- Sekolah ini sangat ramah lingkungan karena 100% terbuat dari sampah.
- Sekolah ini dibangun karena terinspirasi saat melihat banyaknya sampah dan banyaknya anak-anak yang tidak bersekolah.
- Pembangunan menggunakan sampah ini sangat bermanfaat sekali dalam mengurangi jumlah sampah yang ada
Salah satu sekolah di Kamboja ini 100% terbuat dari sampah. Sekolah ini menjadi sekolah pertama di dunia yang terbuat dari sampah. Sekolah ini dibangun oleh Ouk Vanday yang terletak di Taman Nasional Kirirom dan diberi nama Coconut School. Vanday membuat sekolah ini karena terinspirasi saat melihat banyaknya sampah dan banyaknya anak-anak yang tidak bersekolah. Selain bangunannya yang menggunakan 100% sampah, sekolah ini juga memiliki fasilitas yang memadai seperti buku, computer dan internet dan untuk listriknya bahkan menggunakan panel surya. Para pelajar disana diharuskan membayar hanya dengan menggunakan sampah. Benar-benar sangat ramah lingkungan bukan?
Selain di Kamboja, di Indonesia juga ada lho sekolah yang terbuat dari sampah sehingga menjadi lebih ramah lingkungan. Sekolah tersebut merupakan Sekolah Dasar 04 Medas yang terletak di Lombok Barat, NTB.
Sekolah ini dibangun kembali karena pernah hancur karena gempa berkekuatan 6,4 skala richter yang terjadi di Lombok pada tahun 2018. Hampir keseluruhan bangunan tersebut dibuat dari sampah plastik yang telah didaur ulang menjadi bata atau dikenal ecobrick. Berbeda dengan Coconut School yang berada di Kamboja yang mendaur ulang langsung sampah plastik tanpa melalui proses kimia yang biasa disebut Upcycle, sedangkan SD 04 Medas mendaur ulang sampah menjadi ecobrick dengan melalui proses kimiawi terlebih dahulu yang disebut Recycle.
Baca Juga:
- Kenali 9R Untuk Wujudkan Lingkungan Bebas Sampah
- 5 Teknologi Ramah Lingkungan Ini Karya Anak Bangsa, Lho!
Karena terbuat dari sampah plastik, ecobrick ini tidaklah berat seperti batu bata pada umumnya. Ecobrick ini sangat ringan dan tidak berbahaya sehingga tidak perlu takut jika tertimpa. Tidak hanya ramah lingkungan, pembangunan dengan menggunakan ecobrick ini lebih hemat waktu dan tenaga. Untuk pembangunannya juga tidak memerlukan semen dan pasir lagi dikarenakan setiap ecobrick bisa tersambung sendiri seperti memasang lego.
Hanya saja ecobrick yang sangat membantu mengurangi sampah ini belum bisa didapatkan di Indonesia, ecobrick ini harus impor dari Finlandia yang mana harus mengeluarkan lebih banyak uang lagi untuk mengimpornya, sedangkan sampah di Indonesia pun tidak susah. Semoga Indonesia bisa membuat produksi ecobrick sendiri nantinya agar bisa memanfaatkan sampah-sampah yang ada.
Referensi: