk kayu komposit yang dibuat dengan melapisi lembaran kayu tipis dan mengikatnya dengan perekat yang kuat. Bahan ini memiliki kekuatan dan kekakuan yang luar biasa, sehingga ideal untuk konstruksi bangunan dan infrastruktur.
Salah satu keunggulan utama kayu penyerap karbon inovasi UGM ini adalah kemampuannya yang luar biasa dalam menyerap karbon dioksida (CO2). Saat pohon tumbuh, kayu-kayu tersebut menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya di dalam cabang, batang, dan akar. Bangunan yang dibangun menggunakan kayu penyerap karbon ini memiliki kapasitas unik untuk secara aktif menyerap karbon sepanjang konstruksi dan masa pakainya. Selama konstruksi, kayu menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan selama penggunaannya, kayu terus menangkap CO2 melalui fotosintesis.
Inovasi kayu penyerap karbon yang dikembangkan Fakultas Teknik dan Kehutanan UGM ini berpotensi menjadi game changer dalam upaya melawan perubahan iklim. Walaupun masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, UGM berkomitmen untuk melakukan pengujian menyeluruh terhadap kekuatan, daya tahan, kelayakan ekonomi, dan dampak sosial material tersebut. Jika berhasil, inovasi ini dapat diterapkan secara luas di Indonesia, dengan dukungan pemerintah maupun swasta dalam menetapkan standar dan peraturan konstruksi kayu penyerap karbon. Selain itu, UGM memiliki tujuan untuk mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang segudang manfaat penggunaan material tersebut dalam konstruksi berkelanjutan.
Urgensi Mengatasi Emisi Karbon
Pentingnya mengatasi emisi karbon dan dampaknya terhadap lingkungan tidak bisa dianggap sepele. Krisis iklim saat ini ditandai dengan kejadian cuaca ekstrem, kenaikan suhu, dan kekeringan yang mengakibatkan kelangkaan air di berbagai wilayah. Indonesia tidak sendirian dalam menghadapi tantangan-tantangan ini; negara-negara di seluruh dunia, termasuk Italia, Maroko, Amerika Serikat, dan Yunani, sedang mengatasi konsekuensi akumulasi emisi karbon di atmosfer.
Pada konferensi COP 26 tahun 2021 di Glasgow, Presiden Jokowi menekankan komitmen Indonesia untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2060, dengan target pengurangan emisi yang diperbarui. Hal ini menunjukkan dedikasi Indonesia terhadap kebijakan iklim internasional dan juga upaya global untuk memerangi perubahan iklim. Seperti yang disebutkan Ir. Diana Kusumastuti, MT, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia, bahwa perlunya penurunan emisi, khususnya dari sektor konstruksi, yang berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon.
Emisi karbon dari bangunan dan konstruksi menyumbang sekitar 30% emisi CO2 global, sehingga penting untuk mencari alternatif yang berkelanjutan. Di sinilah kerjasama Fakultas Teknik dan Fakultas Kehutanan UGM terjalin. Mereka melakukan penelitian terhadap penggunaan kayu penyerap karbon sebagai alternatif ramah lingkungan dibandingkan bahan bangunan konvensional, dengan tujuan untuk melakukan transisi dari bagian dari masalah menjadi bagian dari solusi.
Baca juga
- Amerika Serikat Punya Potensi Penyimpanan Emisi Karbon Terbesar di Dunia
- Kenali Kebijakan Karbon yang Berlaku di Indonesia
Ketika melihat tujuan pengurangan emisi karbon secara global, strategi penggunaan bangunan berbahan dasar kayu yang mampu menyerap karbon memiliki potensi besar. Namun, perlu ada perubahan dalam kebijakan dan aturan pemerintah untuk mendukung penggunaan material kayu ini secara berkelanjutan. Produsen bangunan kayu juga harus memiliki komitmen untuk menanam kembali pohon yang telah ditebang, sehingga menjaga siklus berkelanjutan dalam penggunaan kayu.
Dalam konteks ini, UGM memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan inovasi ini dan menjadikannya sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan kerja sama antara universitas, industri, dan praktisi, inovasi ini dapat menjadi salah satu solusi yang berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon di sektor pembangunan.
Baca juga
- Eksplor Potensi Ekonomi Biru Menurut 5 Program Prioritas KKP
- Negara-negara ASEAN bekerjasama dengan Finlandia untuk membangun masa depan ekonomi sirkular
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG., Ph.D., menyatakan bahwa universitas memiliki misi yang sesuai dengan tantangan global saat ini, yaitu perubahan iklim. Dengan inovasi seperti bangunan kayu penyerap karbon, UGM berkontribusi pada upaya global dalam menghadapi perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Dalam upaya untuk mencapai target pengurangan emisi karbon, inovasi kayu penyerap karbon dari UGM dapat menjadi langkah konkret dan signifikan. Dengan dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, inovasi ini memiliki potensi besar untuk mengubah paradigma pembangunan menuju arah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pentingnya inovasi ini juga ditekankan oleh Ir. Diana Kusumastuti, M.T., Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI. Ia menyatakan bahwa upaya Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi adalah komitmen yang telah diratifikasi dalam kebijakan internasional. Dengan inovasi seperti ini, Indonesia dapat semakin mendekati pencapaian target pengurangan emisi karbon yang telah ditetapkan.
Dalam konteks global, dampak perubahan iklim semakin terasa, dan perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, langkah-langkah inovatif seperti penggunaan kayu penyerap karbon dari UGM sangat penting dalam mengatasi tantangan ini. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Tika Sari Safitri
Referensi
[1] Bumi Mendidih Akibat Perubahan Iklim, UGM Usung Inovasi Bangunan Kayu yang Dapat Menyerap Karbon
[2] UGM Usung Inovasi Bangunan Kayu yang Efektif Serap Karbon
[3] Hadapi Perubahan Iklim, UGM Usul Masyarakat Kembali ke Bangunan Kayu