- Masyarakat Indonesia memiliki pemahaman bahwa perubahan iklim akan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari.
- Masyarakat Indonesia juga mengetahui bahwa penyebab utama terjadinya perubahan iklim
- Perhatian yang lebih besar terhadap perubahan iklim merupakan hasil dari sikap dan orientasi yang ada
- Perhatian yang lebih besar terhadap perubahan iklim merupakan penyebab meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim.
Perubahan iklim menjadi salah satu musuh utama manusia yang harus diperangi bersama pada saat ini. Memahami penyebab perubahan iklim masih menjadi perdebatan, walaupun sudah ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa aktivitas manusia menjadi penyumbang terbesar. Sehingga banyak dari masyarakat yang masih skeptis terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia sehingga sedikit dari mereka yang enggan untuk melakukan perubahan guna mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim.
Seperti hasil survey yang dilakukan oleh USAID (United States Agency International Development) bulan September 2018 bahwa tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai masalah yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dibagi menjadi lima kategori yaitu :
- Orang yang paham tentang penyebab dan akibat perubahan iklim;
- Orang yang paham penyebab perubahan iklim namun tidak memahami dampaknya;
- Orang yang menyadari perubahan iklim namun tidak mengetahui penyebabnya;
- Orang yang mengetahui isu perubahan iklim namun tidak tahu penyebab dan dampaknya;
- Orang yang sama sekali tidak mengetahui tentang perubahan iklim.
Baca Juga :
- Betulkah Penyebab Pemanasan Global Adalah Gas Rumah Kaca?
- China Plans to Cut Out Carbon Dioxide (CO2) on 2035
Dari hasil survey tersebut menandakan bahwa tidak semua masyarakat Indonesia memiliki pemahaman bahwa perubahan iklim akan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Serta tidak semua masyarakat Indonesia juga mengetahui bahwa penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah dikarenakan ulah manusia itu sendiri. Kesenjangan seperti ini tidak hanya akan berlanjut, tapi juga rentan untuk meluas sehingga akan menghambat prioritas terhadap dukungan kebijakan iklim.
Apa saja yang dapat menjelaskan terjadinya kesenjangan yang semakin besar antara berbagai kelompok?
Bias Perhatian Terhadap Informasi Iklim
Orang sering kali memperhatikan informasi yang sesuai dengan apa yang mereka pikirkan atau yakini. Dalam penjelasan mengenai informasi iklim, gagasan perhatian yang termotivasi menggambarkan bagaimana keinginan kita dapat memengaruhi cara kita fokus pada informasi iklim, dan akan mengubah cara kita berpikir dan tindakan kita terhadap hal tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Luo dan Zao pada tahun 2019 yang berjudul “Perhatian Yang Termotivasi Pada Persepsi dan Tindakan Perubahan Iklim”. Pada penelitian tersebut dilakukan pengamatan dengan diberikan grafik perubahan suhu permukaan udara rata-rata tahunan global dalam Celsius (°C) dari tahun 1880 hingga 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana orang-orang dengan orientasi politik yang berbeda memandang kurva suhu global yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa orientasi politik dikaitkan dengan persepsi yang berbeda pada bukti yang sama ketika grafik ditampilkan sebagai suhu global, namun ketika grafik berada dalam bingkai netral tidak memiliki hubungan secara motivasi. Dapat disimpulkan bahwa dari temuan tersebut ditunjukkan bahwa orang-orang dengan sikap pro-lingkungan yang lebih tinggi akan lebih cepat menanggapi gambar-gambar yang relevan dengan perubahan iklim daripada gambar-gambar yang netral. Hal ini menunjukkan bias perhatian yang lebih besar terhadap rangsangan perubahan iklim bagi orang-orang tersebut.
Perhatian yang lebih besar terhadap perubahan iklim bukan hanya merupakan hasil dari sikap dan orientasi yang ada sebelumnya, namun juga merupakan penyebab meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa manusia akan lebih memperhatikan dampak dari perubahan iklim yang lebih berisiko, lebih berbahaya, dan lebih mengancam bagi mereka. Mereka akan cenderung tidak memperhatikan dampak lain yang tidak terlalu mengancam bagi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian akan dapat meningkatkan persepsi mereka terhadap sebuah risiko yang akan dihadapi.
Bias Persepsi Terhadap Perubahan Iklim
Peningkatan fokus pada penggambaran risiko lingkungan dapat memperkuat persepsi terhadap risiko-risiko dari dampak perubahan lingkungan. Sebuah gagasan sederhana menunjukkan bahwa cara masyarakat memandang risiko perubahan iklim didasarkan pada hal-hal seperti pemahaman tentang penyebab, dampak, cara menghadapi perubahan iklim, pengalaman mereka sendiri terhadap cuaca buruk, dan norma-norma sosial.
Dalam kerangka “motivasi perhatian”, menunjukkan bahwa pengetahuan yang lebih luas mengenai perubahan iklim dapat membuat perhatian menjadi bias terhadap informasi terkait perubahan iklim, sehingga dapat menghasilkan lebih banyak pengetahuan dan persepsi risiko perubahan iklim yang lebih tinggi.
Pengalaman pribadi mengenai peristiwa cuaca ekstrem juga dapat meningkatkan keunggulan informasi terkait iklim. Sama seperti orang dengan gangguan stres pascatrauma cenderung akan menganggap ancaman yang lebih besar dari rangsangan tertentu yang dapat memicu respons stres. Dengan kata lain, hubungan antara persepsi risiko perubahan iklim dan faktor-faktor seperti pengetahuan dan pengalaman pribadi dapat dimoderasi melalui proses atensi dan persepsi.
Selain perhatian, ditemukan pula sejumlah bias yang membentuk persepsi terhadap informasi perubahan iklim. Masih banyak masyarakat yang tidak percaya jika perubahan iklim salah satu penyebabnya adalah adanya andil dari manusia karena mereka tidak memahami mekanisme emisi GRK (Gas Rumah Kaca). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari masyarakat sebenarnya tidak memiliki pengetahuan tentang mekanisme kimia atau fisik dari pemanasan global, khususnya masalah akumulasi karbon dioksida, yang dapat menyebabkan penolakan terhadap adanya pemanasan global. Namun, ketika penjelasan tentang mekanisme tersebut diberikan, mereka akan cenderung lebih percaya pada perubahan iklim.
Bias persepsi yang lainnya adalah meremehkan jejak karbon yang disebabkan karena suatu tindakan atau objek. Seperti pada suatu penelitian yang ditemukan bahwa masih banyak masyarakat yang masih cenderung meremehkan emisi GRK yang berkaitan dengan tindakan individu dan mereka tidak mampu memahami dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim.
Dari penjelasan diatas masih ada banyak bias perhatian dan persepsi terhadap lingkungan yang perlu untuk dicari tahu lebih luas dan dalam lagi. Karena hal tersebut dapat menjadi penyumbang dari adanya perbedaan pendapat di masyarakat tentang perubahan iklim. Sehingga dirasa perlu untuk menyebarluaskan solusi yang efektif untuk mengubah perilaku manusia melalui pendekatan yang melibatkan wawasan kognitif.
Baca Juga :
- Ramah Lingkungan, Inovasi Kereta Listrik Panel Surya Ramai Diminati
- 5 Negara Ini Berhasil Mengurangi Jejak Karbon, Apa Rahasianya?
Hal ini dilakukan karena mengetahui kebutuhan kita untuk mengatasi perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menjadi semakin mendesak, dan perlu untuk segera diatasi. Perhatian dan persepsi masyarakat akan berbeda tergantung pada kebutuhan mereka, sehingga perlu dilakukan penyelarasan keyakinan dan motivasi yang menarik perhatian masyarakat.
#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes #makintahuIndonesia
Editor: Savira Oktavia
Sumber:
[1] Attentional and perceptual biases of climate change
[2] Motivated attention in climate change perception and action
[3] Peran Bias Berpikir dalam Masalah Lingkungan di Indonesia
1 Comment
Newtoki This is my first time pay a quick visit at here and i am really happy to read everthing at one place