Inilah Nasib Kendaraan Listrik Pasca Perhelatan KTT G20 Bali

Inilah Nasib Kendaraan Listrik Pasca Perhelatan KTT G20 Bali zonaebt.com
Ilustrasi: Mobil listrik pada KTT G20 Bali. Sumber: Sindonews.com
  • KTT G20 menyisakan ratusan unit kendaraan listrik yang digunakan sebagai pengangkut delegasi dan petinggi negara.
  • Terdapat sekitar 844 unit mobil listrik yang digunakan untuk mengangkut tamu VVIP, delegasi, dan juga untuk panitia.
  • Setelah KTT G20, kendaraan listrik ini akan dikembalikan ke masing-masing pabrikan.

Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali telah selesai dilaksanakan. Setelah berakhir, kegiatan ini menyisakan ratusan unit kendaraan listrik yang digunakan sebagai pengangkut delegasi dan petinggi negara.

Menurut Setia Utama, Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, terdapat sekitar 844 unit mobil listrik yang digunakan untuk mengangkut tamu VVIP, delegasi, dan juga untuk panitia. Sebanyak 300 unit diantaranya adalah model Wuling Air EV yang disiapkan untuk melayani mobilitas para delegasi dan peserta KTT G20 di Bali. Selain itu, disediakan pula 1.500 unit untuk kendaraan patroli dan pengawal bagi polisi.

“Selebihnya masih mobil-mobil fosil, mobil combustion engine. Pemilihan mobil listrik ini diutamakan bagi merek yang sudah memiliki pabrik di Indonesia,” lanjut Setia.

Selain Wuling Air EV, KTT G20 Bali juga menggunakan sejumlah model mobil listrik seperti Genesis G80, Hyundai Ioniq 5, dan Toyota bZ4X. Untuk motor listrik yang digunakan anggota kepolisian sebagai kendaraan pengamanan dan patroli adalah model seperti Zero DSR, Energica EsseEsse9+, dan Gesits G1.

Baca juga



Menurutnya pemilihan mobil listrik yang dipakai oleh para pemimpin dan delegasi diutamakan bagi merek yang telah memiliki pabrik di Indonesia. Meski begitu, ada pula merek yang belum memiliki pabrik tetapi bersedia untuk kerja sama menjadi mitra untuk meminjamkan mobil dalam KTT G20.

Bagaimanakah nasib kendaraan listrik tersebut pasca KTT G20?

Setelah KTT G20, kendaraan listrik ini akan dikembalikan ke masing-masing pabrikan. Pasalnya, seluruh kendaraan listrik yang digunakan berstatus dipinjamkan oleh masing-masing pabrikan.

“Karena kita pinjam pakai, jadi kita akan kembalikan kepada mereka. Mungkin akan dijual atau dilelang, ya terserah mereka, tapi yang jelas, mereka sudah meminjamkannya ke kita,” kata Setia.

Dirinya mengatakan penggunaan kendaraan listrik ini sejalan dengan salah satu tema dalam KTT G20. Selain itu, wara-wirinya kendaraan listrik selama perhelatan KTT G20 juga menjadi bentuk komitmen Indonesia dalam rangka transisi dari energi fosil ke energi terbarukan.

“Jadi ada pesan-pesan di balik itu, bahwa ke depan kita mau tidak mau harus meninggalkan fosil, karena tentu saja semakin lama semakin berkurang energi fosil ini,” ujar Setia.

Setia menambahkan, bahwa KTT G20 menjadi ajang showcase dalam menunjukkan eksistensi electric vehicle (EV) di Indonesia.

Djoko Setijowarno, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menilai langkah tersebut dapat menunjukkan bahwa kendaraan listrik akan menjadi transportasi masa depan.

“Euforia penggunaan kendaraan listrik jangan hanya heboh dan berhenti di KTT G20,” ucapnya.

Baca juga



Menurut Djoko, KTT G20 adalah momentum bagi pemerintah untuk semakin gencar mendorong penggunaan kendaraan listrik, terutama bus listrik sebagai sarana transportasi umum di banyak kota. Pasalnya, transportasi dengan kendaraan listrik dinilai mampu mengatasi krisis energi dan mendukung udara bersih.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, juga menyatakan bahwa sektor pariwisata akan turut mendukung target Indonesia mencapai Net Zero Emission. Secara bertahap, kendaraan yang mengangkut turis di kawasan-kawasan pariwisata bakal dialihkan ke motor listrik atau mobil listrik.

Ia mengungkapkan konsep transisi energi itu telah dirembuk dalam Global Tourism Forum sebagai bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Saat ini negara-negara anggota G20 tengah menghimpun dana sebesar US$ 200 miliar untuk mendukung wisata yang berbasis keberlanjutan guna menekan dampak perubahan iklim.

Indonesia menyodorkan dana sebesar US$ 6-8 miliar untuk mengonversikan kendaraan konvensional ke listrik serta membangun infrastruktur pariwisata hijau.

Menarik untuk kita lihat bagaimana prospek kendaraan listrik dalam mendorong sektor pariwisata hijau ke depannya.

Referensi:

[1] Setelah KTT G20, Dikemanakan Kendaraan Listrik yang Digunakan?

[2] Pengamat: Euforia Kendaraan Listrik Jangan Berhenti Sampai KTT G20

[3] Begini Nasib Mobil Listrik Pemimpin Negara dan Delegasi Usai KTT G20

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *