Bagaimana Cara Kerja PLTN yang Sering Dianggap Berbahaya?

Bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (sumber: freepik.com)
  • Prinsip Kerja PLTN
  • Alasan Mengapa PLTN dianggap berbahaya
  • Potensi Pembangunan PLTN di Indonesia

Perubahan iklim di masa kini bukan lagi suatu hal yang bisa kita padang sebelah mata. Pasalnya, keadaan bumi akibat perubahan iklim ini kian hari kian memburuk. Berbagai upaya internasional dilakukan untuk mengatasi hal ini, salah satunya melalui transisi energi konvensional menuju energi baru terbarukan. Diantara banyaknya upaya Indonesia untuk memanfaatkan potensi EBT, ada satu sumber yang belum di manfaatkan hingga saat ini, yaitu pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Bagi kebanyakan masyarakat, PLTN dianggap berbahaya karena menghasilkan radiasi. Namun, apakah PLTN memang seberbahaya itu? Bagaimana cara kerja PLTN hingga dianggap berbahaya?

Sekilas Mengenai PLTN

Bijih uranium sebagai bahan bakar PLTN (sumber: sortirdunucleaire.org)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau yang biasa kita sebut dengan PLTN adalah salah satu jenis pembangkit listrik yang termasuk dalam energi baru terbarukan. Pada dasarnya, PLTN menggunakan thermal (panas) untuk memutar turbin yang kemudian menghasilkan listrik. Keunikan atau perbedaan PLTN ini dibanding pembangkit lainnya terletak pada sumber panasnya. Kita mungkin tahu bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menggunakan batubara sebagai bahan bakar penghasil panasnya. Namun, PLTN sendiri menggunakan Uranium/Thorium sebagai sumber panasnya. PLTN dianggap sebagai sumber energi paling bersih, tidak menggunakan banyak bahan bakar, serta memiliki energi yang sangat besar.

Baca Juga



Prinsip Kerja PLTN

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, PLTN memiliki prinsip kerja kurang lebih sama dengan PLTU. Jika PLTU menggunakan batubara sebagai sumber bahan bahar panasnya, maka PLTN menggunakan Uranium. Gambar berikut akan mempermudah kita dalam memahami prinsip kerja PLTN.

Ilustrasi Perbandingan Cara Kerja PLTU dan PLTN (sumber: blog.unnes.ac.id)

Seperti yang terlihat pada gambar, PLTU bekerja dengan menggunakan batubara, minyak, dan gas bumi yang kemudian di bakar, sehingga menghasilkan panas. Panas tersebut akan mengubah air yang berasal dari pompa menjadi uap bertekanan tinggi yang nantinya dapat memutar turbin. Uap yang telah melalui turbin kemudian didinginkan kembali melalui kondensator sehingga kembali menjadi air biasa. Turbin yang terputar tadi membuat generator dapat menghasilkan listrik yang kemudian disalurkan melalui trafo untuk disebarkan ke seluruh jaringan. Mengenai kondensator, air pendingin dapat berupa air laut, air sungai, maupun air danau yang terus keluar masuk agar kondensator tetap dingin.

PLTN memiliki prinsip kerja yang sama dengan PLTU yaitu memutar turbin dengan uap air bertekanan tinggi. PLTN menghasilkan panas melalui reaktor nuklir yang didalamnya terjadi reaksi fisi Uranium. Istimewanya, PLTN tidak menghasilkan emisi karbondioksida sama sekali. Hal ini terjadi karena rekasi fisi Uranium terjadi dalam reaktor yang terisolasi. Berbeda dengan PLTU yang sisa pembakarannya berupa emisi gas rumah kaca yang keluar melalui cerobong asapnya.

Bagaimana PLTN dianggap berbahaya?

35 Tahun Bencana Chernobyl, Kecelakaan Nuklir Terparah di Dunia Halaman all  - Kompas.com
Bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl (sumber: kompas.com)

Salah satu kontroversi terhadap dibangunnya PLTN di Indonesia adalah akibat persepsi masyarakat tentang bahaya limbah radioaktif yang bisa meracuni manusia. Pemikiran seperti ini kemungkinan berasal dari cerminan kejadian serupa di beberapa PLTN luar negeri, seperti Bencana Chernobyl pada tahun 1986 dan Bencana Fukushima Daiichi pada tahun 2011.

Namun ternyata, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa PLTN di masa kini sudah tidak menyeramkan itu. PLTN yang dibangun sekarang sudah melewati beberapa generasi yang tentunya akan lebih memperkatikan faktor keamanan dan keselamatan. Faktanya, dari sekitar 500 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia sejak 1960, semua bekerja dengan baik dan selamat sampai saat ini kecuali 3 PLTN (Three Mile Island, Chernobyl dan Fukushima Daiichi). Bencana Fukushima Daiichi pun dipicu oleh gempa bumi dan tsunami, bukan karena kelalaian manusia. Begitu juga di 2 PLTN lainnya, tidak menimbulkan korban jiwa secara langsung.

Pada dasarnya, kekhawatiran masyarakat terhadap PLTN bukan terletak pada cara kerjanya karena cara kerja PLTN pun hampir sama dengan cara kerja PLTU. Kekhawatiran ini terletak pada reaktornya yang di anggap dapat membahayakan lingkungan ketika terjadi kebocoran.

Baca Juga



Potensi pembangunan PLTN di Indonesia

Perencanaan pembangunan PLTN di Indonesia sebenarnya telah lama direncanakan. Pada awal tahun 1970, telah dibentuk suatu organisasi khusus yang mengkaji tentang segala hal yang terkait dengan pembangunan PLTN di Indonesia. Organisasi tersebut bernama Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN). Selain itu, dilakukan kegiatan studi kelayakan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (sekarang menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional) bekerja sama dengan pemerintah Italia, Amerika, Perancis dan International Atomic Agency (IAEA), yang dilakukan hingga tahun 1986.

Tak sampai disitu, Indonesia kembali menggaet Jepang sebagai rekan kerja terkait pemilihan lokasi serta segala hal yang perlu diperhatikan seperti hidrologi, kelistrikan, kelingkunagn, dan sebagainya. Bahkan jika berhasil, PLTN pertama di Indonesia ditargetkan beroperasi pada tahun 2005. Sayangnya, krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 memusnahkan gagasann ini untuk terealisasi. Ditambah lagi krisis politik memperparah situasi hingga menyebabkan banyak industri berhenti beroperasi dan permintaan terhadap listrik menurun.

Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat Indonesia punya potensi yang sangat besar dari segi sumber daya. Menurut Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) – Badan Riset dan Inovasi nasional (BRIN) Rohadi Awaludin, Indonesia memiliki potensi Uranium sekitar 90 ribu ton dan Thorium sekitar 140 ribu ton. Sudah cukup modal kita untuk memenuhi kebutuhan energi menggunakan tenaga nuklir ini. Semoga kedepannya, penelitian dan pengembangan pembangunan PLTN di Indonesia bisa tetap dilakukan.

#zonaebt #energiterbarukan #sobatebtheroes

Editor: Himatul Azqiya

Referensi

[1] Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

[2] Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

[3] Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia

[4] BRIN: Indonesia Miliki Potensi Bahan Galian Nuklir yang Cukup untuk Dieksplorasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *