- Dua fenomena gangguan iklim diprediksi terjadi bersamaan pada Juni 2023
- Fenomena El Nino di Indonesia
- Indian Ocean Dipole positif memegang peran dalam perubahan iklim di Indonesia
Awal tahun 2023, Indonesia menghadapi curah hujan tinggi sampai melimpah yang menyebabkan banjir di berbagai wilayah. Hal tersebut sangat merugikan kegiatan masyarakat sehari-hari mulai dari ketersediaan air yang kurang bersih, munculnya berbagai wabah penyakit, hingga memicu terjadinya tanah longsor. Dan sejak April lalu hingga sekarang, Indonesia mengalami musim panas yang kabarnya juga terjadi di seluruh belahan dunia. Dilansir dari laman BBC News Indonesia, untuk beberapa bulan mendatang air hangat dalam jumlah besar akan mengalir perlahan melintasi Samudra Pasifik ke arah Amerika Selatan. Hal ini memicu kedatangan fenomena gangguan iklim yang akan membawa perubahan pola cuaca secara dramatis di seluruh dunia.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memaparkan adanya dua fenomena gangguan iklim yang terjadi bersamaan pada Juni 2023, yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
Ilmuwan Sudah Memprediksi Pola Cuaca El Nino
Para ilmuwan di bidang iklim memperingatkan saat ini ada kemungkinan 90% dari pola cuaca El Nino yang bertahan hingga akhir tahun ini dan awal tahun 2024. Fenomena El Nino merupakan salah satu bagian siklus cuaca hangat dan basah yang terjadi secara alami.
Mengutip laman resmi BMKG, pengertian El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan suhu muka laut ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya. Dampak yang terjadi di beberapa kawasan seperti Amerika Serikat dapat terlihat melalui banjir, tanah longsor, dan panen yang buruk akibat bencana alam tersebut. Sementara itu, di kawasan tropis seperti Indonesia, El Nino menyebabkan suhu hangat yang pada gilirannya membuat laut turut hangat, suhu hangat ini membuat negara yang terkena El Nino mengalami panas dan kemarau hebat.
Baca Juga
- Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Berkelanjutan
- Bagaimana Mengurangi Dampak Pemanasan Global di Lingkungan Kita?
IOD dan Pengaruhnya terhadap Iklim
Fenomena naik turunnya suhu permukaan laut dalam periode tidak teratur dikenal dengan Indian Ocean Dipole (IOD). Mengutip laman BMKG, IOD didefinisikan sebagai perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah, yaitu di Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia. Indian Ocean Dipole ini memiliki tiga fase, yaitu:
- Fase positif, terjadi ketika suhu air permukaan laut di barat Samudra Hindia meningkat dan curah hujan meningkat secara signifikan di sekitar wilayah barat Samudra Hindia, seperti pantai timur Afrika dan selatan Semenanjung Arab. Sementar mengakibatkan kekeringan berkepanjangan di wilayah Asia Tenggara dan Australia. Ini diakibatkan oleh rendahnya curah hujan karena rendahnya tingkat evaporasi di wilayah perairan Samudra Hindia bagian timur yang suhu air permukaan lautnya menurun.
- Fase netral, dimana selisih suhu muka laut antara timur dan barat Samudera Hindia tersebut berkisar -0.5 s.d +0.5 °C .
- Fase negatif, suhu muka laut di benua maritim Indonesia menjadi lebih hangat dari biasanya. Selisih suhu muka laut antara lautan di pantai timur Afrika dengan lautan di wilayah barat Indonesia akan lebih kecil dari -0.5 °C. Fase ini mengakibatkan curah hujan tinggi di sekitar wilayah timur Samudra Hindia seperti Indonesia dan Australia. Penyebabnya adalah meningkatnya suhu air di permukaan laut di wilayah perairan selatan Indonesia dan perairan barat laut Australia. Hal ini menyebabkan evaporasi yang tinggi di wilayah perairan tersebut dan berakibat tingginya tingkat curah hujan.
Baca Juga
- Deforestasi: Ancaman Terbesar bagi Keberlangsungan Hidup Bumi?
- Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Sebagai Upaya Menyelamatkan Bumi Kita!
Mengapa Dua Fenomena Gangguan Iklim Ini Bisa Terjadi?
Fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik. Sementara, Indian Ocean Dipole (IOD) dipengaruhi oleh suhu di Samudra Hindia, di mana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini. BMKG menyebut kedua fenomena tersebut akan terjadi secara bersamaan dalam waktu dekat, seperti yang terjadi pada tahun 2019 silam. Kedua fenomena ini memperkuat kondisi satu sama lain dan perkembangannya harus dipantau secara ketat karena dikhawatirkan kemarau yang panjang dan ekstrim serta kekeringan melanda Indonesia.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Annisa Nur Fissilmi Kaffah
Referensi:
[1] BMKG: Fenomena El Nino-IOD menuju positif picu kekeringan di Indonesia
[2] 5 Fakta Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD), Salah Satu Pengendali Iklim di Indonesia
[3] Perubahan Cuaca, Ekonomi, sampai Kesehatan – Bagaimana El Niño Memengaruhi Kondisi Dunia?
[4] Mengenal Apa Itu Fenomena El Nino dan IOD, Penyebab Indonesia Terancam Kekeringan Panjang
1 Comment
Wow, incredible weblog layout! How long have you ever been running a blog for?
you made running a blog glance easy. The overall look of your site is fantastic, let alone the content material!
You can see similar here ecommerce