Meneladani Inovasi PLTN Terapung (FNPP) Rusia

PLTN terapung atau Floating Nuclear Power Plant (FNPP) pada dermaga Akademik Lomonosov di Pevek, Chaunskaya Bay, Laut Siberian Timur, Chukotka, Rusia. Sumber: kompas.id
  • Rusia meluncurkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir terapung yang akan berlayar sejauh 5.000 km dari pelabuhan Murmansk, Kutub Utara ke Chukotka di timur jauh.
  • PLTN terapung lebih efisien dan aman dibandingkana PLTN daratan.
  • Pembangunan PLTN terapung di Indonesia sangat potensial untuk menghasilkan listrik murah, bersih, selamat, dan handal bagi penduduk Indonesia khususnya di luar Jawa, di daerah-daerah kepulauan, dan wilayah yang sulit dijangkau lewat darat.

Berdasarkan data Power Reactor Information System (PRIS), sebanyak 439 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir telah tersebar di 33 Negara. Umumnya PLTN tersebut dibangun di darat dekat laut atau sungai karena memerlukan air yang cukup banyak. Floating Nuclear Power Plant (FNPP) pertama kali diluncurkan secara global oleh Rusia pada Agustus 2019 dengan nama Akademik Lomonosov. Lomonosov merupakan nama seorang akademisi/ilmuwan bernama Mikhail Vasilyevich Lomonosov atau lebih dikenal dengan sebutan Mikhail Lomonosov.

PLTN Terapung merupakan PLTN yang dipasang di atas tongkang yang dilengkapi dengan switchyard dan peralatan transmisi. Diperlukan kapal lain untuk menarik FNPP agar kapal (tongkang) tersebut dapat berpindah tempat. Agar Sobat EBT Heroes makin tahu Indonesia tentang fleksibilitas PLTN terapung secara mendalam hingga kesesuaian implementasi PLTN terapung di wilayah Indonesia, mari simak artikel berikut ini.

Baca juga



Mengenal Lebih Dekat Akademik Lomonosov Sebagai PLTN Terapung Pertama di Dunia

Floating Nuclear Power Plant “Akademik Lomonosov” di St. Petersburg, Russia 2018. Sumber: cbsnews.com

Akademik Lomonosov diproduksi di St Petersburg dan terdiri atas dua pembangkit nuklir seperti yang dipakai pada penghancur es Rusia. Pembangkit KLT-40S tersebut memiliki kapasitas keseluruhan sebesar 80 megawatt dan dikabarkan dapat bertahan dari tsunami. PLTN ini mampu menerangi dan menghangatkan suatu kota yang berpopulasi sebanyak 100.000 orang. Panjang kapal PLTN terapung KLT-40S adalah 140 meter; lebar 30 meter; tinggi lambung 10 meter; bagian dibawah air 5,6M; bobot mati 21.000 ton; jumlah kabin 64; dan cadangan 10.

Tipe reaktor pembangkit ini adalah PWR (Pressurized Water Reactor) loop type dengan jumlah reaktor dalam satu tongkang sebanyak 2 unit, daya termal 2 X 150 MWth (atau sekitar 35MWe), dan interval penggantian bahan bakar bakar 2,5-3 tahun. Konsumsi bahan bakar nuklir 2 X 67 Kg U-235/tahun (lebih efisien dibandingkan bahan bakar minyak 120.000 ton/tahun dan batu bara 200.000 ribu ton/tahun), generator diesel darurat 4 (4X300kw), jaringan generator darurat 4 (tegangan 400V), dan transformator 8 (daya nominal 8X16 KVA). Pembangkit ini diestimasikan mampu beroperasi selama 40 tahun dengan sistem listrik yang terdiri atas:

  1. Sistem produksi dan transmisi elektro-energi;
  2. Pasokan listrik untuk penggunaan sendiri pada operasi normal;
  3. Sistem pasokan listrik untuk keadaan darurat.

Reaktor pada pembangkit nuklir ini relatif kecil dan bersifat portabel serbaguna. Pelayaran perdana Akademik Lomosonov pada 23 Agustus 2019 silam dimulai dari pelabuhan Murmansk menyusuri pantai utara menuju pelabuhan Pevek, sebuah kota dari Distrik Federal Chukotka. Kapal tersebut telah tiba pada Desember 2019 setelah menempuh jarak 5.000 kilometer dan ditarik oleh kapal dengan kecepatan/daya layar sekitar 4-5 knots/7-9 Km per jam. PLTN Terapung akan memenuhi kebutuhan listrik diwilayah Pevek sekitar 100.000-200.000 penduduk.

Cara Kerja dan Pengamanan Berlapis PLTN Terapung

Ruang mesin pusat di bawah dek utama pada PLTN terapung Rusia. Sumber: id.rbth.com

Terdapat perbedaan cara kerja PLTN terapung dengan PLTN biasa yaitu pembangkit nuklir terapung akan mentransfer panas dari reaktor di atas kapal menuju rumah penduduk secara langsung. Sistem yang digunakan untuk perpindahan ini disebut sebagai water loop yang dapat menangkap air terkontaminasi menggunakan partikel radioaktif pada pembangkit listrik. Teknologi tersebut dapat mentransfer energi panas ke jaringan pipa di seluruh kota. KLT-40S telah memenuhi aturan-aturan Rusia seperti:

  1. Prinsip umum syarat Keselamatan;
  2. Peraturan Keselamatan Nuklir Untuk Reaktor PLTN;
  3. Standard Keselamatan Radiologi;
  4. Standard Kesehatan, TH 2.6.1.054-96, UU Federasi Rusia, Keselamatan Radiologi Bagi Penduduk;
  5. Peraturan Tentang Klasifikasi dan Pembuatan Kapal Nuklir Bagi Register Navigasi Kapal Laut Rusia.

PLTN terapung buatan Badan pengawas nuklir Rusia, Rosatom (State Atomic Energy Corporation Rosatom) telah dirancang dengan pengaturan perbedaan tekanan antara air yang bersirkulasi melalui gedung-gedung dan cooling loop di atas kapal. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran radiasi yang tidak disengaja. Selain itu pembangkit listrik juga dirancang agar tahan terhadap benturan luar, seperti kecelakaan pesawat kecil. Untuk menjaga pembangkit listrik tersebut tetap mengapung, maka dibangunlah sebuah lapisan struktur penahan di atas kapal.

Konsep “Defence in depth, proven engineering practices, fail-safe principle, redundancy, diversity and independence, deterministic and probabilistic, safety assessment, passive systems, man-machine interaction, severe accident” pada KLT-40S telah sesuai dengan rekomendasi IAEA (International Atomic Energy Agency). Maximum Credible Accident (MCA) dan Maximum Credible Threat (MCT) yang tertuang dalam Design Basic Threat digunakan sebagai indikator penilaian keselamatan dan keamanan dari ancaman teroris. Pembagian ruangan kapal PLTN KLT-40S secara garis besar adalah sebagai berikut:

  1. Kompartemen Reaktor (Reactor Plant Compartment), dimana dalam ruangan ini terletak Reaktor Nuklir;
  2. Kompartemen penyimpanan bahan bakar bekas (Spent fuel storage facility);
  3. Kompartemen Turbin Generator (Turbine Generator Compartment);
  4. Kompartemen Mesin Listrik (Electrical Engineering Compartment). Dalam kompartemen inilah produksi akhir PLTN Terapung disiapkan (listrik dan uap panas untuk pemanasan dan air desalinasi);
  5. Kompartemen Peralatan Bantu (Auxilliary Equipment), dimana dalam ruangan ini terdapat ruang kendali reaktor nuklir dan kendali seluruh peralatan PLTN Terapung;
  6. Kompartemen Tempat Tinggal (Living Section) yang terdiri dari ruang tempat tinggal para awak kapal PLTN yang terdiri dari tempat tidur, tempat pertemuan, kamar makan, ruang olahraga dan rekreasi.

Apa yang terjadi jika kapal PLTN terapung tenggelam? Ketika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kapal tenggelam, maka bahan bakar nuklir akan tetap tersegel dalam reaktor. Selanjutnya, secara otomatis air laut akan mendinginkan reaktor sehingga tidak terjadi pelelehan bahan bakar (kecuali jika bahan bakar reaktor nuklir berbentuk lelehan, maka bahan bakar tersebut akan memadat). Akibatnya, terjadi pelepasan radioaktivitas akan sangat minim dan air laut tidak akan terkontaminasi material radioaktif dari reaktor nuklir yang tenggelam.

Baca juga



Reaksi Penduduk Lokal dan Negara Lain Terhadap Pembangkit Nuklir Terapung

Akademik Lomonosov yang bergerak dengan bantuan tarikan kapal lain. Sumber: businessinsider.com

Mayoritas penduduk kota pelabuhan terpencil Pevek, yang terletak di atas Lingkar Arktik di Chukotka menyambut hangat inovasi PLTN terapung ini. Dengan adanya kapal pembangkit listrik raksasa Akademik Lomonosov yang dapat bergerak, saat ini penduduk Pevek maupun di daerah terpencil lainnya dapat memperoleh pasokan listrik yang cukup, menikmati pemanas, dan air panas yang masuk ke rumah-rumah warga. Beberapa tujuan pelayaran kapal lainnya adalah kompleks pertambangan Chaun-Bilibin di Chukotka, termasuk pertambangan emas.

Inovasi pembangkit listrik tenaga nuklir terapung Rusia saat ini tengah dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan di AS, Tiongkok, dan Prancis. Walaupun pemanasan perumahan langsung dari PLTN terapung terdengar tidak lazim, faktanya penggunaan reaktor kecil pada PLTN terapung Pevek telah digunakan oleh banyak negara selama bertahun-tahun. New York Times melaporkan bahwa AS telah mengoperasikan reaktor serupa (PLTN terapung, MH-1A Sturgis di Kanal Panama) untuk keperluan militer sejak 1968-1976. Swedia juga pernah membangun pemanas bertenaga nuklir di beberapa bagian Stockholm dari tahun 1963 hingga 1974.

Potensi Pembangunan PLTN Terapung di Indonesia

PLTN terapung Akademik Lomonosov yang bersandar di pelabuhan Pevek. Sumber: businessinsider.com

Fokus perencanaan pembangunan PLTN di Indonesia masih dibatasi di daratan, khususnya di pulau besar dengan kebutuhan suplai listrik tinggi seperti pulau Jawa. Padahal, prospek pembangkit nuklir terapung nasional cukup menjanjikan mengingat wilayah Indonesia yang didominasi oleh perairan. Terdapat beberapa jenis PLTN terapung di dunia, salah satu jenis PLTN yang cocok dengan kondisi di tanah air adalah Offshore Nuclear Power Plant (ONPP).

ONPP merupakan PLTN terapung dengan unit reaktor nuklir (tunggal atau ganda) dan unit pembangkit yang dipasang di dalam kapal/tongkang. Listrik yang dibangkitkan oleh unit PLTN tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan kapal dari dan menuju lokasi penggunaan, serta dialirkan ke jaringan listrik di lokasi tersebut. Berikut ini merupakan beberapa potensi keunggulan pembangunan PLTN terapung di Indonesia:

  1. Meminimalisir kendala pembebasan lahan, terjadinya sindrom NIMBY (Not In My Back Yard atau keengganan masyarakat terhadap suatu pembangunan maupun perubahan di sekitar lingkungan tinggal mereka), dan isu kendala tektonik seperti gempa.
  2. Fleksibel dan mampu menjangkau kawasan kepulauan kecil (daerah 3T) karena PLTN terapung sudah dibangun dan terpasang di kapal sebelum pelayaran sehingga hanya perlu memasang fasilitas sambungan jaringan listrik tanpa membangun pembangkit di lokasi.
  3. Daya yang dihasilkan PLTN terapung lebih kecil dan ideal dibandingkan dengan PLTN daratan berkisar 35-120 MWe sehingga dapat meminimalisir pemborosan pasokan listrik untuk daerah di luar Jawa.
  4. Lebih aman saat terjadi tsunami karena dok pada PLTN terapung berada di permukaan laut dalam dan tidak akan terpengaruh oleh gelombang tsunami.
  5. Panas buangan dari PLTN terapung dapat digunakan untuk desalinasi air laut pada daerah-daerah yang sering kekurangan air bersih.
  6. Berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan bakar sintetis mirip bensin untuk keperluan transportasi yang bebas emisi melalui proses hidrolisis air dan pemisahan CO2 dari air laut.
  7. Tingkat keamanan lebih tinggi dari segi termohidrolik yang memanfaatkan air laut sebagai akses pendingin praktis dan tidak terbatas (heat sink alami) saat reaktor nuklir mengalami overheating.

Setelah Sobat EBT Heroes membaca artikel sampai pada titik ini, pastinya Sobat EBT Heroes makin tahu Indonesia tentang inovasi PLTN terapung sebagai inspirasi untuk Indonesia hingga beberapa keunggulannya. Apakah Sobat EBT Heroes setuju dengan konsep pembangunan PLTN terapung atau justru lebih memilih pembangunan PLTN di daratan untuk energi bersih Indonesia maju 2060? Sudah sepatutnya sebagai generasi penerus bangsa turut mendukung dan berinovasi agar PLTN di Indonesia segera terealisasi demi kesejahteraan bersama.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Azahra Nabila

Referensi:

[1] PLTN Terapung Keunggulan Rusia*

[2] Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Terapung Untuk Indonesia

[3] Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir terapung pertama Rusia berlayar melintasi Kutub Utara

[4] Berkat PLTN Terapung, Penduduk Kota Arktik Rusia Kini Dapat Nikmati Air Panas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *