Forum Indo Renergy 2023: Mendorong Transisi Energi Terbarukan di Indonesia

Para narasumber dalam forum Indo Renergy Expo and Forum 2023 yang bertajuk "Driving The Renewable Energy Transition In Indonesia" di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, pada hari Kamis, 31 Agustus 2023. Sumber: zonaebt.com
Para narasumber dalam forum Indo Renergy Expo and Forum 2023 yang bertajuk “Driving The Renewable Energy Transition In Indonesia” di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, pada hari Kamis, 31 Agustus 2023. Sumber: zonaebt.com
  • Pengelolaan transisi energi perlu menggunakan prinsip “customized and different” sesuai kondisi negara
  • Menguatkan narasi positif mengenai transisi energi di masyarakat, perlu dibarengi perkembangan infrastruktur
  • Kolaborasi berbagai sektor, yaitu sektor swasta, masyarakat, hingga pemerintah menjadi elemen kuat proses transisi energi di Indonesia

Jakarta, 31 Agustus 2023 –  Potensi energi terbarukan di Indonesia semakin menonjol di permukaan. Geliat energi terbarukan untuk menyeimbangkan ekosistem di bumi menjadi salah satu topik terhangat akhir-akhir ini. Namun, potensi ini tidak dapat terealisasi tanpa adanya kontribusi aktif dari berbagai pihak yang menggemakan gerakan ini.

Indo Renergy Expo and Forum 2023 baru-baru ini menggelar pertemuan yang bertajuk “Driving The Renewable Energy Transition In Indonesia” bersama Dewan Energi Nasional Republik Indonesia (DEN-RI) dan zonaEBT. Forum ini menghadirkan anggota DEN-RI, Satya Widya Yudha sebagai keynote speaker. 

Forum ini juga dihadiri oleh Deputy CEO Sun Energy, Dionpius Jefferson, Ketua Indonesia Carbon Trade Association, Riza Suarga, dan Direktur Eksekutif Sekretariat Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), Anugraha Dezmercoledi. Setiap pembicara memiliki semangat yang sama untuk menyebarkan keberlanjutan energi terbarukan dari masing-masing bidangnya. Hal tersebut menjadi poin menarik dalam forum tersebut. 

Ilustrasi penggunaan energi terbarukan. Sumber: Pixabay

Dalam pertemuan yang digelar di Jiexpo Kemayoran pada 31 Agustus lalu, Satya, sebagai bagian dari DEN-RI, mengapresiasi komitmen kepada para stakeholder yang mendukung program-program transisi energi yang diusung pemerintah. Para stakeholder ini melibatkan dari berbagai bidang, yakni akademisi, badan usaha, asosiasi, dan masyarakat umum.

Menurut Satya, salah satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana negara-negara di dunia menghadapi laju pemanasan global saat ini. Transisi energi sebagai salah satu strategi mengurangi pemanasan global tidak dapat ditelan mentah-mentah. Tiap negara perlu mengelola transisi energi ini secara “customized and different”. Artinya, tiap negara dapat menyesuaikan sumber daya alam, kondisi sosial masyarakat, dan kondisi geografis masing-masing dalam melakukan transisi energi. 

Tak dapat dipungkiri, dalam proses transisi energi akan memunculkan banyak perubahan yang berdampak pada masyarakat. Perubahan ini dapat berupa lapangan pekerjaan, orientasi bisnis, pembangunan, dan lain sebagainya. Melihat potensi perubahan-perubahan itu, pemerintah perlu memiliki landasan kebijakan dan mekanisme yang tepat sebagai persiapan. 

Tawaran Solusi: Mengurangi Emisi Karbon

Ilustrasi emisi karbon dari aktivitas industri. Sumber: Pixabay

Salah satu upaya umum yang dilakukan saat ini adalah pengurangan emisi karbon. Meskipun banyak menuai kontra, berbagai pihak terus menyalurkan informasi seberapa besar peran carbon offset dan carbon credit untuk mengurangi pemanasan global. 

Penggunaan sumber daya alam tak terbarukan, seperti batu bara, minyak bumi, dan sejenisnya, secara besar-besaran menjadi penyebab munculnya gas rumah kaca. Gas tersebut di antaranya gas metana, karbondioksida, nitrogen monoksida, belerang dioksida, dan gas lain yang mengandung karbon. Emisi karbon tersebut yang kemudian berdampak pada lingkungan dan mengakibatkan pemanasan global.

Ketua Indonesia Carbon Trade Association, Riza Suarga, menyadari bahwa carbon offset sebagai salah satu tawaran solusi, masih menuai pro-kontra di masyarakat. Namun, ada juga pandangan lain yang beranggapan bahwa carbon offset sebagai “shortcut” bagi pihak yang masih bergantung pada emisi kotor dari energi fosil. Selain itu, kesiapan industri atas hal ini juga masih menjadi tantangan. Meskipun demikian, Riza melihat potensi luar biasa di dalamnya. Saat ini, sudah ada 480 perizinan usaha yang ingin memanfaatkan hutan sebagai carbon offset provider. 

Baca juga



Selaras dengan apa yang disampaikan Satya, Riza menyampaikan perlunya mengambil langkah-langkah realistis dalam menentukan strategi transisi energi.

Memanfaatkan Energi Surya

Pemanfaatan energi surya sebagai energi alternatif sudah cukup lama dikenal di Indonesia. Akan tetapi, Dionpius menyatakan jika eksistensi energi surya di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Vietnam dalam setahun memanfaatkan 9 Giga Watt, sedangkan dari 270 Giga Watt yang dimiliki Indonesia, baru 200 Mega Watt yang dimanfaatkan. 

Dionpius berpendapat bahwa untuk meningkatkan penggunaan energi surya, diperlukan budaya, regulasi, industri, dan media yang saling mendukung. 

Masuknya tren energi listrik di beberapa lini kehidupan justru dinilai lebih maju dari energi surya. Menurut Anugraha, saat ini sudah banyak dukungan terhadap penggunaan energi listrik, seperti kewajiban ASN menggunakan kendaraan listrik, insentif pembelian kendaraan listrik, serta regulasi yang mendukung pengadaan energi listrik ini. 

Kolaborasi Wujudkan Transisi Energi

Ilustrasi keberadaan infrastruktur kendaraan listrik. Sumber: Pixabay

Menurut Riza, adanya regulasi yang mengatur pengelolaan sumber energi terbarukan menunjukkan salah satu komitmen Indonesia dalam menghadapi pemanasan global. Mengingat tidak semua negara di dunia sudah sepakat berkomitmen mengurangi emisi karbon. Keseriusan ini sekaligus menunjukkan integritas Indonesia di kancah dunia. Meskipun pelaksanaannya membutuhkan waktu lama dan cenderung dinilai tidak konsisten, Riza meyakini adanya toleransi dalam perubahan ini. 

Baca juga



Dalam prosesnya, Anugraha menyampaikan bahwa transisi energi juga membutuhkan dorongan infrastruktur yang memadai. Ketersediaan infrastruktur dapat mempermudah masyarakat dan meyakinkannya untuk beralih ke sumber energi terbarukan. Selain itu, narasi negatif yang berkembang di masyarakat butuh pengendalian dan bukti agar tak menyebar tanpa pertanggungjawaban. 

Pertemuan ini menjadi ajang kolaborasi berbagai sektor, yaitu sektor swasta, masyarakat, hingga pemerintah untuk bersama-sama menumbuhkan transisi energi di Indonesia. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang mengetahui peran energi terbarukan untuk keberlangsungan bumi, semakin banyak yang ingin berproses bersama. Sehingga, masyarakat juga makin tahu Indonesia tentang peran energi terbarukan dalam menjaga keberlanjutan bumi.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Tika Sari Safitri

Referensi:

[1] Apa itu Carbon Offset? Simak Penjelasan Berikut

[2] Driving The Renewable Transition In Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *