- Perubahan fashion memicu adanya limbah tekstil akibat pakaian yang langsung dibuang
- Sustainable fashion menjadi salah satu solusi untuk mengurangi limbah tekstil
- Sudah banyak desainer lokal yang menerapkan prinsip sustainable fashion
Sustainable fashion merupakan sebuah keharusan di zaman sekarang. Mulai dari yang muda hingga yang tua, selalu memperhatikan gaya berpenampilan yang akan ditunjukkan. Bahkan, tak jarang penampilan yang menarik dan nyentrik menjadi sorotan banyak orang sehingga menjadi pusat perhatian.
Tidak hanya teknologi, fashion atau gaya berpenampilan pun mengikuti perkembangan zaman. Semakin modern zaman, semakin banyak pula bermunculan gaya-gaya baru, termasuk dalam berpakaian.
Perubahan fashion tidak luput dari campur tangan para desainer yang turut merancang pakaian sesuai tren. Perubahan-perubahan pada gaya pakaian dipengaruhi oleh selera, umur, tren, atau bahkan lingkungan sekitar. Desainer akan mengikuti faktor tersebut sesuai target pasarnya.
Perubahan ini dapat meningkatkan limbah pakaian akibat pergantian tren dan selera, ukuran pakaian yang tidak muat lagi karena sudah bertambah usia, atau pergantian lingkungan.
Maka dari itu, limbah pakaian menjadi salah satu masalah yang akan merusak lingkungan karena peningkatan polusi. Akibat masalah ini, para desainer ikut bertanggung jawab dengan mencari solusi.
Limbah Tekstil sebagai Penyumbang Polusi
Fenomena fast fashion menjadi tren dalam dunia fashion. Tren ini menyebabkan banyaknya limbah tekstil karena pemakaian dan penggunaan produk dengan waktu yang singkat. Bahan yang digunakan untuk membuat pakaian pun cukup kecil karena menggunakan bahan yang dengan kualitas rendah. Produk-produk ini akan mencemari lingkungan ketika dibuang.
Limbah fast fashion memberikan dampak yang cukup besar. Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler menyampaikan bahwa industri pakaian menyumbangkan polusi terbesar kedua di dunia. Selain itu, 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh industri tekstil di dunia.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang besar di Indonesia. Besarnya industri ini mengakibatkan polusi air dan gas emisi yang tinggi setelah industri minyak.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 industri ini mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 15,29%. Annika Rachmat yang merupakan Co-Founder dari Our Reworked World, menyatakan bahwa sebanyak 33 juta ton tekstil yang diproduksi di Indonesia dan 1 juta ton diantaranya menjadi limbah tekstil.
Angka limbah kain tekstil di Indonesia cukup tinggi. Nexus3 Foundation mencatat sekitar 1.000 pabrik garmen yang membuang sisa bahan kimia hasil produksi pakaian ke sungai Citarum.
Limbah padat berupa sisa kain atau aksesoris pakaian yang tidak memenuhi standar kualitas industri akan merusak lingkungan apabila menumpuk di permukaan tanah. Limbah ini akan membusuk dan memancarkan gas metana. Gas ini mempunyai daya untuk menjebak panas sampai 28 kali lebih besar dari pada karbon dioksida
Sustainable Fashion adalah Solusi Limbah Tekstil
Konsep sustainable atau berkelanjutannya maksudnya adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Konsep sustainable ini dimaksudkan agar di dalam pengelolaannya, baik saat diproduksi maupun dikonsumsi, tidak membawa kerusakan yang signifikan pada lingkungan sekitar.
Dalam industri fashion dapat dilakukan dengan melakukan inovasi dengan produk yang sudah ada sebelumnya sehingga menghasilkan pakaian yang lebih eco-friendly. Untuk menarik konsumen, biasanya produk dibuat dengan menyisipkan benefit baik secara sosial dan ekonomi.
Baca juga
- 10 Brand Fashion Indonesia yang Mengusung Konsep Sustainable Fashion
- Tips Menjalani Sustainable Fashion
Produk sustainable juga terdapat pada industri tekstil. Zero Waste Indonesia menjelaskan bahwa sustainable fashion adalah praktik dalam berpakaian yang mengedepankan nilai-nilai dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya lingkungan dan kemanusiaan, sehingga bisnis berjalan secara berkelanjutan dengan kerugian seminimal mungkin.
Banyak brand lokal yang juga menerapkan konsep ini untuk mementingkan keberlanjutan. Sustainable Brands mencatat sebanyak 54% brand sustainable fashion merasakan peningkatan permintaan sejak pandemi dimulai, sedangkan 57% pembeli setuju untuk membuat perubahan signifikan melalui penerapan mode berkelanjutan untuk mengurangi dampak buruk lingkungan.
Para desainer berlomba untuk menciptakan rancangan busana dari bahan yang ramah lingkungan seperti kulit buah, jamur, hingga penggunaan serat daun dan batang nanas untuk menggantikan bahan kulit hewan. Penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan pakaian merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah tekstil.
Desainer Indonesia Menerapkan Konsep Sustainable Fashion
Desainer ternama dari Indonesia juga turut menerapkan konsep berkelanjutan pada produk yang dirancangnya. Berikut beberapa desainer yang membuat produk sustainable:
- Novieta Tourisia
Novieta merupakan Seniman kriya dan pendiri Cinta Bumi Artisans. Wanita ini mengedepankan fashion ramah lingkungan. Prinsipnya itu dapat dilihat pada pilihannya untuk memanfaatkan sumber daya alam pada produknya.
Novieta bekerjasama dengan 29 pengrajin dan penenun di Bali menggunakan bahan kulit kayu yang berasal dari Lembah Bada. Pewarna yang digunakan pada produknya juga berasal dari bunga dan serat kayu. Tindakannya ini menarik banyak pilihan, termasuk beberapa negara seperti Jepang, Jerman, Amerika dan Singapura.
Baca juga
- Keren! Eiger Ciptakan Produk Ramah Lingkungan
- Promoting Sustainable Fashion with Eco-Friendly Fabrics
- Chitra Subyakto
Chitra mendirikan lini fesyen bernama Sejauh Mata Memandang. Wanita ini begitu tegas terhadap pelestarian lingkungan melalui produk-produknya.
Ketegasannya dapat dilihat pada tindakannya lewat penggunaan berbagai serat atau kain dari lembar pakaian bekas, yang akan diolah kembali untuk menjadi produk baru oleh pihaknya.
Ia juga menggunakan serat pakaian alternatif berbasis selulosa yang mudah terurai serta mengajak orang-orang untuk mengumpulkan lembar pakaian agar digunakan kembali.
- Diana Rikasari
Diana terkenal dengan karyanya yang penuh warna dan ceria. Ia membuat produk dengan menggunakan bahan bekas. Pada tanggal 22 April 2022 lalu, Diana diajak bekerjasama oleh perusahaan fashion asal Amerika Serikat untuk membuat 60 baju yang terbuat dari bahan bekas.
Lewat IWEARUP miliknya, ia ingin memberitahu orang-orang bahwa pakaian bekas yang sering dianggap sampah, juga dapat bernilai.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Gabriel Angeline Farenita Kusuma Putri
Referensi:
[1] 3 Desainer Indonesia yang Terkenal dengan Karya Sustainable Fashion
[2] Memahami Konsep “Sustainable Fashion”, Tren Ramah Lingkungan
[3] Fast Fashion Waste, Limbah yang Terlupakan
[4] Hati-hati! Ketahui Bagaimana Sampah Pakaian Merusak Lingkungan