
- Tempat sampah pintar atau SmartBin adalah sistem pengelolaan sampah yang menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) dan menggunakan energi bertenaga surya.
- Bigbelly Solar, LLC merupakan perusahaan pertama yang mengkomersialkan tempat sampah pintar pertama di tahun 2003. Tempat sampah Bigbelly terbukti mengurangi pengumpulan sampah hingga 80% dan membantu menurunkan jejak karbon hingga 70%.
- Inovasi dari Indonesia sendiri ada Electronic Dustbin (LectroBin) sebagai prototipe tempat sampah pintar untuk menampung sampah plastik dan Cikar Surya atau motor dengan bak pengangkut sampah yang dijalankan dengan tenaga panel surya.
Seiring dengan meningkatnya populasi dan urbanisasi, kebutuhan konsumsi manusia terus bertambah, yang menyebabkan peningkatan jumlah limbah, baik organik maupun anorganik.
Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa pada tahun 2020, rata-rata setiap penduduk menghasilkan sekitar 0,68 kilogram sampah per hari, dengan total produksi sampah nasional mencapai 67,8 juta ton per tahun.
Bank Dunia memperkirakan bahwa produksi sampah global akan meningkat hingga 3,4 miliar ton pada tahun 2050.
Meningkatnya jumlah sampah ini menuntut sistem pengelolaan yang lebih cerdas dan efisien agar limbah dapat dikelola dengan baik. Salah satu inovasi terbaru dalam bidang ini adalah tempat sampah pintar (SmartBin) berbasis Internet of Things (IoT).
Apa Itu Tempat Sampah Pintar (SmartBin) IoT Bertenaga Surya?

Tempat sampah pintar atau SmartBin adalah sistem pengelolaan sampah yang memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT). IoT merupakan sistem yang memungkinkan perangkat untuk mengirimkan dan menerima data secara otomatis melalui jaringan internet ke pusat penyimpanan atau server. Teknologi ini umumnya ditemukan dalam perangkat seperti smartphone dan komputer.
Sama halnya dengan SmartBin, tempat sampah ini dapat mengirimkan sinyal ke pusat pengelolaan sampah ketika volumenya sudah mendekati kapasitas penuh. Dengan demikian, petugas kebersihan dapat mengetahui lokasi dan waktu yang tepat untuk pengosongan sampah, sehingga meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah.
Selain itu, SmartBin dilengkapi dengan panel surya di bagian atasnya, yang memungkinkan pengisian daya secara otomatis tanpa perlu terhubung ke sumber listrik konvensional. Hal ini menjadikannya solusi ramah lingkungan dan hemat energi dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Sejarah Tempat Sampah Pintar
Tempat sampah pintar pertama yang dikomersialkan dan dikembangkan berasal dari perusahaan Bigbelly Solar, LLC. Perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak khusus dalam solusi pengelolaan limbah cerdas.
Bigbelly didirikan pada tahun 2003 oleh Jeff Satwicz, saat masih menjadi mahasiswa di Olin College of Engineering. Perusahaan ini dikenal dengan inovasi tempat sampah pintar bertenaga surya pertama yang dilengkapi dengan teknologi Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah.
Dilansir dari PR Newswire (10/06/24), produk tempat sampah pintar pertama Bigbelly dijual pada tahun 2004 ke sebuah resor ski di Vail, Colorado, dan mulai dipasarkan secara luas pada tahun 2005.
Penggunaan tempat sampah pintar Bigbelly terbukti mengurangi frekuensi pengangkutan sampah hingga 80% dan menurunkan jejak karbon hingga 70% dengan mengoptimalkan rute pengelolaan sampah.
Pada tahun 2010, Bigbelly meluncurkan sistem perangkat lunak yang memungkinkan pemantauan kapasitas tempat sampah secara real-time, termasuk pelaporan kondisi dan deteksi potensi masalah. Inovasi ini menjadi dasar utama dalam pengembangan sensor IoT untuk tempat sampah pintar.
“Misi kami adalah membuat ruang publik lebih baik, lebih indah, dan lebih ramah melalui penampungan limbah secara menyeluruh, yang menghilangkan sampah, hama, dan bau tak sedap dari luapan limbah,” ujar Satwicz dalam wawancara dengan PR Newswire.
Baca Juga
- Cara Unik Mengolah Sampah 5 Desa Terbersih di Indonesia
- SIG Gandeng Resinergi untuk Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif dari Sampah Perkotaan
Pada tahun 2024, Bigbelly meluncurkan Bigbelly Smart Compost, sebuah program pengelolaan limbah makanan rumah tangga yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Keberhasilan Bigbelly menginspirasi perusahaan lain untuk mengembangkan teknologi serupa, seperti WasteMates di Belanda dan Wheelie Bin Solutions (WBS) di Inggris. Bahkan, Malaysia dan Singapura telah menjalin kerja sama dengan Bigbelly untuk mengadopsi teknologi tempat sampah pintar ini.
Fitur Utama Tempat Sampah Pintar
Dilansir dari Wheelie Bin Solutions, berikut adalah beberapa fitur utama yang membuat SmartBin unggul dalam pengelolaan sampah,
- Sensor pengisian, sensor ini digunakan untuk mendeteksi seberapa penuh tempat sampah pintar dan mengirimkan data ke platform analisis berbasis cloud untuk memberi tahu pengguna yang bertanggung jawab atasnya (Pusat Petugas Kebersihan).
- Mesin pemadat bertenaga surya, sesuai namanya alat ini berfungsi sebagai sumber energi untuk memadatkan isi tempat sampah, sehingga dapat menampung sampah delapan kali lebih banyak dan mengurangi frekuensi pengumpulan.
- Sensor pemisahan sampah, fitur ini berfungsi untuk pengenalan gambar secara efisien untuk memilah dan memisahkan bahan yang dapat didaur ulang.
- Panel tampilan terintegrasi, layar ini digunakan untuk menampilkan konten yang dipersonalisasi, promosi yang menarik, dan konten edukasi seputar limbah dan daur ulang.
- Desain yang tertutup, hal ini untuk mencegah hama masuk, memperlambat penguraian limbah dan meminimalisir bau.
Tempat Sampah Pintar di Indonesia

Saat ini, Indonesia belum mengadopsi SmartBin secara luas, tetapi berbagai prototipe telah dikembangkan oleh peneliti dan mahasiswa. Salah satu inovasi berasal dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA), yang menciptakan Electronic Dustbin (LectroBin).
LectroBin difokuskan untuk mengelola sampah plastik, dengan fitur seperti pemadat sampah, sensor kapasitas, sensor suhu, serta sistem notifikasi otomatis melalui email dan SMS saat tempat sampah penuh.
Baca Juga
Tidak hanya itu, Indonesia juga telah mengembangkan Cikar Surya, yaitu motor dengan bak pengangkut sampah yang menggunakan tenaga panel surya.
Dilansir dari Mongabay (15/05/16), Cikar Surya telah beroperasi di Pemecutan, Denpasar Barat. Kendaraan ini dirancang oleh sejumlah pegiat energi terbarukan dan memiliki kemampuan penyerapan panel surya sebesar 400 Watt per jam atau 1.600 Watt per hari.

Selain itu, Cikar Surya dinilai lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan suara bising seperti cikar berbahan bakar fosil. Perawatannya juga relatif mudah, terutama pada panel surya yang hanya memerlukan pembersihan rutin dan pergantian suku cadang sesuai kebutuhan.
Inovasi seperti ini perlu mendapat dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak agar dapat diterapkan secara lebih luas, khususnya dalam menangani permasalahan sampah plastik di Indonesia.
Teknologi SmartBin berbasis IoT dan energi surya menghadirkan solusi pengelolaan sampah yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Dengan kemampuannya untuk memilah sampah secara otomatis, mengurangi volume limbah, serta mendukung konsep kota pintar, inovasi ini berpotensi mengubah cara kita menangani limbah di masa depan.
Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan, SmartBin dapat menjadi solusi nyata dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik #MengolahSampah
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi:
[1] Bigbelly launches U.S. manufacturing operations
[2] Bigbelly
[3] What is a smart bin and how does it work?
[4] Satu Orang Indonesia Hasilkan 0,68 Kilogram Sampah Per Hari, Juga Sampah Plastik
[5] Solar-powered smart bins that act as Wi-Fi hot spots launched at Orchard Road
[6] Bigbelly Unveils Smart Compost Program
[7] Mahasiswa ITERA Ciptakan Tempat Sampah Pintar Berbasis IoT