Mungkinkah Sampah Dikirim ke Luar Angkasa?

Sampah-sampah di antariksa zonaebt.com
Ilustrasi Sampah-Sampah di Antariksa. Sumber: Pixabay.com
  • John L. Crassidis seorang profesor dari University of New York at Buffalo, biaya dan bahan bakar akan sangat tidak layak bagi banyak orang untuk sekedar mengirimkan sampah ke angkasa dan masalah lain seperti menumpuknya sampah roket dan satelit membuat angkasa sudah banyak sampah.
  • Robot pengambil sampah antariksa dari Clearspace, Lausanne, Swiss. Menjadi robot satelit pertama yang akan membantu membuang satelit PROBA-1 milik European Space Agency (ESA) ke atmosfer Bumi agar terbakar dan menjadi langkah lainnya untuk mengurangi sampah angkasa.
  • Inggris dan Amerika Serikat menerapkan Freecycle, untuk mengolah limbah sampah dengan sistem barter atau memberikan barang yang tidak dibutuhkan untuk mendapatkan barang ataupun uang sebagai pengganti.  

Jumlah sampah di bumi terus meningkat setiap tahunnya. Menurut laporan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), sekitar dua miliar ton sampah dihasilkan setiap tahun di seluruh dunia. Angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 70% pada tahun 2050 jika tidak adanya perubahan besar dalam cara manusia mengelola limbah.

Sebagian besar sampah, terutama plastik, tidak dapat terurai secara alami dan dalam waktu singkat. Dampak limbah plastik terhadap manusia dan lingkungan sangat serius. Plastik sekali pakai berkontribusi mencemari lautan hingga ke titik terdalamnya. Selain itu, limbah plastik sering termakan hewan-hewan di laut sehingga banyak kematian biota laut setiap tahunnya.

Lebih dari itu, mikroplastik yang terfragmentasi telah ditemukan di tubuh manusia. Mikroplastik masuk ke dalam rantai makanan kita. Polusi ini tidak hanya membahayakan kesehatan manusia, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem planet.

Di tengah permasalahan ini, muncul ide yang terdengar revolusioner sekaligus mengkhawatirkan, yakni mengirim sampah ke luar angkasa. Secara kenyataannya memang memungkinkan. Teknologi roket saat ini dapat meluncurkan muatan ke luar angkasa. Namun, langkah ini memiliki banyak kendala yang membuatnya tidak praktis. Lantas apa saja kendala dan kekhawatirannya?

Biaya dan Rusaknya Ruang Angkasa

Satelit dan Sampah-Sampah Ruang Angkasa zonaebt.com
Ilustrasi Satelit dan Sampah-Sampah Ruang Angkasa. Sumber: Freepik.com

Pengiriman sampah ke luar angkasa memunculkan banyak pertentangan. Hal ini mengingat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum membuang sampah ke luar angkasa.

Biaya peluncuran roket yang sangat mahal menjadi salah satu kendalanya. Saat ini, rata-rata biaya untuk meluncurkan satu kilogram ke luar angkasa berkisar jutaan dolar. Jika kita harus mengirim miliaran ton sampah, jumlah ini menjadi tidak masuk akal secara ekonomi.

Menurut John L. Crassidis, profesor Teknik Mesin dan Kedirgantaraan University of New York at Buffalo dalam Popular Science bahwa biaya dan bahan bakar akan sangat tidak layak bagi banyak orang untuk sekedar mengirimkan sampah ke angkasa. Hal ini bukan menjadi solusi untuk semua makhluk hidup di bumi.

“Sama sekali tidak layak dari segi biaya. Anda memerlukan banyak dorongan dan banyak bahan bakar untuk melakukannya,” ujar Crassidis.

Selain itu, setiap peluncuran roket memproduksi emisi karbon dalam jumlah besar. Dengan demikian, peluncuran roket malah memperburuk krisis iklim yang sedang dihadapi.

Pengiriman sampah ke luar angkasa bukan berarti tidak mungkin terjadi. Menurut Crassidis, ketika ingin mengirimkan sampah ke ruang angkasa, maka perlu dikirimkan sangat jauh dari Bumi. Setidaknya perlu jarak 22.000 mil dari Bumi. Hal ini dikarenan kemungkinan risiko tabrakan dengan sampah satelit dan satelit yang masih berfungsi.

Baca Juga



Selain tidak efisien untuk biaya, peningkatan jumlah sampah di ruang angkasa juga menjadi meningkat. Sampah-sampah ini berbagai macam bentuknya, seperti ribuan fragmen satelit dan serpihan roket (benda-benda tersebut disebut sebagai sampah antariksa). NASA memperkirakan sampah antariksa ini mulai dari sebesar kelereng hingga lebih besar lagi di orbit bumi dan jumlahnya lebih dari setengah juta keping. Dengan pengiriman sampah ke luar angkasa, justru hanya menambah sampah dari bumi dan hanya akan memperparah risiko tabrakan ini.

Maka dari itu, perlu dicari alternatif penanganan sampah-sampah di angkasa. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah dengan membakar sampah-sampah yang bergesekan dengan atmosfer.

Robot Pengambil Sampah Antariksa

Robot Satelit Clearspace mengambil sampah antariksa zonaebt.com
Ilustrasi Robot Satelit Clearspace Mengambil Sampah Satelit PROBA-1 Milik European Space Agency. Sumber: Clearspace.today

Sampah luar angkasa yang terdiri dari berbagai pecahan objek, dapat mengancam keberlanjutan misi ruang angkasa. Dengan kecepatan hingga 36.000 km per jam, sampah antariksa ini sangat rentan terhadap tabrakan yang dapat merusak satelit atau roket. Menanggapi ancaman ini, Luc Piguet dan perusahaannya, Clearspace, yang berbasis di Lausanne, Swiss, mengusulkan solusi inovatif.

Clearspace sedang mengembangkan robot berukuran kecil yang dirancang untuk menangkap dan mengelola sampah antariksa. Dalam misi perdananya, perusahaan ini akan membersihkan satelit PROBA-1 milik European Space Agency (ESA), yang memiliki berat 95 kilogram. Misi ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2028.

Clearspace memanfaatkan robot mereka untuk mendekati sampah antariksa dengan lintasan yang tidak terkendali. Robot ini akan memperhitungkan jalur terbang optimal sebelum menangkap sampah tersebut menggunakan lengan robotiknya. Langkah terakhir adalah menstabilkan sampah dan mengarahkannya masuk ke atmosfer Bumi, di mana sampah tersebut akan terbakar.

Menurut CEO Luc Piguet, salah satu tantangan utama adalah masa operasi robot yang relatif singkat, yaitu hanya 3 hingga 5 tahun. Setelah masa operasinya berakhir, robot ini berpotensi menjadi bagian dari sampah antariksa. Namun, Clearspace berkomitmen untuk mengatasi tantangan ini dengan terus mengembangkan solusi yang berkelanjutan. Salah satu upayanya adalah memastikan sampah antariksa dapat diarahkan masuk ke jalur atmosfer Bumi untuk terbakar.

“Kami akan terus mendorong batasan layanan di orbit dan meletakkan fondasi operasi antariksa yang berkelanjutan,” ucap Piguet dalam Spacenews.com.

Kekhawatiran yang semakin besar terkait sampah antariksa, ditambah dengan meningkatnya produksi limbah di Bumi, menyoroti perlunya solusi inovatif. Kondisi ini membutuhkan upaya kolektif, mendorong individu maupun organisasi untuk berkontribusi pada inisiatif keberlanjutan.

Pencegahan Penumpukan Sampah

Laman Freecycle menyediakan lokasi kepada penerima barang tersebut dengan spesifikasinya zonaebt.com
Laman Freecycle Menyediakan Lokasi Kepada Penerima Barang Tersebut Dengan Spesifikasinya. Sumber: Freecycle.org

Daripada mengirimkan sampah ke luar angkasa, pendekatan yang lebih efektif adalah memprioritaskan pengelolaan limbah secara berkelanjutan di Bumi. Meningkatkan program daur ulang, mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, dan mendorong penggunaan bahan ramah lingkungan menjadi solusi yang lebih realistis.

Selain itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya pengurangan limbah harus terus ditingkatkan. Sebagai contoh, negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat telah menerapkan program freecycle, di mana barang-barang yang tidak lagi digunakan tetapi masih layak pakai dapat diberikan secara gratis kepada yang membutuhkan.

Pengembangan ilmu pengetahuan saat ini memfokuskan eksplorasi pada teknologi canggih, seperti bioenzim. Teknologi ini menggunakan bakteri pada limbah sebagai dekomposer yang mampu mempercepat proses penguraian plastik. Dengan metode ini, limbah plastik yang biasanya membutuhkan ratusan tahun untuk terurai dapat diproses dalam waktu yang jauh lebih singkat.

Inisiatif seperti ini memberikan harapan besar dalam upaya manusia mengatasi masalah limbah, tanpa perlu mempertimbangkan langkah ekstrem seperti membawa sampah ke luar angkasa.

Baca Juga



Meskipun ide menyingkirkan sampah ke luar angkasa terdengar menarik, solusi ini lebih seperti pelarian daripada penyelesaian. Sebagai makhluk hidup yang ada di Bumi, kita perlu bertanggung jawab atas dampak dari limbah yang kita hasilkan.

Saatnya beralih ke kebiasaan yang mendukung keberlanjutan, seperti membeli barang dalam jumlah wajar, memilih produk dengan kemasan minimal, dan mendukung inisiatif pemerintah atau organisasi yang mempromosikan ekonomi sirkular.

Langkah kecil dari setiap individu diyakini dapat memberikan dampak besar bagi planet. Ingatlah, Bumi adalah satu-satunya rumah yang dimiliki saat ini.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Aghnia Tazqiah

Referensi:
[1] Apakah Sampah Harus Dikirim Ke Luar Angkasa?

[2] Mengenal Sampah Luar Angkasa dan Penanganannya

[3] Mengumpulkan Sampah Ruang Angkasa

[4] Clearspace Mission

[5] ESA Agency

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *