- Jepang memulai kebijakan pembuangan limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut.
- Pemerintah Jepang menyatakan bahwa tingkat tritium dalam air yang akan dibuang sekitar 1.500 becquerel per liter.
- Berdasarkan data yang dihimpun METI (Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang) negara-negara yang memproduksi nuklir di dunia mempublikasikan melakukan hal yang serupa.
Sejak Agustus 2023, Jepang telah menjadi pusat perhatian karena mereka telah memulai kebijakan pembuangan limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut. Ini melibatkan lebih dari satu juta ton air radioaktif yang telah diolah dari PLTN dan dialirkan ke Laut Pasifik.
Proses ini kemungkinan akan memakan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan. Air ini telah melewati proses penyulingan setelah terkontaminasi oleh kontak dengan batang bahan bakar di reaktor, yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.
Operator pabrik Tokyo Electric Power (TEPCO) mengklaim air limbah yang bakal dibuang ke Samudra Pasifik ini telah diencerkan dan disaring untuk menghilangkan semua zat radioaktif hingga mencapai standar keamanan yang dapat diterima.
Walaupun demikian, kandung tritium dan karbon-14 masih tetap ada, dan kadar keduanya berada jauh di bawah batas yang dilarang.
Baca Juga
- Prancis Jadi Negara Paling Bergantung Kepada Nuklir
- Molten Salt Reactors: Masa Depan PLTN yang Menjanjikan
Tritium dan karbon-14 masing-masing merupakan bentuk radioaktif dari hidrogen dan karbon. Meskipun keduanya memancarkan radiasi dengan tingkat yang sangat rendah, akan tetapi masih dapat menimbulkan risiko jika dikonsumsi dalam jumlah yang signifikan.
TEPCO berencana untuk lebih mengencerkan air tersebut hingga kadar tritiumnya turun di bawah batas yang diatur sebelum membuangnya ke laut di pantai utara Tokyo.
Tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena radiasinya tidak cukup energik untuk menembus kulit manusia.
Namun, jika tertelan dalam kadar di atas kadar air yang dikeluarkan, hal ini dapat meningkatkan risiko kanker. TEPCO dan pemerintah Jepang telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa air yang dibuang hanya menimbulkan sedikit risiko bagi manusia dan ekosistem laut.
Pemerintah Jepang menyatakan bahwa tingkat tritium dalam air yang akan dibuang sekitar 1.500 becquerel per liter. Hasil tersebut jauh lebih aman daripada standar kontaminasi tritium dalam air minum aman untuk manusia yang ditetapkan WHO yaitu maksimal 10.000 Becquerel/Bq (satuan radioaktif) per liter. TEPCO juga menyatakan bahwa tingkat karbon-14 juga akan memenuhi standar, sehingga tidak memberikan resiko yang tidak diinginkan.
Alasan Jepang Buang Limbah Nuklir
Guncangan gempa dengan magnitudo 9,1 pada Maret 2011 di Jepang, mengakibatkan banyak kerugian, termasuk rusaknya tiga reaktor PLTN Daiichi Fukushima. Meski telah rusak, PLTN ini masih terus memproduksi 100 meter kubik limbah setiap harinya. Limbah tersebut berasal dari campuran air laut dan air tanah untuk mendinginkan reaktor.
Buntutnya, lebih dari 1.000 tangki telah terisi, dan Jepang mengatakan bahwa mereka membutuhkan ruang yang ditempati oleh tangki-tangki tersebut untuk membangun fasilitas baru guna menonaktifkan pembangkit listrik tersebut dengan aman. Jepang memiliki kekhawatiran apabila terjadi bencana alam yang tidak dapat diatasi, tank-tank tersebut bisa saja runtuh dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Karena kapasitas tangki yang sudah maksimal hingga mencapai 1,3 juta meter kubik pada awal tahun 2024, untuk mensiasatinya pemerintah Jepang telah memutuskan untuk mengalirkan air limbah nuklir dari Fukushima ke laut.
Rencana tersebut memang sudah dicanangkan sejak April 2021, dan mulai terlaksana pada tahun 2023. Jepang telah mengumumkan bahwa mereka akan secara bertahap membuang air limbah yang telah terakumulasi sejak terjadinya bencana tersebut.
Dampak Limbah Nuklir Terhadap Ekosistem Laut
Namun, bagaimana kondisi ekosistem laut ke depannya setelah menerima limbah tersebut? Tentu hal tersebut sudah diperhitungkan oleh pemerintah Jepang melalui penelitian yang panjang.
Pemerintah Jepang menerapkan ALPS (Advanced Liquid Processing System) atau Sistem Pemrosesan Cairan Tingkat Lanjut untuk mengupayakan air olahan tersebut bisa dilepas ke lautan. ALPS merupakan sistem pemompaan dan penyaringan yang menggunakan serangkaian reaksi kimia untuk menghilangkan 62 radionuklida dari air yang terkontaminasi.
Proses peluruhan kandungan radioaktif telah diawasi ketat oleh Organisasi Energi Atom Internasional (IAEA) selama bertahun-tahun. Ketika air mulai dibuang ke laut, laporan menunjukkan bahwa kandungan tritium tidak signifikan hingga jarak 3 meter dari garis pantai. Pemerintah Jepang telah mengklaim bahwa air tersebut sudah aman dan mendapatkan izin dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Baca Juga
- Dilema Nuklir di Indonesia: Keuntungan dan Risiko dalam Pembangunan Pembangkit Nuklir
- Pembangkit Nuklir sebagai Sumber Energi Bersih: Mitos dan Realitas
Pemerintah Jepang telah mengklaim bahwa air ini aman dan telah mendapatkan izin dari IAEA dan mendapatkan dukungan dari para ahli. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelepasan air bekas pendinginan dari PLTN Fukushima yang telah diolah tidak berdampak buruk pada ekosistem laut dan lingkungan sekitarnya. Upaya pembuangan limbah nuklir ke laut tentunya harus selalu diperhatikan dan dikembangkan agar semakin meminimalisir resiko yang kemungkinan dapat terjadi kedepannya.
Daftar Negara yang Buang Limbah Nuklir Ke Laut
Jepang bukan menjadi negara satu-satunya yang membuang limbang nuklir ke laut. Di sisi lain, terdapat beberapa negara yang melakukan hal yang sama untuk mengatasi hasil buangan dari produksi reaktor nuklir.
Berdasarkan data yang dihimpun METI (Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang) negara-negara yang memproduksi nuklir di dunia mempublikasikan melakukan hal yang serupa. Tritium yang merupakan limbah cair tidak hanya dibuang ke laut, namun juga ke sungai, serta dibuang ke atmosfer melalui proses ventilasi, sesuai dengan aturan yang ditetapkan di negara masing-masing.
Berdasarkan data yang diambil oleh METI pada tahun 2021, berikut daftar negara yang membuang limbah nuklir berupa tritium cair ke laut dan sungai:
- Prancis: 10.042 triliun Becquerel/Bq (satuan radioaktif)
- Kanada: 1.760 triliun Bq
- Tiongkok: 304 triliun Bq
- Romania: 130 triliun Bq
- Korea Selatan: 120 triliun Bq
- Amerika Serikat: 43,4 triliun Bq
- Taiwan: 35 triliun Bq
- Spanyol: 25,6 triliun Bq
- Slovenia: 16 triliun Bq
- Jerman: 1,1 triliun Bq
Angka-angka tersebut hanya mencakup jumlah limbah tritium dalam bentuk cair, dan belum mencakup limbah tritium yang mungkin dilepaskan dalam bentuk uap (steam) ke atmosfer dari fasilitas nuklir. Hal ini juga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi dampak lingkungan dari aktivitas pembuangan limbah nuklir. Bagaimana menurut kamu Sobat EBT Heroes, apakah kamu setuju?
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Nur Wasilatus Sholeha
Referensi:
[1] Heboh Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut, Ternyata Karena Ini
[2] Kenapa Jepang Buang Limbah Nuklir Fukushima ke Laut?
[3] Kata Pakar UGM soal Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut, Aman atau Nggak?
[4] Bukan Cuma Jepang, Ini Negara yang Buang Limbah Nuklir ke Laut
2 Comment