Biomassa Komoditas Penting Untuk Peningkatan Pertahanan

Biomassa Komoditas Penting Untuk Peningkatan Pertahanan
Gambar radar. Sumber: okezone.com
  • Pemanfaatan limbah biomassa sebagai material penyerapan radar mendukung teknologi siluman dan mitigasi iklim dengan meningkatkan nilai ekonomi.
  • Limbah biomassa seperti sekam padi dan loofah berpotensi sebagai bahan pembuatan arang aktif untuk teknologi siluman.
  • Indonesia menghadapi hambatan birokrasi lintas sektor dalam transisi energi, mengutamakan ketahanan energi dan mengesampingkan isu lingkungan.

Biomassa Tidak hanya sebagai Sumber Energi

Akhir-akhir ini pemanfaatan limbah biomassa telah menarik perhatian peneliti untuk dimanfaatkan sebagai bahan penyerapan dan perlindungan dari gelombang radar. Selain itu, karena sifatnya yang terbarukan dan ramah lingkungan serta selaras dengan tujuan mitigasi iklim. Limbah biomassa merupakan bahan yang mengandung karbon berkelanjutan dengan jumlah melimpah di alam, namun belum dimanfaatkan dengan baik.

Penelitian untuk penggunaan Radar Absorbing Material (RAM) dengan limbah biomassa ini sedang banyak dilakukan sebagai alternatif pengolahan limbah. Hal ini agar dapat bermanfaat bagi lingkungan dan dapat meningkatkan nilai ekonominya. Selain pada lingkungan, peningkatan pembuatan RAM dari arang aktif biomassa juga dapat meningkatkan sektor riset teknologi. Sekaligus, juga untuk meningkatkan kemampuan Stealth Technology (teknologi siluman). Adapun jenis limbah biomassa yang baik untuk dapat dijadikan sebagai arang aktif adalah yang memiliki kandungan lignoselulosa (lignin, selulosa, hemiselulosa) yang tinggi.

Baca Juga



Stealth Technology menjadi kualifikasi khusus bagi standar pertahanan dan terus dikembangkan di bidang militer. Implementasi teknologi ini biasanya digunakan pada pesawat tempur, kapal, dan rudal dengan membuat lapisan anti radar di permukaan objek. Perlu diketahui alasan karbon dipakai untuk Stealth Technology, yaitu karena karakteristiknya. Karakteristik struktur yang berpori dalam karbon dapat membuat penyerapan gelombang menjadi lebih baik.

Karena saat ada gelombang radar yang melewati bahan karbon, gelombang tersebut tidak langsung dipantulkan kembali. Namun akan diteruskan untuk masuk ke dalam pori, sehingga gelombang akan rusak dan kehabisan energi. Arang aktif merupakan salah satu material karbon yang memiliki struktur morfologi berpori.

Biomassa Komoditas Penting Untuk Peningkatan Pertahanan
Gambar arang aktif. Sumber: Internet

Bahan Karbon Sudah jadi Opsi Alternatif yang Teruji

Dari pembahasan sebelumnnya, bahan karbon sedang banyak dikembangkan dalam pelapisan teknologi siluman. Pembuatan arang dapat menggunakan limbah biomassa yang ramah lingkungan (jerami gandum, sekam padi, sekam, loofah, ampas tebu, kulit jeruk bali, kulit nangka, batok kelapa, dan semangka); limbah pengolahan kayu (tempurung kelapa dan limbah batu bara); limbah pertanian (kulit buah kopi, kulit buah coklat, jerami, tongkol pelepah jagung, dan sekam padi.)

Semua biomassa ini berpotensi untuk dapat dijadikan bahan baku pembuatan arang yang baik. Diantara material biomassa yang paling potensial sebagai RAM adalah sekam padi dan loofah karena kualifikasi frekuensi yang sama dengan radar teknologi siluman yaitu 8 – 12 GHz. Sebagai perbandingan radar pencari peluru atau proyektil menggunakan pita frekuensi sebesar 94 GHz. siaran televisi UHF pada 470-870 MHz, dan pita telepon seluler pada 900 MHz. Lebih dari itu, berkisar antara 1-2 GHz gelombang mikro digunakan dalam lalu lintas angkasa dan troposcatter.

Apa yang Indonesia bisa Lakukan?

Sudah sangat jelas jika biomassa adalah sebuah bentuk dari energi terbarukan yang berasal dari bahan organik seperti hewan dan tumbuhan. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar bisa memanfaatkannya untuk sumber bioenergi. Selain itu dengan keanekaragaman hayati dan banyaknya permasalahan limbah yang ada, ini bisa dijadikan salah satu solusi.

Terlebih lagi tidak hanya pada isu energi namun juga isu pertahanan. Isu di mana menjadi fokus dalam pemerintahan saat ini, selain dari melakukan swasembada. Jika pemerintah bisa melihat ini sebagai sebuah peluang, maka isu sampah, energi, riset, dan pertahanan bisa diselesaikan. Kemudian dapat berkontribusi besar pada ekonomi dan ketahanan negara.

Namun ada hal yang masih menjadi batu sandungan negara terbesar di Asia Tenggara ini, yaitu pada bagaimana pengaplikasiannya. Dalam hal transisi energi misalnya, upaya untuk menjaga lingkungan terhambat birokrasi dan tantangan lintas sektor. Karena lingkungan yang menjadi kesatuan dalam transisi, realitanya menjadi fokus terakhir oleh pihak yang berwenang (Kementerian ESDM). Kemudian sektor lingkungan diurusi sepenuhnya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan yang tidak mengurusi urusan energi.

Biomassa Komoditas Penting Untuk Peningkatan Pertahanan
Gambar hubungan antar sektor. Sumber: Kumparan.com

Baca Juga



Alasan lain mengapa lingkungan menjadi isu terakhir karena pandangan Indonesia pada “ketahanan nasional” dapat mengesampingkan isu lingkungan. Ini bisa dilihat dari bagaimana proyek strategis nasional mengenai upaya menjaga ketahanan air dengan membangun bendungan, mengesampingkan isu keanekaragaman hayati dan potensi gas metana yang dihasilkan dari bendungan.

Birokrasi lintas sektor yang terjadi di Indonesia masih sukar untuk diselesaikan dengan efisien. Kementerian yang bertugas untuk melakukan transisi energi berfokus pada energi dan mineral (pertambangan eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam Indonesia). Sedangkan untuk izin amdal di bawah wewenang Kementerian lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan.

Dalam upaya melakukan pengelolaan energi ada tiga aspek, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan keberlanjutan. Kementerian ESDM memiliki prioritas utama yaitu menjaga ketahanan energi, keterjangkauan, dan transisi energi berkeadilan. Aspek lingkungan baru akan diaplikasikan setelah prioritas itu berhasil diaplikasikan.

Sebenarnya Indonesia bisa melakukan efisiensi melihat masalah lintas sektor yang sedemikian kompleks. Muncul pertanyaan besar yang harus dimiliki Sobat EBT Heroes, yaitu “Mengapa negara ini bisa memisahkan kementerian menjadi lebih banyak dan menambah kementerian koordinator? Tetapi tidak bisa menyelesaikan isu penting, dan terhambat karena permasalahan kewenangan lintas sektor yang menghambat rencana jangka panjang?”

#zonaebt #sebarterbarukan #sobatebtheroes
Editor: Tri Indah Lestari

Referensi

Dinda Khoirun Nisa dkk. Studi Komparatif Arang Aktif Limbah Biomassa Sebagai Radar Absorbing Material (RAM). Vol. 9, No. 2 – Oktober 2024 ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e). Jurnal Fisika – Fisika Sains Dan Aplikasinya. https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/FISA/article/view/19340/7098.

Warih Anak Aji Samodro. (2024). Komitmen Indonesia Dalam Implementasi Kesepakatan The Conference Of The Parties (COP) 27 Pada Sektor Ketenagalistrikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *