
- Adanya internet menjadi koneksi antar desa dan dunia lain dan menjadi tolak ukur kemandirian.
- Tujuan Digitalisasi Desa untuk mengurangi adanya kesenjangan sosial antara kota maupun desa.
- Salah satu dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sebagai alat pemberdayaan pelestarian di lingkungan desa.
- Peluang pengembangan desa melek digital akan terbuka lebar dengan memanfaatkan pelatihan literasi digital, dukungan kebijakan publik serta semangat para anak-anak muda untuk mulai melihat potensi bisnis dengan polesan teknologi.
Halo Sobat EBT Heroes!
Dahulu, sebelum adanya internet, kehidupan di desa memiliki pola kerja yang masih tradisional. Para petani hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turun-temurun, pelaku UMKM mempromosikan produk mereka melalui pasar konvensional, dan layanan administrasi desa dilakukan secara manual. Sejak awal tahun 1990-an, internet mulai hadir dan pemerintah pun mengembangkan berbagai program untuk mendukung akses internet hingga ke desa-desa. Kini, petani dapat mengecek prakiraan cuaca melalui aplikasi BMKG, pelaku UMKM bisa memasarkan produk mereka melalui media sosial dengan jangkauan yang lebih luas, dan layanan administrasi desa menjadi lebih cepat serta transparan. Perubahan ini menunjukkan bahwa teknologi tidak hanya berperan sebagai penghubung antara desa dan dunia luar, tetapi juga menjadi tolak ukur dalam memperkuat kemandirian dan inovasi masyarakat, sekaligus mengurangi kesenjangan sosial.
Baca Juga
- Peran Penting Rudi Hartono di balik Desa Sungai Kupah
- Dukung Energi Terbarukan: IESR Desak Permen ESDM No. 2/2024
- Adaptasi Petani Garam di Desa Donggobolo, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima terhadap Perubahan Iklim
Transformasi Desa

Kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah telah menjadi inisiatif penting dalam upaya menyebarkan akses internet ke seluruh penjuru Indonesia, bahkan hingga ke pelosok desa. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan sosial antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Salah satu program yang mendukung hal ini adalah Internet Masuk Desa (IMD) yang diluncurkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO). Program ini menawarkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan penyediaan perangkat internet di desa-desa agar dapat terhubung dengan dunia digital.
Selain itu, pemerintah juga meluncurkan program digitalisasi desa. Digitalisasi desa merupakan inisiatif menarik yang bertujuan mendorong pengembangan desa melalui pemanfaatan teknologi dan data digital. Program ini mencakup berbagai sektor, seperti pariwisata, pendidikan, hingga aktivitas jual-beli. Secara umum, digitalisasi desa bertujuan mendorong kemajuan bisnis berkelanjutan sebagai bagian dari pembangunan yang inklusif. Misalnya, dalam sektor energi terbarukan, desa yang telah terdigitalisasi dapat mengelola panel surya secara digital sehingga proses pemantauan dan distribusi energi menjadi lebih merata dan efisien.
Perjalanan digitalisasi juga telah mengubah cara pandang masyarakat desa, dari pola kerja tradisional menjadi lebih modern. Misalnya, dalam mempromosikan produk, pelaku usaha kini dapat memanfaatkan akses internet untuk memasarkan produknya secara lebih luas melalui media sosial, marketplace, dan platform digital lainnya. Selain meningkatkan jangkauan pasar, digitalisasi juga mendorong inovasi dalam pengemasan produk agar tampil lebih menarik dan kompetitif. Saat ini, bahkan banyak toko di desa yang telah menggunakan sistem pembayaran non-tunai, yang tentu saja memudahkan proses transaksi sehari-hari.
Pengembangan Desa Lewat Digitalisasi
Di era modern, konsep digitalisasi menjadi kunci dalam pengembangan suatu desa. Manfaatnya tidak hanya mempercepat pelayanan publik, tetapi juga memperluas akses ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Indonesia memiliki lebih dari 80.000 desa dengan beragam potensi kekayaan alam dan budaya. Namun, belum semua desa berupaya melakukan transformasi digital. Sebagian besar desa masih menggunakan sistem administrasi secara manual.
Contohnya, Desa Cawet di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, telah membuktikan bahwa digitalisasi mampu memberikan kemudahan dalam layanan publik. Desa ini meluncurkan layanan jarak jauh yang memungkinkan warga mengakses layanan administrasi tanpa harus datang langsung ke kantor desa. Sementara itu, Desa Mananggu di Kabupaten Boalemo, Gorontalo, telah bertransformasi menjadi Smart Village (desa cerdas) dengan menerapkan sistem digital. Program digitalisasi ini diluncurkan pada tahun 2023, dengan menggantikan sistem layanan manual menjadi otomatis, sehingga pelayanan menjadi lebih cepat, akurat, dan transparan.
Secara umum, pengembangan digitalisasi desa dapat mendorong optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki desa. Misalnya, akses informasi yang sebelumnya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah, menciptakan peluang baru bagi masyarakat. Selain itu, digitalisasi juga berperan penting dalam pengembangan ekonomi lokal, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, serta penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien.
Baca Juga
- Panel Surya dan Desain Arsitektur: Estetika dan Fungsionalitas
- Energi Terbarukan, Transisi Terpencil Menjelma Desa Independen
- Cara Unik Mengolah Sampah 5 Desa Terbersih di Indonesia
Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

Digitalisasi desa membawa dampak positif yang luas. Secara ekonomi, digitalisasi membantu pelaku UMKM menjangkau pasar yang lebih luas melalui pemanfaatan media sosial dan e-commerce. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan UMKM di desa.
Secara sosial, kehadiran teknologi mampu menciptakan kolaborasi antarwarga melalui pembentukan komunitas digital, pelatihan daring, dan forum desa berbasis aplikasi. Masyarakat tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga bisa berperan sebagai content creator serta menyelenggarakan pelatihan keterampilan dari berbagai bidang secara online.
Dari sisi lingkungan, digitalisasi dapat mendorong gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Contohnya, melalui pengolahan sampah menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai, penerapan sistem digital dalam pengelolaan limbah desa, serta pemanfaatan informasi digital untuk mendukung pertanian organik.
Ketiga dampak ini saling berkaitan dan memberikan pengaruh positif yang signifikan. Digitalisasi bukan hanya alat modernisasi, tetapi juga sarana pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan di desa.
Tantangan dan Peluang Untuk Masa Depan
Setiap perubahan tentu tidak lepas dari tantangan. Dalam konteks desa melek digital, masih banyak daerah di Indonesia yang menghadapi berbagai hambatan. Salah satunya adalah keterbatasan akses internet—sinyal di daerah pelosok masih sangat lemah, bahkan ada wilayah yang belum memiliki jaringan sama sekali. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat belum dapat menikmati layanan digital secara optimal.
Meski begitu, saat ini sudah banyak desa yang mendapatkan akses internet yang cukup stabil. Namun, tantangan baru pun muncul. Masyarakat menjadi lebih mudah menerima informasi dari internet tanpa memilah dan mengelolanya secara kritis, sehingga literasi digital masih menjadi persoalan. Ketergantungan pada teknologi tanpa pemahaman yang matang bisa menjadi bumerang—salah satunya adalah potensi hilangnya kontrol terhadap budaya lokal.
Oleh karena itu, peluang pengembangan desa melek digital dapat terbuka lebar apabila disertai dengan pelatihan literasi digital, dukungan dari kebijakan publik, serta semangat generasi muda untuk menggali potensi desa dan mengembangkan bisnis berbasis teknologi.
Jika desa bisa berubah dan berkembang melalui inovasi, kolaborasi, dan semangat yang membara—mengapa Sobat EBT tidak? Digitalisasi bukan soal merasa “sok canggih”, melainkan tentang bagaimana kita bisa menciptakan keadilan dalam mengakses teknologi. Tantangan bukan lagi soal “bisa atau tidak”, tetapi “mau atau tidak”. Maka, mari bersama wujudkan desa yang melek digital demi masa depan yang lebih modern dan berkelanjutan.
#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes
Editor : Alfidah Dara Mukti