Aktor Produsen EV: Indonesia Bangun Pabrik Baterai

Peresmian pabrik baterai
Foto Presiden Jokowi pada Peresmian Pabrik Baterai Kendaraan Listrik. Sumber: youtube.com
  • Presiden Jokowi di PT Hyundai LG Indonesia (HLI Green Power) meresmikan kerja sama dengan pabrik mobil Hyundai dari Korea Selatan.
  • Pabrik baterai mobil listrik ini merupakan yang pertama dan terbesar di kawasan Asia Tenggara.
  • Indonesia sendiri memiliki sumber daya alam melimpah yang bisa dikonversi menjadi bahan baku untuk semua kebutuhan produksi kendaraan listrik, seperti nikel, bauksit, dan tembaga.

Hai Sobat EBT Heroes! Hari Rabu, 3 Juli 2024, telah diresmikan pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia oleh Presiden Jokowi di PT Hyundai LG Indonesia (HLI Green Power), Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Peresmian ini merupakan hasil kerja sama dengan pabrik mobil Hyundai dari Korea Selatan. Pabrik baterai mobil listrik ini merupakan yang pertama dan terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Seperti yang diucapkan Presiden Jokowi pada saat pidato peresmian pabrik baterai kendaraan listrik (3/7), “Kemudian yang paling penting, kita harus betul-betul bisa masuk sebagai pemain global dalam supply chain kendaraan listrik. Satu ini sudah dimulai, dan ini merupakan pabrik sel baterai EV yang pertama dan yang terbesar di Asia Tenggara.”

Rasa optimis kepala negara RI tersebut tidak tanpa alasan, karena Indonesia sendiri memiliki sumber daya alam melimpah yang bisa dikonversi menjadi bahan baku untuk semua kebutuhan produksi kendaraan listrik, seperti nikel, bauksit, dan tembaga.

Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik

Pabril nikel untuk pembuatan baterai
Foto kegiatan di pabrik nikel. Sumber: cnbc.com

Agar Makin tahu Indonesia, saat ini pemerintah Indonesia telah mengatur tata kelola tambang bahan baku tersebut, di mana dalam prosesnya tidak boleh langsung diekspor ke luar negeri langsung sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 2020. Bahan baku tersebut harus diolah setengah jadi atau hingga menjadi produk harus diolah di Indonesia sebelum bisa digunakan ataupun diekspor. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara dan bisa menyejahterakan masyarakat dengan membuka lowongan pekerjaan baru dari program tersebut. Program hilirisasi ini sering ditekankan Presiden Jokowi guna memuluskan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

“Kita memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi berpuluh tahun hanya kita ekspor dalam bentuk raw material, dalam bentuk bahan mentah, tidak memiliki nilai tambah, tapi material kita semakin hari semakin habis. Tetapi sekarang dengan dibangunnya smelter dan pabrik sel baterai kendaraan listrik, kita akan menjadi pemain global yang penting dalam global supply chain untuk kendaraan listrik,” imbuh Presiden Jokowi dalam pidato peresmian pabrik baterai kendaraan listrik di PT Hyundai LG Indonesia (HLI Green Power), Karawang, Jawa Barat (3/7).

Diketahui hilirisasi bahan baku tambang tersebut sudah dapat dikelola di dalam negeri dengan adanya perusahaan-perusahaan tambang yang dibina langsung oleh pemerintah sendiri, seperti PT Aneka Tambang TBK (ANTM), PT Vale Indonesia TBK (INCO), dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) untuk bahan baku nikel. Untuk bahan baku tambang bauksit, dikelola oleh perusahaan pabrik smelter bauksit seperti PT Borneo Alumina Indonesia, PT Laman Mining, dan PT Kalbar Bumi Perkasa. Terakhir, untuk bahan baku tembaga dikelola perusahaan dalam negeri di smelter kedua PTFI yang berada di bawah naungan PT Freeport Indonesia.


Baca Juga


Potensi Pangsa Mobil Listrik di Asia Tenggara (ASEAN)

Asia Tenggara (ASEAN) dalam beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan pembelian kendaraan listrik, seperti mobil listrik baterai, mobil listrik hybrid, bus listrik, dan sepeda motor listrik yang terus meningkat setiap tahunnya. Beberapa negara Asia Tenggara yang mengalami kasus peningkatan kendaraan listrik termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia dan lainnya.

Di Singapura, sebagai negara tetangga Indonesia yang telah terakreditasi sebagai negara maju di ASEAN, data pembelian kendaraan listrik (EV) berkembang pesat. Pada tahun 2023, data dari statista.com menunjukkan registrasi kendaraan listrik di Singapura meningkat 50,5%, mencapai 5.468 kendaraan listrik. Kenaikan kendaraan listrik tersebut didominasi oleh mobil listrik dengan persentase sebesar 18%.

Malaysia memiliki kesamaan dengan Singapura, di mana penggunaan kendaraan listrik meningkat. Dilansir dari soyacincau.com, pada tahun 2023 total kendaraan listrik yang terdaftar meningkat 1,6% atau sekitar 13.301 dari 832.340 kendaraan yang terdaftar di Malaysia. Data terbaru pada periode 1 Januari hingga 30 April 2024 menunjukkan kendaraan listrik di Negeri Melayu ini mengalami kenaikan sebesar 2,28% atau setara 6.298 kendaraan.

Tidak berbeda jauh dengan negara ASEAN lainnya, Thailand juga mengalami lonjakan penggunaan kendaraan listrik, dilansir dari laman washingston.dc.thaiembasy.org, pada tahun 2023 populasi kendaraan listrik meningkat 12% atau lebih dari 8.000 dari total 634.948 kendaraan yang terdaftar di Thailand pada tahun tersebut

Dari contoh data lonjakan penggunaan kendaraan listrik di Singapura, Malaysia, dan Thailand dapat disimpulkan bahwa tren pembelian kendaraan listrik di Asia Tenggara (ASEAN) sedang meningkat tinggi. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk masuk sebagai produsen kendaraan listrik di kawasan tersebut dengan memiliki ekosistem mobil listrik dari bahan baku yang melimpah, smelter pengolahan bahan baku di dalam negeri, hingga adanya pabrik baterai kendaraan listrik sendiri.

Setelah memiliki ekosistem kendaraan listrik dan tren kendaraan listrik ASEAN yang sedang meningkat, lalu apa yang harus dilakukan bangsa Indonesia?

Setelah memiliki ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dan potensi yang begitu menjanjikan di kawasan ASEAN, pemerintah harus bergerak cepat menjalankan proyek tersebut dan belajar dari sistem pengelolaan ekosistem negeri Tirai Bambu (Cina) yang sekarang memimpin produsen kendaraan listrik global.


Baca Juga


Belajar Dari Cina Untuk Memenangkan Produksi EV Global

Mobil dengan baterai
Foto brand mobil byd asal cina. Sumber: infobanknews.com

Diketahui saat ini Cina dengan brand mobil listriknya telah menguasai pangsa mobil di dunia, bahkan mengalahkan Amerika Serikat dan Eropa. Penjualan mobil listrik Cina sekarang sudah masuk ke semua benua, dan banyak negara yang bekerja sama dengan produk kendaraan listrik asal Cina tersebut karena produk kendaraan listrik mereka diklaim lebih unggul dari kendaraan listrik Amerika Serikat dan Eropa.

Nilai yang dapat dipelajari pemerintah Indonesia dari ekosistem kendaraan listrik Cina adalah tentang pemanfaatan sumber daya alam bahan baku dengan benar, dukungan pemerintah dalam produksi tersebut melalui beberapa kebijakan, dan dukungan masyarakat lokal yang bangga akan penggunaan barang produksi dalam negeri.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] Peresmian Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik Korea Selatan di Indonesia: Visi Menjadi Kenyataan

[2] Melacak Perkembangan Smelter Bauksit di Indonesia

[3] Smelter

[4] Inilah 10 Perusahaan Tambang Nikel Terbesar di Indonesia, Apa Saja?

[5] Number of electric cars in Singapore as of 2023, by brand

[6] Are EV sales increasing in Malaysia? Here’s the latest EV registration data from JPJ

[7] Electric vehicle sales surged in Thailand in 2023

[8] Why China is winning the EV war

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment