
- Kebijakan Prancis mewajibkan tempat parkir yang luasnya lebih dari 1.500 meter persegi harus dipasang panel surya di atasnya atau didenda.
- Potensi besar dan pertumbuhan penggunaan panel surya di Indonesia.
- Alasan sulitnya berkembangnya penggunaan EBT surya di Indonesia.
- Contoh nyata manfaat panel surya di The Plaza IBCC yang merupakan sistem PLTS solar carport.
Sobat EBT, tahukah kamu? Prancis baru-baru ini menerapkan kebijakan inovatif untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan. Dilansir dari DW Indonesia, pemerintah Prancis mewajibkan area parkir seluas lebih dari 1.500 meter persegi untuk memasang panel surya di atasnya.
Aturan ini mengharuskan pemasangan selesai sebelum 2026 atau 2028, tergantung luas lahan parkir. Jika tidak dipatuhi, pemilik akan dikenakan denda tahunan sebesar 40.000 Euro (sekitar 675 juta rupiah).
Melalui kebijakan ini, Prancis menegaskan komitmennya dalam mewujudkan nol emisi dan mempercepat transisi energi bersih.
Prancis Cetak Rekor Baru dalam Energi Surya, Bisakah Indonesia Menyusul?
Prancis semakin menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Pada tahun 2023, negara ini mencetak rekor baru dengan penambahan kapasitas tenaga surya sebesar 4GW. Dilansir dari edobo, laporan terbaru dari IEA PVPS (International Energy Agency Photovoltaic Power Systems Programme) mencatat bahwa angka ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah Prancis. Salah satu pendorong utama keberhasilan ini adalah penerapan Undang-Undang Percepatan Energi Terbarukan oleh pemerintah Prancis.
Melihat pencapaian tersebut, bisakah Indonesia melakukan hal yang sama? Jawabannya, sangat mungkin! Sebagai negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi energi surya yang luar biasa. Siaran Pers Kementerian ESDM menyebutkan bahwa dari total potensi energi terbarukan sebesar 400.000 MW, sekitar 200.000 MW berasal dari tenaga surya.
Jika dimanfaatkan secara optimal, energi surya dapat mempercepat pengurangan emisi karbon dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Sayangnya, pemanfaatannya masih sangat rendah. Pada tahun 2021, kapasitas tenaga surya yang digunakan baru mencapai 150 MW atau hanya 0,08% dari potensinya.
Dengan kebijakan yang tepat dan keseriusan seperti Prancis, bukan tidak mungkin Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dalam transisi menuju energi bersih.

Data Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) pada tahun 2023, mengungkapkan akumulasi kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebesar 573.8 Megawatt, angka tersebut sangat jauh apabila dibandingkan dengan potensi yang disebutkan sebelumnya. Ini menunjukkan Indonesia belum bisa memanfaatkan potensi tenaga surya. Lantas sobat EBT tahukah kamu apa alasan Indonesia masih jauh dalam pemanfaatan energi surya ini?
Baca Juga
- Floods Hit Indonesia at the Beginning of 2025: Central Java and East Java Severely Affected
- Peran Social Impact Assessment dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Mengapa Pemanfaatan Energi Surya di Indonesia Masih Lambat?

Meskipun memiliki potensi energi surya yang sangat besar, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya. Salah satu hambatan utama adalah keterbatasan infrastruktur dan teknologi yang mendukung pengembangan energi terbarukan.
1. Tantangan Infrastruktur
Indonesia masih mengalami kendala dalam pembangunan jaringan distribusi listrik yang dapat menunjang penggunaan energi surya secara luas. Di banyak daerah terpencil, akses terhadap listrik masih terbatas, sehingga sulit untuk mengintegrasikan energi surya dalam skala besar. Padahal, keunggulan utama energi surya adalah sifatnya yang terdesentralisasi, memungkinkan instalasi langsung di atap rumah atau bangunan tanpa ketergantungan pada jaringan listrik utama.
2. Biaya Awal yang Tinggi
Teknologi panel surya telah berkembang pesat, tetapi biaya pemasangannya di Indonesia masih relatif mahal dibandingkan negara lain. Hal ini menjadi hambatan bagi masyarakat dan sektor bisnis untuk beralih ke energi surya.
Meskipun pemerintah telah menawarkan berbagai insentif, seperti pembebasan pajak untuk produk energi terbarukan, masih banyak pihak yang ragu berinvestasi karena belum adanya jaminan keuntungan jangka panjang. Ketidakpastian ini menghambat adopsi energi surya, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
Dengan mengatasi tantangan ini, Indonesia berpotensi memanfaatkan energi surya secara lebih optimal dan mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Meniru Kebijakan Prancis: Solusi Efektif untuk Energi Terbarukan di Indonesia

Keterbatasan tersebut bukan menjadi hambatan bagi kita untuk terus mengupayakan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Kita dapat meniru kebijakan negara lain yang dapat diterapkan di Indonesia. Kebijakan yang diterapkan di Prancis bukanlah hal yang sulit untuk diterapkan. Dengan mewajibkan pihak swasta, masalah pembiayan dapat diselesaikan. Sebagai contoh nyata di Indonesia sendiri terdapat mall yang sudah menggunakan panel surya.
Dilansir dari Antara sebuah pusat perbelanjaan di Bandung Jawa Barat memanfaatkan area parkir untuk menginstalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap guna mendukung kota yang ramah lingkungan. Mengutip langsung dari Antara, “Instalasi yang terpasang di The Plaza IBCC merupakan sistem PLTS solar carport dengan total luas area 1.960 m2. Melalui inovasi solar carport tersebut, panel surya tidak hanya berfungsi untuk menghasilkan energi bersih, tetapi juga sebagai atap yang.” Hasil instalasi PLTS ini setiap tahunnya The Plaza IBCC dapat menghasilkan energi bersih sebesar 633.396 kWh dan mengurangi jejak karbon sebesar 497.089 kg CO2. Hasil positif ini dapat menjadi contoh untuk menerapkan kebijakan yang diberlakukan di Prancis untuk diberlakukan di Indonesia.
Baca Juga
- Alternatif Gas LPG untuk Indonesia Lebih Berkelanjutan
- Kebakaran LA: Alarm Percepatan Net Zero 2060 Indonesia
Sobat EBT, dapat dilihat bagaimana Prancis guna mengoptimalkan potensi energi terbarukan surya, dengan adanya kebijakan yang mendukung dengan melibatkan pihak swasta, penerapan biaya yang mahal dapat diatasi. Tentu saja dengan mengadopsi kebijakan seperti yang diterapkan di Prancis, akan menjadi langkah penting bagi Indonesia untuk mencapai target zero emisi karbon dan mempercepat transisi ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi
1. Antara News. (2025). Pusat Perbelanjaan Bandung Sulap Area Parkir Jadi PLTS
4. Xpert Digital. (2025). Kewajiban Tenaga Surya untuk Tempat Parkir di Perancis