Ilustrasi negara Australia. Sumber: freepik.com
- Australia menjadi negara yang mengadaptasi tenaga surya dan angin terkuat di dunia
- Pemerintah Australia harus secepatnya mempersiapkan segala kebutuhan untuk percepatan EBT di negaranya dengan target hingga 75 persen pada 2025
- Tantangan lain yang dihadapi Australia adalah bagaimana menggabungkan fluktuasi energi terbarukan yang tergantung pada kondisi cuaca
Australia menjadi negara yang mengadaptasi tenaga surya dan angin terkuat di dunia. Operator energi Australia mengharapkan kapasitas EBT untuk tumbuh sebesar 60 persen pada 2025. Oleh karena itu, saat ini pemerintah Australia harus secepatnya mempersiapkan segala kebutuhan untuk percepatan EBT di negaranya, dan targetnya bertambah hingga mencapai 75 persen pada 2025.
Operator energi Australia juga mengatakan bahwa pasar membutuhkan reformasi listrik untuk mempertahankan penggunaan energi terbarukan. Lima tahun lalu, Australia sendiri mendapatkan sumber daya energi terbesar ke-10 dari angin dan matahari. Selain mendapatkan sumber daya energi terbesar, Australia juga menghadapi tantangan dalam mengelola transisi ke energi bersih sambil tetap menjaga pasokan listrik dan menurunkan biaya.
Tantangan lain yang dihadapi Australia adalah bagaimana menggabungkan fluktuasi energi terbarukan yang tergantung pada kondisi cuaca, menjadi suatu sistem yang dibangun di atas aliran yang disediakan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara. Karena Sobat EBT Heroes juga tahu bahwa iklim di Australia berubah-ubah. Jadi perubahan kondisi iklim atau cuaca juga menjadi tantangan tersendiri bagi Australia dan negara-negara lain yang memiliki banyak musim.
Kontribusi Operator Pasar Energi Australia (AEMO) dalam Kelancaran EBT
Logo AEMO. Sumber: www.climatechangeinaustralia.gov.au
Pihak AEMO atau Australian Energy Market Operator mengatakan bahwa, Australia sudah memiliki kemampuan teknis untuk mengoperasikan sistem daya dengan aman, di mana tiga perempat energinya berasal dari pembangkit energi angin dan matahari. Namun, AEMO mungkin terpaksa membatasi kontribusi tersebut hingga 50 persen, kecuali ada perubahan pada struktur dan regulasi pasar serta regulasi energi terbarukan. Maka dari itu, AEMO juga menyerukan kebutuhan investasi dan reformasi pasar yang memberikan nilai lebih besar pada layanan EBT, demi peningkatan keamanan sistem sehingga tidak ada lagi pembatasan kontribusi penggunaan EBT.
Mengapa AEMO menyerukan kebutuhan investasi EBT? Karena di Australia sendiri, investasi energi bersih terhenti pada 2019. Hal tersebut terjadi setelah beberapa tahun energi terbarukan populer, sehingga menimbulkan keterbatasan jaringan yang mulai berdampak besar pada profitabilitas fasilitas angin dan matahari. Demi alasan keamanan, sehingga menyebabkan AEMO memerintahkan pembatasan penggunaan energi yang bersumber dari angin dan matahari tersebut.
Menurut Robert Liew, analis di konsultan energi Wood Mackenzie, Australia adalah pasar utama untuk investasi Energi terbarukan di kawasan Asia Pasifik. Namun pada 2021, investasi di sektor EBT semakin menurun. Sehingga pemerintah Australia membutuhkan peta jalan yang jelas untuk menangani investasi dalam infrastruktur jaringan, jika ingin pertumbuhan energi terbarukan terus berlanjut.
Baca Juga
- Norwegia, Tuan Rumah Nobel Prize dan Ambisi Low-Emission Society
- ESG dan Perkembangan Regulasi Energi Terbarukan di Indonesia
Tanggapan Pemerintah Australia dalam Menjawab Tantangan EBT
Ilustrasi clean energy project Australia. Sumber: www.iamrenew.com
Pemerintah Australia menanggapi laporan AEMO tentang masalah EBT serta investasi yang terjadi, dengan mengatakan bahwa perlunya tenaga surya dan angin yang didukung oleh sumber-sumber listrik demi kelancaran penggunaan energi. Pemerintah juga menyoroti perlunya bantuan dari pabrik konvensional, untuk membantu operator jaringan dalam memperlancar frekuensi energi hingga menjadi alat dalam membantu menyeimbangkan investasi di bidang EBT. Selain itu, hal tersebut juga dapat membantu menyeimbangkan kerjasama, penawaran, dan permintaan EBT dari pihak luar.
Menteri Energi Australia, Angus Taylor, mengatakan bahwa studi AEMO yang mengakui bahwa energi matahari dan angin saja tidak cukup untuk pemanfaatan penggunaan energi terbarukan tersebut cukup benar. Karena pembangkit listrik berbahan bakar gas juga penting untuk menjaga keamanan dan keseimbangan sistem energi yang memiliki tenaga cukup besar. Namun energi berbahan bakar gas atau batu bara tersebut menimbulkan dampak negatif yang serius untuk masa depan, jika digunakan terus menerus tanpa adanya alternatif, sehingga penggunaan EBT di Australia masih terus digencarkan oleh pemerintah.
Selain itu, penyimpanan energi juga memainkan peran kunci dalam transisi energi terbarukan. Pemerintah Australia juga mendukung proyek Snowy Pumped Hydro yang bernilai miliaran demi kelancaran penggunaan EBT. Proyek tersebut juga mendukung rencana yang disebut “Battery of the Nation” untuk memanfaatkan kelimpahan air dan energi terbarukan lebih baik lagi, khususnya di negara bagian Australia yakni Tasmania.
Baca Juga
- Regulasi di Sektor Energi Bersih Memberikan Keuntungan Bagi Negara Uruguay
- Indonesia’s Largest Hydropower Plant: Powering the Future
Tantangan yang Dihadapi Australia dalam Migrasi ke EBT
Ilustrasi energi tenaga angin di Australia. Sumber: www.windsystemsmag.com
Langkah Australia dalam melakukan migrasi pembangkit listrik dari batu bara ke energi terbarukan menimbulkan masalah serius. Biro riset Rystad Energy, menyebutkan bahwa perubahan sumber energi listrik tersebut telah membuat Australia mengalami kelistrikan paling tidak stabil di dunia. Hal tersebut dikarenakan PLTU batu bara yang sudah tua dan rawan gangguan, hingga peningkatan penggunaan panel surya yang tidak diikuti dengan penyimpanan energi.
Kebijakan Australia yang berpindah ke energi terbarukan telah membawa kelistrikan negara tersebut ke babak baru. Tercatat energi terbarukan di Australia menyumbang sebanyak 39 persen sumber kelistrikan negara. 2 sumber energi, yakni tenaga surya dan angin, menjadi sumber yang paling dominan untuk menggantikan listrik dari penggunaan batu bara. Akibatnya, pasokan energi dari tenaga surya dan angin menjadi tantangan utama serta tidak teratur akibat cuaca di Australia yang fluktuatif.
Menurut Rystand Energy, untuk mengatasi fluktuasi tersebut dibutuhkan sekitar 46 gigawatt per jam pembangkit listrik dari air atau baterai dengan skala yang cukup besar untuk mencegah masalah kelistrikan di Australia pada tahun 2050. Namun hal tersebut juga butuh percepatan, karena hingga 2020, di Australia baru tersedia pembangkit listrik sebesar 2,8 gigawatt per jam. Kemudian, Australia juga menginvestasikan sebesar 13 miliar USD untuk memodernisasi jaringan listrik dan infrastruktur lainnya, demi mendukung penerapan energi terbarukan yang lebih banyak. Sehingga peluncuran EBT jika terus didukung dapat bermanfaat untuk penekanan anggaran biaya negara, penggunaan energi bersih bagi rumah hingga sektor bisnis, serta dapat mengurangi emisi karbon bagi bumi.
#ZonaEBT #SebarTerbarukan #EBTHeroes
Editor: Kania Puspita Dewi
REFERENSI
[1] Australia Bersiap Tingkatkan Penggunaan Energi Terbarukan
[2] Migrasi ke Pembangkit Terbarukan, Listrik Australia Disebut Terancam Byar Pret