Manfaat Mengetahui dan Menghitung Karbon Hutan

Lapisan atmosfer bumi. Sumber : freepik.com
  • Penyimpanan karbon di bumi terjadi melalui penyerapan karbon dioksida oleh pohon dan tanaman, yang kemudian menyimpan karbon tersebut dalam biomassa dan melepaskan oksigen ke atmosfer.
  • Terdapat dua metode utama untuk menghitung karbon: metode top-down menggunakan data agregat nasional dan model atmosfer, serta metode bottom-up yang mengukur emisi secara terperinci dari setiap sumber individu.
  • Perhitungan karbon berguna untuk mengelola hutan secara berkelanjutan, mengidentifikasi area reboisasi, dan memenuhi kewajiban pelaporan internasional mengenai emisi gas rumah kaca.

Penyimpanan karbon bumi terjadi ketika pohon dan tanaman menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dan mengubahnya menjadi oksigen serta biomassa (seperti batang, daun, dan akar). Istilah “penyerapan karbon” digunakan untuk menggambarkan proses ini yang berlangsung di hutan, lahan pertanian, lahan penggembalaan, padang rumput, dan semak belukar. Karbon yang disimpan ini kemudian dapat dilepaskan kembali ke atmosfer melalui aktivitas manusia seperti panen hasil hutan dan pertanian, pembakaran lahan, dan lainnya.

Baca Juga:



Hasil dari penyimpanan karbon dalam ekosistem seperti hutan memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai regulasi iklim yang memberikan efek pendinginan dengan menyerap CO2 dan melepaskan oksigen. Dengan demikian, hutan membantu dalam pengaturan suhu global dan iklim lokal. Selain itu, hutan juga berperan dalam siklus air melalui proses evapotranspirasi.

Manfaat lainnya termasuk penyediaan oksigen yang meningkat melalui fotosintesis, di mana tumbuhan menghasilkan oksigen yang kita butuhkan untuk bernapas. Manfaat ini dirasakan langsung oleh manusia dan hewan. Hutan juga menjaga biodiversitas dan ekosistem dengan menyediakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, yang penting untuk ekosistem yang sehat dan seimbang.

Penelitian yang dilakukan oleh Tilman dan Downing pada tahun 1994 menunjukkan bahwa plot dengan lebih banyak spesies tumbuhan memiliki toleransi lebih baik terhadap kekeringan dibandingkan plot dengan sedikit spesies. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies, termasuk variasi genetik dalam ekosistem, dapat membuat kondisi perubahan karbon lebih stabil.

Jumlah karbon yang dihasilkan oleh masing-masing spesies berbeda-beda dan berkaitan dengan kemampuan mereka beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, keseimbangan karbon merupakan hasil interaksi terpadu dari mekanisme regulasi endogenus (seperti enzim), pengaruh lingkungan (kondisi iklim), dan interaksi antarspesies (kompetisi).

Perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi produksi bersih ekosistem, fotosintesis, dan respirasi dalam lingkungan global termasuk pemanasan regional, endapan nutrisi, serta peningkatan konsentrasi CO2. Fotosintesis di biosfer bumi dapat meningkat sebagai respons terhadap peningkatan CO2 di atmosfer, yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan. Oleh karena itu, kapasitas tanaman untuk merespons peningkatan CO2 sangat kuat.

Pada tahun 2024, menurut laporan dari IPCC, sekitar 10-15% dari emisi karbon dioksida global berasal dari aktivitas di sektor kehutanan. Perubahan keseimbangan karbon di atmosfer sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam ekosistem bumi. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengontrol dan menghitung karbon bumi. Penyimpanan karbon dalam ekosistem hutan digunakan sebagai dasar untuk menghitung cadangan karbon global.

Hutan Pegunungan. Sumber : freepik.com

Tipe Perhitungan Karbon

Terdapat dua metode utama untuk menghitung karbon, yaitu:

1. Atmosfer (top-down)

Metode top-down digunakan untuk mengestimasi emisi gas rumah kaca atau CO2 dengan memanfaatkan data agregat atau inventarisasi tingkat nasional dan faktor emisi yang lebih umum.

Cara kerja metode ini dimulai dengan pengumpulan data atmosferik dari berbagai stasiun pemantauan. Data ini mencakup konsentrasi gas rumah kaca. Kemudian, data tersebut dimasukkan ke dalam model transportasi atmosfer. Model ini mensimulasikan bagaimana gas rumah kaca bergerak dan menyebar di atmosfer, memperhitungkan berbagai faktor seperti angin, suhu, tekanan, dan ketinggian.

Hasilnya kemudian divalidasi dan dikalibrasi dengan data lapangan serta inventarisasi emisi lokal untuk memastikan akurasi estimasi emisi. Penerapan metode ini juga digunakan dalam laporan emisi perusahaan besar untuk melaporkan total emisi dari operasi mereka.

Polusi Industri Pabrik. Sumber : freepik.com

2. Berdasarkan lahan (bottom-up)

Metode bottom-up menggunakan data terperinci dari setiap sumber untuk memperkirakan emisi gas rumah kaca atau CO2. Metode ini meliputi inventarisasi dan pengukuran plot lahan, mengukur produktivitas biomassa dan ekosistem berdasarkan lahan, mulai dari skala tumbuhan hingga ekosistem.

Cara kerja metode ini dimulai dengan mengidentifikasi semua sumber emisi potensial, termasuk hutan, lahan pertanian, industri, transportasi, dan sektor lainnya. Kemudian, data dikumpulkan dan dilakukan pengukuran biomassa di plot sampel serta inventarisasi dan pengukuran produktivitas ekosistem per plot lahan, mulai dari skala tumbuhan hingga ekosistem.

Data lapangan digunakan dalam persamaan allometrik untuk menghitung biomassa di atas dan di bawah permukaan. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan perangkat lunak analisis data untuk menghitung stok karbon total, termasuk menghitung emisi dari setiap sumber individu.

Setelah itu, dilakukan validasi untuk memastikan bahwa data yang diperoleh akurat, melibatkan pihak ketiga untuk memverifikasi data dan metode yang digunakan dalam penghitungan. Data hasil perhitungan disusun dalam laporan yang komprehensif, yang digunakan untuk pelaporan nasional dan internasional.

Baca Juga:



Hasil Perhitungan Karbon Untuk Apa?

Perhitungan karbon hutan dilakukan untuk berbagai kepentingan, seperti membantu mengelola hutan dalam merancang strategi pengelolaan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan stok karbon dan dampaknya terhadap perubahan iklim.

Perhitungan ini juga digunakan untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan penanaman kembali pada hutan gundul dan melakukan konservasi lahan yang bukan hutan oleh manusia secara langsung, kemudian mengembalikannya ke lahan berhutan dengan bantuan kegiatan seperti penanaman dan pembibitan.

Kegunaan lain perhitungan karbon hutan adalah untuk pelaporan dan kepatuhan internasional, yang digunakan oleh pemerintah untuk menyusun inventarisasi emisi gas rumah kaca nasional, sebuah kewajiban di bawah perjanjian internasional. Indonesia, misalnya, telah berpartisipasi dengan menandatangani Protokol Kyoto pada tahun 1998 dan Perjanjian Paris pada tahun 2015. Hal ini dilakukan untuk memberikan data yang transparan dan akurat untuk melaporkan kemajuan dalam mencapai target pengurangan emisi kepada organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dengan mengetahui informasi di atas, diharapkan ZBT Heroes memiliki gambaran untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan, terutama ekosistem hutan, demi masa depan yang lebih baik.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes #makintahuIndonesia

Editor: Savira Oktavia

Referensi:

[1] Changes in the Carbon Cycle

[2] A review of bottom-up and top-down emission estimates of hydrofluorocarbons (HFCs) in different parts of the world

[3] Development of bottom-up model to estimate dynamic carbon emission for city-scale buildings

[4] Penyimpanan Karbon dalam Ekosistim Hutan sebagai Dasar Perhitungan Karbon Bumi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 Comment

  1. ✔️꽁머니❂【꽁스타그램 toggong.com✔️】꽁머니 홍보방|꽁돈지급💰△toggong.com△꽁스타그램💰꽁머니, 꽁머니사이트, 꽁, 가입머니, 꽁머니게시판, 꽁1만, 꽁3만, 꽁2만, 꽁5천