- Lemak hewani sebagai biofuel dapat mengurangi emisi, tetapi berisiko kelangkaan dan deforestasi.
- Inisiatif Refuel EU perlu evaluasi kritis untuk memastikan keberlanjutan penggunaan biofuel.
- Penting untuk mengeksplorasi alternatif biofuel ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran konsumen.
Dalam beberapa tahun terakhir, biofuel telah menjadi topik hangat dalam diskusi tentang keberlanjutan dan pengurangan emisi karbon. Salah satu isu yang menarik perhatian adalah penggunaan lemak hewani sebagai bahan bakar penerbangan. Sebuah skenario yang mencengangkan dari para ilmuwan menggambarkan bagaimana kebutuhan perjalanan pesawat dari Paris ke New York memerlukan sekitar 9.000 babi mati sebagai bahan bakar.
Tentu saja ini pengaplikasinnya tidak seperti yang dibayangkan, seperti menggunakan semua bagiannya, melainkan adalah minyak yang ada di tubuhnya. Namun kenapa harus bersusah payah? Dan seperti apa kira-kira dampaknya, mengingat ada industri lain yang bergantung pada lemak hewani untuk produksinya? Jumlah yang fantastis yang diperlukan ini menunjukkan betapa besar ketergantungan industri penerbangan terhadap sumber daya.
Faktanya beberapa maskapai, seperti Ryanair, ingin menggunakan lemak hewani secepat mungkin. Melalui skenario ini kiranya Sobat EBT Heroes bisa membayangkan posisi biofuel sebagai pengganti energi fosil memang sangat diperlukan karena dan dampak lingkungan ditimbulkan dari aktivitas transportasi udara.
Biofuel dari Lemak Hewani: Peluang dan Tantangan
Penggunaan lemak hewani dalam biofuel, khususnya untuk penerbangan, menawarkan peluang baru untuk mengurangi emisi CO2. Uni Eropa melalui inisiatif Refuel EU berupaya mengurangi jejak karbon penerbangan dengan memanfaatkan limbah industri daging. Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi. Meskipun lemak hewani dapat diolah menjadi bahan bakar, kekhawatiran muncul dari industri lain yang juga bergantung pada sumber daya ini, seperti industri kosmetik dan makanan. Mereka khawatir bahwa permintaan yang meningkat akan mengakibatkan kelangkaan.
Di sisi lain sebenarnya sektor peternakan dan pertanian merupakan penyumbang utama gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Sektor peternakan menyumbang gas metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan karbon dioksida (CO2), sedangkan pertanian juga menghasilkan emisi CO2, N2O, dan metana.
Baca Juga
- Biomassa Komoditas Penting Untuk Peningkatan Pertahanan
- Biomassa Bisa Jadi Alternatif Energi Sektor Pertahanan
Melalui langkah ini dapat menjadi sebuah gerakan untuk mengurangi emisi. Peternakan dan perkebunan merupakan sektor utama kehidupan serta menjadi bagian dari rotor ekonomi. Oleh karena itu pengelolaannya dilakukan dengan hati-hati, kondisi ini sama seperti bagaimana negara-negara mayoritas batu bara melihat upaya transisi energi sebagai sebuah usaha yang melelahkan.

Dampak Lingkungan dari Penggunaan Biofuel
Salah satu isu utama dalam penggunaan biofuel adalah dampak lingkungan yang ditimbulkan. Meskipun lemak hewani dapat mengurangi emisi, ada risiko bahwa peningkatan permintaan akan mendorong ekspansi perkebunan sawit. Hal ini berpotensi merusak hutan hujan dan mengancam keanekaragaman hayati. Banyak pemerhati lingkungan berpendapat bahwa solusi yang lebih berkelanjutan harus dicari, seperti pengembangan teknologi biofuel yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Refuel EU: Kebijakan yang Kontroversial
Inisiatif Refuel EU bertujuan untuk mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan dengan menetapkan target penggunaan biofuel. Namun, regulasi yang mengizinkan penggunaan 3% minyak sawit dari hewan menimbulkan kontroversi. Dengan lebih dari 1 juta ton minyak sawit tambahan yang diperlukan, banyak yang mempertanyakan apakah ini adalah langkah yang tepat untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Kebijakan ini harus dievaluasi secara kritis untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya mengalihkan masalah, tetapi benar-benar memberikan solusi yang efektif.
Alternatif Biofuel yang Lebih Berkelanjutan
Meskipun lemak hewani menawarkan solusi jangka pendek, banyak ahli berpendapat bahwa fokus harus beralih ke alternatif biofuel yang lebih berkelanjutan, misalnya, biofuel yang dihasilkan dari alga atau limbah pertanian. Teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada sumber daya hewani, tetapi juga dapat membantu mengurangi limbah yang dihasilkan oleh industri pertanian.
Peran Inovasi dalam Pengembangan Biofuel
Inovasi teknologi memainkan peran penting dalam pengembangan biofuel yang lebih efisien. Penelitian dan pengembangan dalam bidang bioteknologi dapat menghasilkan metode baru untuk memproduksi biofuel dari sumber yang lebih berkelanjutan. Dengan investasi yang tepat, industri penerbangan dapat beralih ke biofuel yang tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga tidak merusak lingkungan.

Baca Juga
- Trilemma Energi: Pemersatu Lingkungan dan Transisi Energi
- Efisiensi Sebabkan Indonesia Keluar Dari Perjanjian Paris?
Kesadaran Konsumen dan Tanggung Jawab Sosial
Kesadaran konsumen juga menjadi faktor penting dalam transisi menuju biofuel yang lebih berkelanjutan. Masyarakat semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari pilihan mereka. Oleh karena itu, industri penerbangan harus transparan tentang sumber bahan bakar yang mereka gunakan dan dampaknya terhadap lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan harus menjadi bagian integral dari strategi bisnis mereka.
Lalu bagaimana kita harus mencari solusi yang berkelanjutan? Penggunaan biofuel, terutama lemak hewani, dalam industri penerbangan adalah isu yang kompleks dan kontroversial. Meskipun ada potensi untuk mengurangi emisi, tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi alternatif yang lebih berkelanjutan dan mendorong inovasi dalam teknologi biofuel. Hanya dengan pendekatan yang holistik dan bertanggung jawab, kita dapat mencapai tujuan keberlanjutan yang diinginkan. Serta melihat masalah yang ada secara lebih luas dan menggunakan faktor yang kompleks, apalagi dalam sebuah kerangka kebijakan yang tidak hanya berfokus pada satu sektor.
#zonaebt #EBTHeroes #serbaterbarukan
Editor: Tri Indah Lestari
Referensi
1. European Commission – Refuel EU https://ec.europa.eu/transport/themes/clean-transport/refuel-eu_en
2. World Wildlife Fund – Palm Oil https://www.worldwildlife.org/pages/palm-oil
3. International Air Transport Association – Biofuels https://www.iata.org/en/pressroom/2021-releases/2021-10-05-01/