Konser Musik Ramah Lingkungan, Suara untuk Iklim dan Sampah

Ilustrasi Konser Ramah Lingkungan zonaebt.com
Ilustrasi Matahari Melakukan Konser Untuk Alam. Sumber: Ilustrasi Pribadi
  • Rata-rata konser besar di Indonesia menghasilkan hingga 15 ton sampah per malam. Namun, ada inovasi untuk membuat konser lebih ramah lingkungan.
  • Inisiatif seperti IKLIM dan Get Plastic menunjukkan bahwa konser tidak harus merusak lingkungan. Penyediaan stasiun pengisian air ulang gratis dan menggunakan bahan bakar dari teknik pirolisis sampah salah satu solusi.
  • Navicula dan Endah N Resha berkolaborasi dengan NATURE Sounds Right merilis lagu Segara Gunung di New York, Amerika, menampilkan suara alam nusantara, seperti hutan hujan tropis dan Samudra.
  • Langkah mudah mengurangi sampah saat menonton konser salah satunya dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik.

Konser musik selalu menjadi daya tarik bagi banyak orang, terutama kalangan muda. Bertemu dengan musisi favorit dan bernyanyi bersama adalah pengalaman yang menyenangkan. Namun, di balik kemeriahannya, konser musik juga menyisakan permasalahan serius, yaitu sampah plastik.

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 2021, rata-rata konser besar di Indonesia menghasilkan 7–15 ton sampah per malam. Jumlah ini mengkhawatirkan, terutama mengingat tantangan dalam penanggulangan limbah plastik di Indonesia. Meski demikian, kesadaran akan isu lingkungan di kalangan anak muda dan musisi terus meningkat.

Banyak musisi yang berupaya menyuarakan isu lingkungan, terutama terkait sampah dan perubahan iklim. Salah satu inisiatif yang menarik adalah dari The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab (IKLIM).

Konser Musik Ramah Lingkungan

Hari Ke 4 Workshop Inisitaif IKLIM Bersama Para Musisi zonaebt.com
Hari Ke 4 Workshop Inisitaif IKLIM Tahun 2024 Bersama Para Musisi. Sumber: Balebengong.id

IKLIM adalah inisiatif yang menggabungkan musisi, seniman, organisasi lingkungan, dan pakar iklim untuk meningkatkan kesadaran akan krisis iklim melalui musik dan seni.

Pada November 2024, mereka merilis album bertajuk No Music on a Dead Planet, menghadirkan Sonic/Panic Vol.2, yang melibatkan 13 musisi Indonesia. Misi mereka adalah menyuarakan isu lingkungan, terutama krisis iklim dan sampah, melalui karya musik.

Selain menyampaikan pesan tentang perubahan iklim, konser ini juga berupaya mengurangi sampah plastik. Hasilnya, hanya 87 kg sampah organik dan 75 kg sampah anorganik yang dihasilkan—jauh lebih sedikit dibandingkan konser pada umumnya. Limbah organik tersebut bahkan dikirim ke Rumah Kompos Padang Tegal, Ubud.

Menurut Aliansi Zero Waste, konser ini termasuk dalam kategori konser minim sampah dibandingkan dengan konser musik lainnya.

Baca Juga



Tidak hanya itu, penyelenggara juga menyediakan stasiun pengisian air ulang gratis serta titik pengembalian alat makan dan minum pakai ulang. Pendekatan ini berhasil mencegah penggunaan lebih dari 3.300 wadah sekali pakai.

Get The Fest Jumpa Pers di Denpasar zonaebt.com
Get The Fest Jumpa Pers di Denpasar. Sumber: Mongabay.co.id

Inovasi serupa juga dilakukan oleh Get Plastic dalam konser “Get The Fest” di Bali pada Oktober 2022. Mereka menggunakan teknik pirolisis, yaitu proses mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar seperti solar dan bensin.

Kebutuhan energi selama acara mereka dapatkan dari bahan bakar hasil pirolisis tersebut. Langkah ini tidak hanya mengurangi sampah plastik, tetapi juga memanfaatkan limbah menjadi sumber energi alternatif.

Dimas Bagus Wijanarko, pendiri Get Plastic, salah satu inisiatornya mengatakan 1 kg sampah kresek (jenis plastik HDPE) bisa menghasilkan 1 liter solar. Pada konser ini kebutuhan generator sebanyak 420 liter, dan total sampah plastik yang di olah sekitar 1.320 kg. Tentu hal ini menjadi langkah yang menakjubkan untuk konser-konser musik lainnya.

Musisi dalam Kampanye Lingkungan

Sounds Right dari Museum for The United Nations (UN Live) zonaebt.com
Sounds Right dari Museum for The United Nations (UN Live). Sumber: museumfortheunitednations.com

Selain musisi seperti Efek Rumah Kaca, banyak musisi lain yang mulai aktif menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan. Misalnya, Band rock Navicula dan duo folk Endah N Resha yang meluncurkan kolaborasi bersama NATURE dari Sounds Right.

Sounds Right adalah inisiatif musik yang diinisiasi oleh Museum For The United Nations (UN Live). Gagasan ini terbentuk untuk mengakui alam sebagai artis, dan memungkinkan alam menghasilkan royalti dari suaranya sendiri.

UN Live juga bekerja sama dengan berbagai mitra seperti EarthPercent, The Listening Planet, dan VozTerra. NATURE juga terbentuk dari inisiasi tim dari The Listening Planet dan VozTerra. Mereka menghabiskan waktu puluhan tahun untuk merekam suara alam.

Lagu-lagu awal oleh NATURE menampilkan rekaman alam dari berbagai mitra. Mereka berambisi untuk memungkinkan siapa pun dengan rekaman alam dapat digunakan oleh artis atau musisi untuk menciptakan musik baru.

Navicula X Endah N Rhesa X NATURE Membawakan Lagu Segara Gunung. Sumber: Kanal Youtube Release Topik.

Pada April 2024 Navicula dan Endah N Resha berkolaborasi dengan NATURE dan merilis lagu berjudul “Segara Gunung” di New York, Amerika untuk kampanye Hari Bumi, 22 April 2024 lalu.

Musik ini menampilkan suara alam Nusantara, seperti hutan hujan tropis dan Samudra. Uniknya musik ini terinspirasi dari mantra dan kidung klasik Bali yang menekankan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Robi, vokalis band Navicula, menyatakan bahwa lirik kidung ini merupakan penghormatan terhadap alam, hutan, sumber air, dan gunung. Terutama yang diciptakan oleh masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam di masa lalu.

“Ketika bulan Oktober, pepohonan tumbuh subur, menghayati pohon, gunung, dan sumber air,” ujar Robi dalam lokakarya iklim, musik, dan lingkungan pada Mongabay.co.id.

Baca Juga



Ini bukanlah hal yang baru, inisiatif IKLIM juga berkolaborasi dengan NATURE di album Sonic/Panic. Robi juga meresahkan beberapa hal, seperti sedikitnya musisi yang karyanya berkatalog green label. Menurutnya, Indonesia perlu melihat negara-negara lain seperti Australia yang memiliki banyak band dengan karya green label.

Bagi Robi, inisiatif IKLIM membawa banyak perubahan pemahaman musik di Indonesia. Terlebih pengetahuan tentang perubahan iklim, dan apa yang harus dilakukan musisi sebagai aksi dalam merespon peristiwa tersebut.

Menjadi Penonton Ramah Lingkungan

Ilustrasi Band atau Musisi zonaebt.com
Ilustrasi Band atau Musisi. Sumber: Pixabay.com

Konser musik bisa tetap seru tentu tanpa harus merusak lingkungan. Dilansir dari pilahsampah.id, berikut beberapa langkah mudah untuk mengurangi sampah saat menonton konser:

  • Kurangi sampah plastik dengan membawa botol isi ulang, task ain, ataupun wadah makanan sendiri dan manfaatkan stasiun pengisian air yang tersedia.
  • Gunakan tiket elektronik untuk membantu mengurangi limbah kertas dan mendukung gaya hidup berkelanjutan.
  • Membawa sampah pulang, dengan selalu menyiapkan kantong untuk membawa kembali sampah yang dihasilkan.
  • Dukung konser berkonsep Eco-Friendly, dengan pilih konser yang menerapkan manajemen sampah dan energi terbarukan.
  • Selain menonton konser menjadi seru, hal yang perlu diperhatikan juga saling mengedukasi antar sesama. Ajak temanmu ikut peduli, karena perubahan besar dimulai dari langkah kecil bersama.

Dengan langkah-langkah ini, Sobat EBT Heroes bisa ikut menjaga lingkungan sambil menikmati konser favorit. Bagikan informasi ini kepada teman, dan Sobat lainnya serta dorong lebih banyak konser untuk menerapkan konsep ramah lingkungan

Jadi, apakah Sobat pernah menghadiri konser ramah lingkungan? Bagikan pengalaman Sobat di kolom komentar!

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Konser Musik Besar Minim Sampah, Begini Caranya

[2] Navicula dan Endah N Rhesa Rilis Single “Segara Gunung” di New York

[3] Uji Coba Konser Musik Menggunakan Bahan Bakar dari Olahan Sampah Plastik

[4] Sounds Right

[5] IKLIM The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *