- Kerentanan sistem pasokan air terkait perubahan iklim.
- Dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air: perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir.
- Strategi adaptasi untuk memitigasi dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air.
Krisis air global merujuk pada situasi di mana pasokan air bersih yang aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia dan ekosistem terancam di berbagai belahan dunia. Faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, perubahan iklim, urbanisasi, polusi, dan pengelolaan sumber daya air yang tidak berkelanjutan telah menyebabkan krisis air global. Banyak wilayah di dunia mengalami kekurangan pasokan air yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pertanian, industri, dan lingkungan. Umumnya, jumlah air tawar di bumi yang layak dikonsumsi sama besarnya, namun karena populasi penduduk bumi ‘meledak’, pasokan sumber air yang ada pun berkurang bahkan dikhawatirkan menjadi langka. Itulah mengapa penanganan krisis air bersih adalah suatu tantangan yang kompleks dan memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, industri, dan organisasi non-pemerintah.
Air sebagai sumber kehidupan
Dimanapun mereka berada, manusia membutuhkan air untuk bertahan hidup. Tentu saja dikarenakan tubuh manusia terdiri dari 60 persen air dan dalam kesehariannya air juga berperan sebagai sumber daya untuk memproduksi makanan, pakaian, memindahkan aliran limbah, dan kelestarian lingkungan. Planet yang Sobat EBT Heroes tinggal ini sebagian kecil terbentuk oleh air tawar, kira-kira 71% permukaan bumi tertutup oleh air. Jumlah air yang ada di samudra dan laut mencapai 97%, sisanya ada sebagai uap air, di danau dan sungai, gletser dan lapisan es, di tanah dan bawah tanah, akuifer, dan bahkan di organisme hidup. Walaupun permukaan bumi hampir 70 persen ditutupi oleh air, hanya 2,5 persen air segar yang layak digunakan. Sisanya mengandung garam dan berbasis laut. Meski begitu, hanya 1 persen dari air tawar yang mudah diakses, dengan sebagian besar terperangkap di gletser dan padang salju. Intinya, hanya 0,007 persen air di planet ini yang tersedia sebagai bahan bakar dan sumber pangan untuk memberi makan 6,8 miliar penduduk bumi.
Baca Juga
Kondisi kualitas air yang mengkhawatirkan di Indonesia
Menurut hasil Survei Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2020, ditemukan bahwa 7 dari 10 rumah tangga masih mengkonsumsi air minum yang terkontaminasi E. coli (air yang terkontaminasi bakteri dan feses). Mirisnya, hampir 70% dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang terkontaminasi diuji telah berkontribusi terhadap penyebaran diare, salah satu penyebab utama kematian di Indonesia terhadap orang di bawah usia 18 tahun dalam 5 tahun terakhir. Sayangnya, polutan atau cemaran dalam air kebanyakan merupakan cemaran kimiawi, biologis, dan fisik yang tidak dapat dideteksi oleh panca indera manusia. Cemaran-cemaran ini beresiko membahayakan kesehatan apabila jumlahnya melebihi ambang batas tertentu, contoh cemaran kimiawi seperti logam berat, senyawa organik sintesis, senyawa anorganik/mineral dan residu kegiatan pertanian, sementara cemaran biologis antara lain bakteri patogen, virus dan protozoa.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019, ditunjukkan bahwa 10 dari 34 provinsi di Indonesia masih memiliki kualitas air yang buruk akibat pencemaran. Tak hanya itu, kajian terbatas di Indonesia juga menunjukkan bahwa beberapa air minum isi ulang mengandung mikrob indicator (coliform dan/atau Escherichia coli atau E. coli). Kini, kita makin tahu Indonesia memiliki akses air bersih dan aman untuk dikonsumsi rumah tangga sebesar 11,9%.
Baca Juga
- Energi Air di Indonesia dan Mengapa Kita harus Menghemat Air
- Masa Depan, Arah Kebijakan, dan Strategi Pemerintah Menangani Energi Air
Tindakan jangka panjang diperlukan untuk menjaga ketersediaan air bersih
Perubahan iklim dapat berdampak signifikan terhadap pencemaran air melalui berbagai mekanisme yang saling berhubungan. Perubahan suhu, pola presipitasi, permukaan laut, dan kejadian cuaca ekstrim dapat mempengaruhi konsentrasi dan distribusi polutan pada air. Peristiwa hujan lebat dan peningkatan limpasan dapat menyebabkan erosi tanah dan dapat mengakibatkan peningkatan kekeruhan sumber air. Suhu air yang tinggi akibat perubahan iklim juga mempengaruhi kelarutan gas dan tingkat metabolisme organisme air, dimana air yang lebih hangat dapat mengurangi kandungan oksigen terlarut, mendorong pelepasan nutrisi dari sedimen, dan memperparah polusi nutrisi (eutrofikasi). Lantas, strategi apa yang dipertimbangkan untuk mengurangi krisis air bersih di waktu yang akan datang?
- Perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan
Upaya mitigasi sistem penggunaan lahan berkelanjutan perlu menggunakan praktik pengelolaan yang tepat untuk memungkinkan pengguna lahan memaksimalkan manfaat ekonomi dan sosial sambil mempertahankan atau meningkatkan fungsi dukungan ekologis dari sumber daya lahan, dan dalam konteks ini adalah tindakan pengelolaan air dan pemantauan kualitas air. Pemantauan kualitas air sendiri merupakan pekerjaan dasar yang penting dalam pengelolaan kualitas air, terutama dalam memberikan dukungan teknis dalam mengevaluasi kualitas air yang komprehensif, perlindungan dan pengelolaan lingkungan air dengan memantau polutan di badan air, dan faktor pencemarannya.
- Peningkatan infrastruktur pengolahan air limbah
Peningkatan infrastruktur pengolahan air limbah merupakan langkah penting dalam menjaga kualitas lingkungan dan mencegah pencemaran air. Infrastruktur yang baik dapat membantu mengolah air limbah sehingga aman untuk dibuang kembali ke lingkungan atau digunakan kembali dalam berbagai keperluan. Dalam mengaplikasikan tindakan ini, ada langkah-langkah yang patut diambil seperti evaluasi kebutuhan dan perencanaan, pemilihan teknologi serta pengembangan fasilitas yang tepat, juga perlu mempertimbangkan faktor pertumbuhan populasi dan perkembangan industri saat merancang fasilitas agar dapat menangani peningkatan volume air limbah di masa yang akan datang.
- Pengelolaan air hujan yang lebih baik
Pengelolaan air hujan yang lebih baik adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan air hujan, mencegah banjir, dan mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan. Dengan perubahan pola cuaca (terkait dengan perubahan iklim), penting untuk mengadopsi praktik-praktik yang berkelanjutan dalam mengelola air hujan, seperti pembuatan lubang resapan atau bak penampungan sementara untuk menampung air hujan, yang kemudian perlahan meresap ke dalam tanah atau menggunakan permukaan permeabel seperti paving berlubang atau permukaan tanah agar air hujan dapat meresap dan mengurangi aliran permukaan.
Kini Sobat EBT Heroes semakin tahu Indonesia tentang 3 langkah upaya jangka panjang untuk menjaga ketersediaan air bersih yang bisa kamu lakukan mulai dari sekarang. Jangan sampai ketinggalan untuk artikel berikutnya di website ini.
#zonaebt #sobatebtheroes #energiterbarukan
Editor: Gabriel Angeline Farenita Kusuma Putri
Referensi:
[1] How can we solve the global water crisis?
[2] Sustainable Development Goal 6: Clean Water and Sanitation
[4] Studi: 7 dari 7 dari 10 Rumah Tangga di Indonesia Konsumsi Air Tercemar, Dampaknya Bahaya
[5] Duh, 7 dari 10 Rumah Tangga di Indonesia Konsumsi Air yang Tercemar Bakteri E. Coli
1 Comment
This was an amazing read! Your insights on this topic are very valuable and have given me a lot to think about. I appreciate the time and effort you put into researching and writing this post. Thank you for sharing your knowledge with us.