Menilai Siklus Hidup Suatu Produk

Penilaian siklus hidup
Penilaian Siklus Hidup atau Life Cycle Assessment (LCA). Sumber: stich.culturalheritage.org
  • Siklus hidup produk mencakup dari proses bahan baku hingga pembuangan, dengan dampak lingkungan di setiap tahap.
  • Pendekatan cradle-to-cradle menekankan daur ulang untuk mengurangi eksploitasi sumber daya alam.
  • LCA, SLCA, dan Eco-Audit membantu menilai dampak produk, mendukung transisi ke ekonomi sirkular.

Halo Sobat EBT Heroes! Pernahkah kalian bertanya bagaimana cara untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari desain suatu produk? Ternyata seorang desainer atau insinyur bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki dampak lingkungan serendah mungkin. Salah satu cara utama untuk menilai dampak ini adalah dengan menggunakan Penilaian Siklus Hidup atau Life Cycle Assessment (LCA), yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini.

Memahami Siklus Hidup Produk dan Dampaknya terhadap Lingkungan

Siklus hidup produk dengan model linear
Siklus hidup produk dengan model linear. Sumber: Diadaptasi dari “Materials and the Environment, 2e”, by Michael Ashby, BH Press (2013)

Siklus hidup produk mencakup seluruh perjalanannya, mulai dari ekstraksi bahan baku hingga pembuangan akhir. Jika ingin memahami dampak lingkungan dari suatu produk, kita harus menganalisis semua input dan output dalam setiap tahap siklus hidupnya. Input mencakup energi, bahan, dan air yang digunakan dalam proses produksi, sementara output meliputi limbah padat, emisi gas, dan limbah cair yang dihasilkan.

Secara umum, siklus hidup produk dimulai dari ekstraksi sumber daya alam, seperti pohon yang ditebang untuk membuat kertas atau bijih bauksit yang ditambang untuk menghasilkan aluminium. Sumber daya ini kemudian diolah menjadi bahan baku, seperti bubur kertas atau aluminium murni, yang selanjutnya diubah menjadi produk akhir, misalnya kaleng minuman atau kemasan kertas. Setelah digunakan oleh konsumen, produk tersebut akhirnya dibuang. Dalam kebanyakan kasus, produk yang dibuang akan berakhir di tempat pembuangan sampah atau insinerator, di mana ia akan dibakar dan menghasilkan emisi tambahan.

Model ini dikenal sebagai ekonomi linier, di mana produk dibuat, digunakan, dan kemudian dibuang sebagai limbah. Dalam model ini, sumber daya terus dikonsumsi tanpa ada upaya untuk mendaur ulang atau menggunakan kembali bahan yang telah dipakai. Inilah salah satu alasan mengapa Sobat EBT Heroes perlu mengevaluasi dampak siklus hidup produk dan mencari solusi yang lebih berkelanjutan.

Dari Cradle-to-Grave ke Cradle-to-Cradle

Siklus hidup dengan model sirkular
Siklus hidup produk dengan model sirkular. Sumber: Diadaptasi dari “Materials and the Environment, 2e”, by Michael Ashby, BH Press (2013)

Sobat EBT Heroes mungkin pernah mendengar istilah cradle-to-grave. Istilah ini mengacu pada analisis lingkungan sejak awal produksi hingga akhir masa pakai produk. Namun, banyak perusahaan lebih fokus pada dampak lingkungan hingga produk keluar dari pabrik. Pendekatan ini disebut cradle-to-gate.

Dalam cradle-to-gate, analisis dampak lingkungan hanya mencakup proses produksi. Tahapan yang dihitung dimulai dari ekstraksi bahan baku hingga produk jadi meninggalkan pabrik. Pendekatan ini tidak mempertimbangkan bagaimana produk digunakan atau dibuang oleh konsumen.

Namun, untuk memahami dampak produk secara menyeluruh, Sobat EBT Heroes harus mempertimbangkan transportasi dan distribusi. Proses ini mencakup pengangkutan bahan baku ke pabrik dan distribusi produk ke toko-toko. Selain itu, pengangkutan produk bekas pakai ke tempat pembuangan sampah atau fasilitas daur ulang juga berperan penting. Semua tahapan ini menghasilkan emisi karbon dan berdampak pada lingkungan.

Baca Juga



Sebagai alternatif dari ekonomi linier, ekonomi sirkular menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan. Dalam model ini, siklus hidup produk tidak berakhir di tempat pembuangan sampah. Produk dapat diperpanjang melalui proses daur ulang, perbaikan, atau penggunaan kembali. Jika Sobat EBT Heroes mengingat diagram kupu-kupu dari Ellen MacArthur Foundation, model ini menekankan pemanfaatan kembali material. Komponen teknis dapat didaur ulang, sementara bagian biologis bisa dikomposkan.

Pendekatan cradle-to-cradle memungkinkan bahan daur ulang masuk kembali ke siklus produksi. Dengan ini, kebutuhan untuk mengekstraksi sumber daya alam dapat dikurangi. Dalam skenario ideal, semua bahan yang dapat didaur ulang benar-benar digunakan kembali. Hal ini dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan ketergantungan pada sumber daya alam baru.

Menilai Dampak Lingkungan: Dari LCA hingga Eco-Audit

Tiga cara menganalisis dampak lingkungan dari suatu produk
Tiga Cara menganalisis dampak lingkungan dari suatu produk. Sumber: Slideshare

Jika Sobat EBT Heroes adalah seorang desainer dan insinyur yang bertanggung jawab atas dampak lingkungan suatu produk, penting bagi Sobat EBT Heroes untuk mengevaluasi apakah keputusan desain yang dibuat benar-benar membawa perubahan positif. Salah satu metode paling formal untuk melakukan ini adalah Penilaian Siklus Hidup atau Life Cycle Assessment (LCA). Dalam LCA lengkap, kita menganalisis semua input seperti energi, bahan, dan air, serta output seperti emisi gas, limbah cair, dan limbah padat selama seluruh siklus hidup produk. Meskipun metode ini memberikan hasil yang sangat rinci, prosesnya bisa menjadi sangat kompleks dan memakan waktu.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, ada metode yang lebih sederhana yang disebut Penilaian Siklus Hidup yang Disederhanakan atau Simplified Life Cycle Assessment (SLCA). Pendekatan ini mempertimbangkan sebagian besar faktor lingkungan utama yang mempengaruhi produk, tetapi dengan proses yang lebih efisien dan tetap akurat. Dengan SLCA, perusahaan dapat mengevaluasi dampak lingkungan dengan lebih cepat tanpa mengorbankan keandalan data secara signifikan.

Baca Juga



Selain itu, ada teknik lain yang lebih praktis yang dikenal sebagai Eco-Audit. Berbeda dengan LCA maupun SLCA, Eco-Audit memberikan perkiraan kasar dari input dan output utama dalam proses desain produk. Teknik ini dirancang untuk membantu pengambilan keputusan secara cepat pada tahap awal desain tanpa harus melakukan analisis yang terlalu mendetail. Dengan pendekatan ini, Sobat EBT Heroes dapat mengidentifikasi peluang pengurangan dampak lingkungan sejak awal dan menyesuaikan strategi produksi dengan lebih efisien.

Memahami siklus hidup produk dan dampaknya terhadap lingkungan sangat penting dalam menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan. Pendekatan ekonomi sirkular, seperti cradle-to-cradle, dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam dengan mendorong daur ulang dan penggunaan kembali. Dengan menerapkan metode penilaian seperti LCA, SLCA, dan Eco-Audit, kita dapat mengevaluasi dampak produk secara lebih efektif dan mengambil keputusan desain yang ramah lingkungan. Melalui langkah-langkah ini, kita dapat berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan bagi industri dan planet kita.

#zonaebt #serbaterbarukan #EBTHeroes
Editor: Tri Indah Lestari

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment