- Meningkatnya penggunaan PLTS secara global ternyata baru sedikit negara yang dapat memproduksi komponen PLTS fotovoltaik skala besar, seperti modul panel surya.
- Dalam industri panel surya ada beberapa negara yang menjadi ekspor modul surya, salah satu negara eksportir modul surya terbesar adalah China.
- Angin segar pembangunan industri panel surya terintegrasi telah diumumkan oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral
Pemanfaatan energi surya semakin meningkat di seluruh dunia seiring dengan kesadaran akan keberlanjutan dan perlunya beralih ke sumber energi terbarukan. Berdasarkan laporan UNFCCC 166 negara yang mengikuti Perjanjian Paris sebanyak 49% berkomitmen meningkatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sampai tahun 2030. Meningkatnya penggunaan PLTS secara global ternyata baru sedikit negara yang dapat memproduksi komponen PLTS fotovoltaik skala besar, contohnya seperti modul panel surya. Siapakah negara tersebut? Untuk selanjutnya akan dibahas dalam artikel ini.
Negara Eksportir Panel Surya
Dalam industri panel surya ada beberapa negara yang menjadi ekspor modul surya, salah satu negara eksportir modul surya terbesar adalah China. China telah berhasil membangun kapasitas produksi yang besar dan efisien untuk memenuhi permintaan global. Dengan biaya produksi yang kompetitif, produk mereka dapat ditemukan di berbagai proyek instalasi tenaga surya di seluruh dunia.
Pada tahun 2020 Tiongkok menguasai 40.9% dari total ekspor modul surya global, berbeda dengan proporsi ekspor dari negara-negara lain yang kurang dari 6%. Menurut laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) tahun 2020 produksi teknologi fotovoltaik Tiongkok memiliki total kapasitas 124.6 GW dua per tiga dikirim ke luar negeri.
Negara pengguna energi surya seperti Jerman, Brasil, India, dan Amerika Serikat menjadi importir . Uni Eropa mengimpor 84% dari modul surya yang digunakan dalam negerinya, Amerika Serikat 77%, dan India 75%.
Selain sebagai eksportir modul surya terbesar, Tiongkok juga menjadi negara produsen teknologi PLTS fotovoltaik terbesar. Dalam laporan Renewable Energy and Jobs : Annual Review 2022 oleh International Renewable Energy Agency (IRENA) Tiongkok menguasai 72% produksi polisilikon, 98% produksi ingot dan wafer, 79% manufaktur sel surya, dan 78% produksi modul surya global. Hal tersebut tentu saja menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki peran besar sebagai negara yang mendukung kebutuhan penggunaan energi bersih berupa pembangkit listrik tenaga surya di belahan dunia.
Selain Tiongkok, Negara Jepang merupakan salah satu negara yang aktif dalam industri energi terbarukan, termasuk modul surya atau panel surya. Meskipun Jepang bukanlah eksportir utama modul surya seperti Tiongkok, beberapa perusahaan Jepang memiliki kontribusi signifikan dalam pasar global.
Tidak ketinggalan, Jerman juga memiliki peran signifikan sebagai eksportir modul surya utama. Industri panel fotovoltaik Jerman dikenal karena kualitasnya yang tinggi serta teknologi canggih. Produk-produk mereka banyak digunakan baik di pasar domestik maupun internasional.
Bagaimana dengan Indonesia?
Berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2021 potensi energi surya di Indonesia jumlahnya mencapai 207,8 Giga Watt, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Memang tidak mudah untuk membangun pabrik panel surya yang membutuhkan biaya yang tinggi. Dikutip dari cnbc indonesia, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan pihaknya serius dalam mendorong akselerasi penggunaan energi baru terbarukan, salah satunya terkait energi surya dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Untuk melakukan itu semua, setidaknya Indonesia membutuhkan dana hingga Rp 4 Triliun.
Angin segar pembangunan industri panel surya terintegrasi telah diumumkan oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. “Akan ada pengumuman besar soal peluncuran industri panel surya terintegrasi yang akan disampaikan oleh Presiden akhir bulan (Juli) ini atau awal bulan depan (Agustus). Indonesia mungkin akan jadi yang terbesar di kawasan yang memiliki industri tenaga surya terintegrasi di kawasan ini untuk mendukung 23 persen EBT dan net zero emission”. Ungkap Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana di acara ASEAN Solar Summit 2023, Jakarta (25/7).
Baca Juga:
Pemerintah telah menggandeng sejumlah negara ASEAN sebagai mitra strategis untuk mewujudkan industri panel surya terintegrasi. Dadan mengatakan hal ini akan membantu pencapaian target 23% energi baru terbarukan dan net zero emission dan akan membantu kawasan mencapai target tersebut. Mitra yang bekerjasama untuk pembangunan pabrik panel surya di Indonesia pun belum diungkapkan secara jelas.
Terdapat salah satu provinsi yang memiliki potensi untuk dijadikan proyek panel surya adalah Provinsi Bangka Belitung. Hal tersebut diungkapkan Dadan dikutip dari CNBC Indonesia, Alasan Bangka Belitung karena memiliki salah satu bahan baku pembuatan panel surya yaitu pasir kuarsa. Perlu diketahui, pasir kuarsa merupakan bahan baku pembuatan kaca pada komponen utama panel surya. Ternyata permintaan pasir kuarsa Indonesia dalam dua tahun terakhir meningkat.
Dari uraian di atas sobat Heroes semakin tahu negara mana yang menjadi eksportir modul panel surya terbesar. Selain itu, dapat mengetahui juga bagaimana perkembangan wacana pembangunan pabrik panel surya di Indonesia. Semoga segera terealisasikan dan sesuai dengan capaian yang diinginkan.
Sumber:
Dukung Transisi Energi, Ini Negara Eksportir Modul Surya Terbesar
Bukan Gas, Sumber Energi Bersih RI Ini Akan Diekspor ke ASEAN
Miris! Punya Harta Karun Ini, Tapi RI Gak Punya Pabriknya
1 Comment
Wow, incredible blog structure! How long have you been blogging for?
you make blogging glance easy. The whole glance of your web site is excellent, as smartly as the content!
You can see similar here najlepszy sklep