- Masalah sampah tak ayal seperti bulatan bola salju yang tak kunjung mencair
- Berbagai seolusi telah diberikan baik itu oleh masyarakat dan juga pemerintah
- Diperlukan gagasan lain yang dirasa efektif untuk mengurangi jumlah sampah dengan seiring meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat
Problematika sampah
Masalah sampah sebenarnya merupakan masalah yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga Sobat EBT Heroes,masalah ini tak ayal seperti bulatan bola salju yang tak kunjung mencair.Berbagai seolusi telah diberikan baik itu oleh masyarakat dan juga pemerintah, salah satu solusi yang digencarkan dan dapat Sobat EBT Heroes rasakan sekarang ini ialah tidak adanya penggunaan kantong plastik saat berbelanja di mini market sehingga konsumen harus menyiapkan kantong belanja sendiri dari rumah.Gagasan ini merupakan ide yang menarik bukan Sobat EBT Heroes? Tentu saja,namun diperlukan juga gagasan lain yang dirasa akan efektif nih untuk mengurangi jumlah sampah dengan seiring meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat.
Di provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri data yang bersumber dari siarpost.com sampah yang dapat dihasilkan per hari ialah 2.673 dan 975.645 per ton pada tahun 2022 dan mengalami peningkatan sebanyak 1,5% dari tahun sebelumnya.Begitu pula dengan provinsi tetangga yaitu Provinsi Bali yang setiap harinya menghasilkan 4.281 ton sampah per hari, atau 1,5 juta ton setiap tahun. Dari data tersebut Sobat EBT Heroes dapat menyimpulkan masalah sampah ini merupakan mimpi buruk bagi setiap daerah,masalah sampah ini harus di selesaikan dari hulu ke hilir dari sumber utama sampah sampai ke tempat pembuangan akhir atau (TPA) sehingga diharapkan nantinya sampah ini dapat berkurang secara efektif.
Baca juga
- Pejeng Kendalikan Pencemaran Lingkungan Dengan TPS-3R dan Bank Sampah
- Memulai Sustainable Living Sebagai Resolusi tahun 2023
Budidaya Maggot sebagai Solusi di Kecamatan Lingsar
Berbeda halnya dengan kecamatan lain di provinsi Nusa Tenggara Barat kecamatan lingsar justru kebalikannya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di kecamatan lingsar bahkan kekurangan pasokan sampah.Hal ini di karenakan, pemanfaatan sumber daya yang tepat untuk mengurangi jumlah sampah ialah dengan menggunkan pembudidayaan hewan maggot.Bersumber dari paragraf.co.id Koordinator Kegiatan Pengolahan Sampah Terpadu TPST Regional Lingsar, Indra membenarkan manakala kebutuhan 48 reaktor sebagai tempat mengembangkan Maggot di lokasinya sangat kurang dari kebutuhan ideal sampah yang seharusnya berkisar 1,2 ton per harinya. Sampah yang datang justru hanya 50 kilogram per hari.”Pasokan sampah yang kita peroleh sejak dua tahun program ini berjalan hanya berkisar 50 kilogram per harinya. Ini jelas jauh dari kapasitas ideal reaktor yang ada saat ini,” ujarnya, Selasa, 16 Februari 2021.
Kapasitas pengembangan pengolahan sampah organik dapur dengan teknologi biokonversi Black Soldier Flies (BSF) atau dikenal dengan nama Lalat Tentara Hitam, Manggot di TPST Regional Lingsar, sejatinya sudah siap memproduksi sampah-sampah rumah tangga tersebut. Hanya saja, sumber produksi sampah yang diterima rutin dari pasar di Mataram (Mandalika, Bertais), rumah sakit (RSUP NTB) dan Pondok Pesantren Nurul Haramain, Narmada terbatas jumlahnya. Begitupun, limbah hotel yang diterima baru ada lima hotel yang rutin memberikan pasokannya. Di antaranya, Lombok Garden, Aston Hotel, Lombok Raya dan Puri Indah.
Padahal, limbah berupa makanan, buah-buahan, pepaya dan daging yang sudah dipilah menjadi sampah organik itu sangat kita butuhkan untuk kita konversikan menjadi protein dalam bentuk pupa dari Black Soldier Flies,” jelasnya.”Pupa ini akan bisa kita gunakan selanjutnya untuk pakan ternak, unggas maupun ikan. Di samping, kita bisa memanfaatkan kemampuan dari Black Soldier Flies ini untuk menguraikan sampah dalam waktu yang relatif cepat. Itu bisa kita habiskan sampahnya dalam waktu 1 hari jika jumlah kapasitas ideal sampah terpenuhi,” sambung Indra. “Jadi, karena sampah yang kita peroleh tidak optimal, maka agar efektif lokasi ini, kita membuka pusat studi pelatihan pada masyarakat umum untuk mengelola sampah melalui budidaya Manggot,” ujarnya.
Dengan adanya studi pelatihan pada masyarakat umum ini diharapkan masyarakat dari berbagai kalangan mampu mengolah sampah limbah rumah tangganya sendiri sehingga nantinya tidak terjadi penumpukan sampah dan lingkungan pun menjadi bersih asri dan nyaman untuk ditinggali.
Baca juga
- Manfaat Mengurangi Makanan Olahan Daging untuk Lingkungan
- 10 Selebritis Tanah Air Ini Merupakan Aktivis Lingkungan
Mengenal Maggot
Perlu Sobat EBT Heroes tahu nih Maggot ini adalah larva serangga Black Soldier Flies atau BSF yang mampu mengubah material organik menjadi biomassa. Lalat ini berbeda dari jenis biasa, karena larva yang dihasilkan tidak menjadi medium penyakit. Membutuhkan waktu 28 hari agar BSF menjadi Maggot, hingga menjadi pupa.Sejak berbentuk telur lalat, Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 28 hari sampai siap dipanen.
Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 1, 3, sampai 5 kali dari bobot tubuhnya selama 24 jam. 1 kilogram Maggot disebut dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari.Selain itu, Manggot yang sudah menjadi prepupa maupun bangkai lalat BSF masih bisa dipakai sebagai pakan ternak karena kaya protein. Kepompongnya juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sehingga tak menimbulkan sampah baru. Lewat budidaya Maggot, ada nilai ekonomis yang didapat, yakni Rp15 ribu sampai Rp30 ribu untuk 100 gram Maggot kering.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Himatul Azqiya
Referensi:
[1] Sampah di NTB Membludak, TPST Regional Lingsar Justru Kekurangan Pasokan