- Laut menyerap sekitar 45% karbon dioksida yang diemisikan oleh manusia melalui siklus karbon alami yang melibatkan fitoplankton dan organisme laut lainnya.
- Emisi karbon global pada tahun 2023 mencapai 45,1 miliar ton, termasuk dari deforestasi dan perubahan penggunaan lahan, yang semakin memperparah perubahan iklim dan pemanasan global.
- Inovasi teknologi penangkapan karbon, seperti proyek Karbon Padat dan metode kimia termal di Australia, berpotensi mengurangi emisi karbon secara signifikan dengan mengubah CO2 menjadi bentuk padat yang aman.
Sobat EBT Heroes, pernahkah kamu mendengar bahwa lautan ternyata menyerap karbon? Menurut ilmuwan, sekitar 45% karbon dioksida yang diemisikan oleh manusia diserap oleh laut melalui siklus karbon. Ilmuwan juga menemukan adanya endapan batuan basal yang berpotensi memerangkap gas karbon, yang dapat membantu mengatasi gas rumah kaca dan mengurangi pemanasan global (global warming).
Sekilas Emisi Karbon
Saat ini, emisi karbon yang tinggi menyebabkan perubahan iklim, pemanasan global, dan berbagai macam bencana alam besar. Laporan tim ilmuwan iklim internasional mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, manusia melepaskan 40,6 miliar ton (36,8 miliar metrik ton) karbon dioksida ke atmosfer, meningkat 1,1 persen dari tahun 2022.
Apabila ditambah dengan emisi yang dihasilkan oleh deforestasi (peralihan penggunaan lahan), perubahan lahan menjadi bangunan, dan penggundulan hutan akibat penebangan liar, total pelepasan karbon dioksida mencapai 45,1 miliar ton (40,9 miliar metrik ton) pada tahun 2023. Kebakaran hutan juga berpotensi menyumbang emisi karbon, meskipun tidak terkait langsung dengan siklus karbon di laut.
Baca Juga:
- Emisi Karbon: Pengertian, Dampak & Cara Pencegahannya
- Mangrove: Carbon Capture and Storage Alami yang Kian Langka
Peran Makhluk Hidup Terhadap Siklus Karbon
Peran lain dalam siklus karbon termasuk fitoplankton (tumbuhan mikroskopis) yang hidup di permukaan air laut dan menggunakan sinar matahari untuk berfotosintesis, menyerap karbon dioksida dari air. Fitoplankton kemudian dimakan oleh zooplankton dan hewan kecil lainnya. Zooplankton dan hewan kecil ini pada gilirannya dimakan oleh hewan yang lebih besar. Dengan demikian, dalam setiap rantai makanan, setiap hewan mengandung karbon dalam tubuhnya, yang juga merupakan bagian dari siklus karbon.
Sobat EBT Heroes, mayoritas karbon berada di sekitar 100 meter dari permukaan laut dan beredar melalui hewan-hewan yang hidup di sana. Namun, sebagian besar karbon bergerak ke laut bagian dalam, dan organisme laut memainkan peran penting dalam mengangkut karbon tersebut. Beberapa bagian kecil dari ganggang mati, hewan, cangkang, dan kotoran hewan yang dikenal sebagai “salju laut” tenggelam perlahan ke laut dalam, membawa karbon bersamanya.
Baca Juga:
- Carbon Capture Storage: Kunci Kurangi Gas Karbon Dioksida
- Peran Laut dalam Menjaga Keseimbangan Karbon
Jejak Para Ilmuwan dalam Proyek Karbon Padat
Mengingat peningkatan emisi karbon dioksida di bumi dan bahayanya, para ilmuwan harus menemukan inovasi baru untuk mengurangi kadar karbon dioksida di bumi. Tentunya, hal ini membuat kita makin sadar bahwa hanya mengandalkan siklus karbon alami dari organisme belum cukup untuk mengatasi laju karbon dioksida yang semakin tinggi.
Para ilmuwan berencana membuat proyek yang disebut Karbon Padat, yakni penyuntikan CO2 yang disimpan selamanya dalam bentuk batuan di dasar laut. Proyek inovatif ini bertujuan mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global. Di London, proyek ini melibatkan pembangunan rig terapung di sekitar pantai lepas, mengingat meningkatnya masalah karbon di bumi seperti perubahan iklim dan gas rumah kaca. Rig terapung ini nantinya akan menyuntikkan karbon dioksida ke dalam endapan batuan, berbeda dengan rig karbon konvensional yang menggunakan ekstraksi minyak.
Pada stasiun terapung, karbon dioksida akan disedot dibantu oleh turbin angin dari udara atau air laut, kemudian dipompa ke lubang-lubang dasar laut. Seorang pakar geofisika sekaligus staf ilmuwan di Ocean Network Kanada, Martin Scherwath, mengatakan, “Hal ini membuat penyimpanan karbon sangat tahan lama dan sangat aman” kepada Business Insider, dikutip dari Sindonews.com.
Meski biaya awal pembangunan dan uji prototipe cukup tinggi, keberhasilan berskala besar belum pasti. Namun, penelitian ini bisa memastikan bahwa proyek ini tidak membahayakan lebih lanjutnya demi mencapai target emisi karbon nol bersih. Penelitian ini dimaksudkan sebagai alternatif dari siklus karbon alami agar lebih efisien dalam mengurangi pelepasan karbon di bumi.
Di Australia, proyek seperti karbon padat diteliti oleh para peneliti di Universitas RMIT, Melbourne. Mereka mengembangkan metode untuk mengubah gas karbon dioksida menjadi bentuk padat dalam hitungan detik, dan secara teoritis metode ini dapat dengan mudah ditingkatkan dan ditambahkan ke dalam siklus produksi yang ada.
Dipaparkan dalam jurnal Energy & Environmental Science, pendekatan ini menggunakan metode kimia termal untuk menciptakan “kolom gelembung” dari logam cair. Logam dipanaskan sampai sekitar 100-120 derajat Celsius, lalu karbon dioksida dipompa ke dalamnya. Karbon dioksida naik sebagai gelembung di dalam kolom tersebut, dengan molekul gas terpecah menjadi serpihan karbon padat. Sistem ini memiliki keuntungan besar karena proses keseluruhan hanya berlangsung beberapa detik saja, yang membuat pendekatan ini sangat menarik.
Salah satu peneliti utama, Dr. Ken Chiang, menjelaskan, “Kecepatan luar biasa dari reaksi kimia yang kami capai membuat teknologi kami layak secara komersial, sementara banyak pendekatan alternatif lainnya mengalami kesulitan.”
Sobat EBT Heroes, teknologi penangkapan karbon seperti karbon padat semakin disorot sebagai salah satu teknologi utama untuk membantu industri berat mengurangi karbon dalam aktivitasnya selain cara alami dari siklus karbon di laut. Secara teori, idenya terdengar hebat. Sebelum memasuki atmosfer, karbon ditangkap dan diubah dalam bentuk yang lebih terkendali, biasanya dalam bentuk padat.
Dengan berbagai inovasi dan teknologi yang terus berkembang, Makin Tahu Indonesia bahwa upaya mengurangi emisi karbon dan melawan perubahan iklim harus dilakukan secara bersama-sama. Mari kita dukung dan berkontribusi dalam setiap langkah kecil maupun besar untuk masa depan bumi yang lebih baik!
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Savira Oktavia
Referensi:
[1] Ilmuwan Berencana Memompa Karbon ke Dasar Laut
[2] (Siklus Karbon) Carbon and The Ocean
[3] Emisi Karbon Global Sentuh Rekor Tertinggi Tahun 2023
[4] New Carbon Capture Technique Turns Carbon Solid in Seconds. Can This Help Clean Up Heavy Industry?
4 Comment
✔️꽁타✔️꽁머니,토토꽁머니,꽁포,꽁머니이벤트✔️구글검색 꽁타✔️ 꽁먼 Somebody essentially lend a hand to make significantly posts I might state That is the very first time I frequented your web page and up to now I surprised with the research you made to create this particular put up amazing Excellent job
you are in reality a good webmaster The website loading velocity is amazing It sort of feels that youre doing any distinctive trick Also The contents are masterwork you have done a fantastic job in this topic.