
- sepuluh kota indonesia berhasil membuktikan bahwa pembangunan dan kelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan.
- Kota Tidore Kepulauan raih kualitas lingkungan terbaik 2024 berkat pengelolaan sampah terintegrasi dan program konservasi laut.
- Sungai Penuh dan Sorong tunjukkan komitmen pada konservasi hutan hujan tropis dan program 3R, dorong pembangunan berkelanjutan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) baru saja mengumumkan daftar kota dengan kualitas lingkungan terbaik tahun 2024, dan hasilnya mengejutkan sekaligus menginspirasi. Tidore Kepulauan, sebuah kota kecil di Maluku Utara yang pernah menjadi pusat perdagangan rempah dunia, kini memimpin Indonesia dalam hal kualitas lingkungan hidup. Bersama sembilan kota lainnya, mereka membuktikan bahwa masa depan hijau Indonesia dimulai dari daerah-daerah yang selama ini mungkin terlupakan dari sorotan media nasional.
Ketika polusi udara Jakarta mencapai level berbahaya dan banjir menggenang berbagai kota besar, ada secercah harapan dari ujung-ujung nusantara. Makin tahu Indonesia Dari kepulauan rempah di timur hingga gerbang barat Indonesia, dari pegunungan Jambi hingga teluk-teluk Papua, sepuluh kota berhasil membuktikan bahwa pembangunan dan kelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan.
Baca juga:
- Indonesia Targetkan Penurunan Emisi GRK 63 Juta Ton CO2 pada 2034 Melalui Skenario ARED
- Berikut! 5 Kampus Jurusan Lingkungan Terbaik di Indonesia
Kepulauan Tidore, Maluku Utara (Skor: 80,26)

Tidore Kepulauan berhasil mempertahankan mahkota sebagai kota dengan kualitas lingkungan terbaik dengan skor 80,26. Kota yang pernah menjadi pusat kekuasaan Sultan Tidore ini kini menunjukkan supremasi baru dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pencapaian luar biasa ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari konsistensi luar biasa dalam meraih Piala Adipura sebanyak 10 kali berturut-turut, sebuah prestasi yang menunjukkan dedikasi jangka panjang terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Keunggulan Tidore Kepulauan terletak pada sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, menggabungkan teknologi modern dengan kearifan lokal masyarakat pesisir. Program konservasi laut dan pesisir telah menjadi DNA pembangunan kota, dengan penanaman mangrove yang tidak hanya berfungsi sebagai benteng alami dari abrasi, tetapi juga sebagai habitat bagi berbagai spesies laut. Pengelolaan wisata berbasis lingkungan telah membuktikan bahwa ekonomi dan ekologi dapat berkembang bersama-sama, menjadikan setiap wisatawan sebagai duta kelestarian alam.
Sungai Penuh, Jambi (Skor: 79,48)

Sungai Penuh membuktikan bahwa kota kecil dapat memiliki dampak besar dalam pelestarian lingkungan. Dengan skor 79,48, kota yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI nomor 25 tahun 2008 ini memiliki keunikan geografis yang luar biasa, dimana 59,2% atau 23.177,6 hektar dari total wilayahnya merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti konkret komitmen kota terhadap konservasi hutan hujan tropis yang menjadi paru-paru dunia.
Kepadatan penduduk yang rendah, hanya 260 jiwa per kilometer persegi, memberikan ruang bernafas yang luas bagi alam untuk tetap lestari. Posisi strategis di lereng Gunung Kerinci tidak hanya memberikan pemandangan yang menakjubkan, tetapi juga menghadirkan udara pegunungan yang sejuk dan bersih, jauh dari polusi kota-kota besar. Sumber mata air alami yang berlimpah menjadi berkah tersendiri, menyediakan air bersih berkualitas tinggi bagi seluruh penduduk. Ekosistem hutan hujan tropis yang terjaga dengan baik menjadikan Sungai Penuh sebagai surga biodiversitas, tempat dimana flora dan fauna endemik Sumatera masih dapat berkembang dengan bebas.
Sorong, Papua Barat (Skor: 79,09)

Kota Sorong dengan skor 79,09 telah membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur dapat berdampingan harmonis dengan konservasi alam. Posisi strategis sebagai pintu masuk Papua Barat tidak membuat kota ini kehilangan identitas lingkungannya, justru sebaliknya, menjadikannya sebagai showcase bagaimana kota transit dapat menjadi contoh pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Akses langsung ke kawasan konservasi laut Raja Ampat memberikan tanggung jawab ekstra kepada Sorong untuk menjaga kualitas lingkungan yang akan berdampak langsung pada ekosistem laut terindah di dunia. Program pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle) telah menjadi gaya hidup masyarakat, bukan sekadar slogan. Inisiatif Kampung Hijau telah mengubah wajah perkotaan dengan meningkatkan ruang terbuka hijau di setiap sudut kota. Sistem drainase yang dirancang dengan baik tidak hanya mencegah banjir, tetapi juga memastikan air hujan dapat diserap dengan optimal oleh tanah, menjaga keseimbangan hidrologi kota.
Sabang, Aceh (Skor: 77,95)

Dari ujung barat Indonesia, Sabang memancarkan pesona sebagai kota dengan kualitas lingkungan terbaik keempat nasional dengan skor 77,95. Sebagai kota paling barat Indonesia yang terletak di Pulau Weh, Sabang memiliki keunikan geografis yang menjadi anugerah sekaligus tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian lingkungan. Posisi strategis di tengah Samudera Hindia memberikan kota ini akses eksklusif terhadap ekosistem laut yang masih pristine, dengan terumbu karang yang menjadi rumah bagi ribuan spesies laut.
Kawasan konservasi laut yang luas di sekitar Pulau Weh telah dikelola dengan bijak, memadukan kepentingan ekonomi pariwisata dengan pelestarian alam. Sistem pengelolaan air bersih yang memanfaatkan sumber mata air pegunungan telah menjamin pasokan air berkualitas tinggi untuk seluruh penduduk. Hutan tropis yang masih terjaga dengan baik tidak hanya berfungsi sebagai penyerap karbon, tetapi juga sebagai habitat alami berbagai spesies endemik Sumatera. Pantai-pantai bersih dengan kualitas air laut yang jernih menjadi magnet wisatawan sekaligus indikator kesehatan lingkungan laut. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan telah membuktikan bahwa Sabang dapat menjadi destinasi wisata kelas dunia tanpa mengorbankan kelestarian alamnya.
Padang, Sumatera Barat (Skor: 77,26)

Padang membuktikan bahwa kota metropolitan dapat meraih keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan dengan meraih skor 77,26. Kota yang dikenal sebagai jantung budaya Minangkabau ini telah mentransformasi dirinya menjadi smart city yang tidak hanya cerdas dalam teknologi, tetapi juga bijak dalam mengelola lingkungan hidup. Sistem pengelolaan sampah modern yang terintegrasi telah mengubah paradigma masyarakat dari pembuang sampah menjadi pengelola sampah yang bertanggung jawab.
Taman kota dan ruang terbuka hijau yang tersebar merata di seluruh penjuru kota tidak hanya berfungsi sebagai paru-paru kota, tetapi juga sebagai ruang interaksi sosial yang memperkuat kohesi masyarakat. Program city forest di kawasan perbukitan telah menjadi inovasi brilian dalam mencegah bencana longsor sekaligus menyediakan cadangan udara bersih untuk kota. Pengelolaan kawasan pesisir pantai Padang yang berkelanjutan telah menjadikan garis pantai kota sebagai aset wisata yang ramah lingkungan. Bank sampah berbasis komunitas telah berkembang menjadi gerakan ekonomi sirkular yang tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat. Penggunaan energi terbarukan di fasilitas publik menunjukkan komitmen nyata pemerintah kota dalam mengurangi jejak karbon dan menjadi pelopor kota hijau di Sumatera.
Baubau, Sulawesi Tenggara (Skor: 77,20)

Kota Baubau di Sulawesi Tenggara menempati peringkat ke-6 nasional dalam kualitas lingkungan hidup tahun 2024 dengan skor 77,20. Kota ini menunjukkan komitmen serius dalam pengelolaan lingkungan melalui berbagai program inovatif, antara lain pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, konservasi hutan mangrove di kawasan pesisir, serta program penghijauan kota yang konsisten. Baubau juga menerapkan sistem drainase ramah lingkungan dan berhasil dalam program Kampung Hijau berkelanjutan, serta pengelolaan limbah medis yang baik.
Jayapura, Papua (Skor: 75,50)

Jayapura, Papua, yang mendapat skor 75,50, memiliki potensi alam luar biasa dengan upaya konservasi berkelanjutan. Keunggulan lingkungan di kota ini meliputi kawasan hutan hujan tropis yang masih alami, biodiversitas flora dan fauna yang tinggi, sistem pengelolaan air bersih bersumber dari pegunungan, serta program konservasi lingkungan berbasis kearifan lokal. Keunikan ekosistem Jayapura terwujud melalui hutan hujan tropis Papua yang endemik, Danau Sentani dengan ekosistem air tawar unik, dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Batu, Jawa Timur (Skor: 74,43)

Kota Batu di Jawa Timur, dengan skor 74,43, dikenal sebagai kota wisata pegunungan dengan udara sejuk dan program lingkungan yang berkelanjutan. Keunggulannya termasuk lokasi di ketinggian yang memberikan udara bersih, sistem pengelolaan sampah organik menjadi kompos, ruang terbuka hijau yang luas, serta program urban farming. Program unggulan Kota Batu meliputi eco-tourism yang ramah lingkungan, bank sampah berbasis RT/RW, serta penanaman pohon di kawasan resapan air.
Subulussalam, Aceh (Skor: 74,28)

Subulussalam di Aceh, memperoleh skor 74,28 dan sebagai kota termuda di Aceh, menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian lingkungan hidup. Kota ini memiliki kawasan hutan lindung yang terjaga, sistem pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang baik, serta program penghijauan berkelanjutan dan pengelolaan limbah domestik yang terstruktur. Potensi alam Subulussalam mencakup hutan tropis dataran rendah, sumber air bersih yang melimpah, dan biodiversitas flora serta fauna khas Leuser.
Kendari, Sulawesi Tenggara (Skor: 73,45)

Menutup daftar sepuluh besar, Kendari di Sulawesi Tenggara meraih skor 73,45. Sebagai ibu kota provinsi, Kendari menjalankan berbagai program lingkungan inovatif seperti menjaga ekosistem laut di Teluk Kendari, reboisasi di kawasan perbukitan, sistem pengelolaan sampah berbasis teknologi, serta konservasi sumber daya air. Kota ini juga mengembangkan aplikasi digital untuk monitoring lingkungan, pembangkit listrik tenaga surya di gedung publik, dan program blue economy berbasis kelautan, sebagai inovasi terdepan.
Baca Juga:
- Kjokkenmoddinger: Sampah Kerang yang Ungkap Cara Makan Manusia Purba
- PTPP Hijaukan Pesisir Tambakrejo dengan 1.000 Mangrove, Lindungi Masyarakat dari Abrasi dan Perubahan Iklim
Dampak Positif Terhadap Pembangunan Berkelanjutan
Pencapaian kota-kota tersebut memberikan dampak positif, antara lain:
- Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui lingkungan yang bersih dan sehat
- Mendukung sektor pariwisata berkelanjutan dengan keindahan alam yang terjaga
- Menarik investasi ramah lingkungan dari berbagai sektor
- Menjadi model bagi kota lain dalam pengelolaan lingkungan hidup
itu dia Sobat Zona EBT Prestasi 10 kota dengan kualitas lingkungan terbaik di Indonesia tahun 2024 ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan hidup dapat berjalan seiring dengan pembangunan ekonomi. Dengan Tidore Kepulauan memimpin daftar ini, diharapkan dapat menginspirasi kota-kota lain untuk lebih serius dalam mengelola lingkungan hidup demi masa depan yang berkelanjutan.
Keberhasilan ini juga menjadi bukti bahwa komitmen pemerintah daerah, partisipasi masyarakat, dan implementasi kebijakan yang tepat dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi kualitas lingkungan hidup di Indonesia.
#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan #lingkungan
Referensi:
[1] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
[3] Kota Baubau Raih Peringkat ke-6 Nasional untuk Kualitas Lingkungan Terbaik 2024!