
- Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) bahwa lebih 5 miliar orang akan kekurangan air pada tahun 2050.
- Mengedukasi masyarakat tentang pembangunan PAH.
- Adanya pembangunan PAH, akan menjadi tren green business dan kebijakan keberlanjutan di masa depan.
Halo Sobat EBT Heroes!
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, dunia justru menghadapi ancaman serius, salah satunya adalah krisis air. Menurut laporan World Water Development tahun 2021, lebih dari 2 miliar orang di berbagai negara mengalami kelangkaan air. Bahkan, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi bahwa lebih dari 5 miliar orang akan kekurangan air pada tahun 2050. Krisis ini disebabkan oleh perubahan iklim dan urbanisasi yang tidak terkendali.
Mengatasi krisis air tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur air bersih. Diperlukan transformasi kebijakan, salah satunya dengan memanfaatkan Rainwater Harvesting System atau sistem pemanenan air hujan (PAH), untuk mengurangi ketergantungan terhadap air tanah, meminimalisasi biaya, dan menjaga keberlanjutan hidup.
Baca Juga
- Apakah Banjir Bekasi hanya karena Hujan Lebat?
- Penggunaan Kendaraan Listrik saat Hujan: Haruskah Khawatir?
- Mengenal Rainwater Harvesting System, Cara Memanen Air Hujan
Air Hujan Sebagai Sumber Daya Terlupakan

Air merupakan kebutuhan utama bagi semua makhluk hidup di bumi. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebutuhan air per orang mencapai 100–250 liter per hari. Umumnya, air ini diperoleh dari air tanah. Namun, perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan pasokan air bersih menjadi tidak stabil. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan sumber daya alam seperti air hujan. Air hujan tidak hanya dapat dimanfaatkan, tetapi juga membantu mengurangi risiko banjir akibat meluapnya air sungai. Hal ini dapat dilakukan melalui sistem pemanenan air hujan (PAH), yaitu dengan menampung air hujan atau aliran permukaan saat curah hujan tinggi.
Pemanenan air hujan memberikan manfaat besar bagi konservasi air tanah, terutama jika diterapkan di wilayah perkotaan, karena dapat membantu mencegah penurunan muka air tanah dan menjadi alternatif sumber air bersih. PAH juga mampu mengurangi beban lingkungan dari risiko banjir, dengan cara menampung air dari atap bangunan, sehingga dapat mengurangi genangan di kawasan padat penduduk. Air hujan yang ditampung saat musim penghujan juga dapat dimanfaatkan saat musim kemarau, memperkuat ketahanan masyarakat terhadap krisis iklim.
Selain manfaat lingkungan, PAH juga memberikan dampak positif secara sosial dan ekonomi. Sistem ini memungkinkan air hujan yang selama ini terlupakan untuk diolah menjadi sumber air yang berguna bagi kebutuhan rumah tangga hingga pertanian.
Berbagai sektor yang menerapkan PAH dapat mengurangi ketergantungan terhadap air PDAM dan menghemat biaya. Saat ini, sudah banyak pihak yang membuka usaha dalam bidang desain, instalasi, pemeliharaan, serta produksi tangki dan filter air. Ini menunjukkan bahwa peluang bisnis keberlanjutan terus tumbuh seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan masa depan yang lebih hijau.
Tantangan Bisnis Rainwater Harvesting
Tantangan terbesar dalam pengembangan sistem pemanenan air hujan (PAH) di Indonesia maupun secara global adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat. Banyak orang belum mengetahui bahwa sistem ini dapat memanfaatkan air hujan sebagai sumber daya potensial yang tidak hanya membantu mengurangi limbah air, tetapi juga mencegah banjir. Sebagian besar masyarakat masih bergantung pada air tanah atau PDAM, padahal sumber-sumber tersebut tidak menjamin keberlanjutan jangka panjang.
Selain itu, biaya awal pembangunan sistem PAH juga sering dikeluhkan. Penerapan sistem ini memerlukan tangki penampungan, sistem filtrasi, dan saluran distribusi, yang semuanya membutuhkan investasi awal yang cukup besar. Namun, sistem ini justru dapat menghemat biaya dalam jangka panjang. Untuk mengatasi kendala ini, dibutuhkan dukungan berupa subsidi dari pemerintah atau pihak lain yang mendukung pengembangan PAH, agar akses terhadap teknologi ini semakin luas dan merata.
Baca Juga
- Meski Hujan, Panel Surya Tetap Kerja Kok Bisa?
- Tren Perubahan Iklim: Peralihan Musim Kemarau ke Musim Hujan
- Hujan Asam: Penyebab, Dampak, dan Pencegahan
Menjawab Tantangan Melalui Bisnis Berkelanjutan

Pemasangan instalasi sistem pemanenan air hujan (PAH) di kawasan padat penduduk seperti Ciputat, Tangerang Selatan, menjadi solusi atas tantangan keterbatasan akses air bersih serta seringnya banjir atau genangan air saat curah hujan tinggi. Sistem PAH terbukti efektif, terutama untuk skala rumah tangga.
Air hujan yang jatuh di atap rumah akan ditampung dan dialirkan ke dalam tangki penampung. Sebelum masuk ke tangki, air disaring menggunakan filter sederhana untuk menghilangkan kotoran. Air hasil tampungan ini dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan keperluan lain yang tidak memerlukan air minum. Dengan inovasi tambahan, seperti penggunaan filter karbon dan sinar UV, air hujan bahkan bisa digunakan untuk mandi, mencuci baju, atau mencuci piring.
Dengan penerapan sistem ini, ketergantungan terhadap air tanah dapat dikurangi. Oleh karena itu, PAH menjadi solusi strategis dalam pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Potensi Investasi Bisnis Rainwater Harvesting
Kondisi iklim yang tidak menentu, terutama pada musim hujan dengan intensitas tinggi, menjadi salah satu faktor yang memengaruhi potensi sistem pemanenan air hujan (PAH). Sistem ini menawarkan kestabilan pasokan air di tengah krisis air bersih. Ketersediaan air yang melimpah dari PAH dapat mengurangi biaya operasional dan menjadikannya sebagai solusi jangka panjang yang strategis. Penerapan PAH juga mencerminkan bentuk nyata tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan. Keuntungannya tidak hanya simbolik, tetapi berdampak langsung pada konsumen dan berbagai pihak terkait.
Pembangunan sistem PAH berpotensi menjadi tren green business serta bagian dari kebijakan keberlanjutan di masa depan. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin 6 (akses air bersih), poin 11 (kota dan permukiman berkelanjutan), dan poin 13 (penanganan perubahan iklim). Sistem PAH mendukung pembangunan rendah emisi karbon, menjadikannya lebih dari sekadar teknologi ramah lingkungan.
#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi
- Pemanenan Air Hujan untuk Atasi Krisis Air Tanah
- Pemanenan Air Hujan (PAH) sebagai Alternatif Sumber Air untuk Masyarakat Perkotaan
- Penerapan Sistem Pemanen Air Hujan (Rain Water Harvesting) Skala Rumah Tangga : Studi Kasus Di RT 004/01, Kelurahan Sawah Baru, Kecamata Ciputat, Kota Tangerang Selatan
- Mengenal Rainwater Harvesting