Perubahan Iklim dan Kebutuhan akan Pesawat Listrik di Indonesia

Tampilan Pesawat Listrik Alpha Electro. Source https://www.liputan6.com
  • Pesawat  berkontribusi besar dalam pemanasan global, dorongan penggunaan pesawat listrik masih minim di diskusikan.
  • Wacana penggunaan pesawat listrik masih mengalami berbagai tantangan seperti dari segi kapasitas baterai hingga jarak tempuh.
  • Namun, pesawat listrik bukan opsi satu-satunya, untuk menciptakan penerbangan yang ramah lingkungan bisa menggunakan pesawat hybrid atau hidrogen. 

Saat ini hampir seluruh negara di dunia tengah memaksimalkan penggunaan transportasi publik guna mengendalikan dampak buruk dari perubahan iklim. Selain itu, beberapa negara seperti Jerman, Korea Selatan, India, China, Thailand, dan Indonesia juga memberikan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik. Hal ini dilakukan untuk mendorong percepatan motor dan mobil listrik guna mengurangi pemanasan global. 

Meskipun beberapa negara telah melakukan berbagai upaya, namun upaya untuk mendorong penggunaan pesawat listrik masih luput dari perhatian. Transportasi publik hanya digencarkan pada motor dan mobil saja. Padahal, inovasi dan pembuatan pesawat listrik sudah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu. Namun,untuk penggunaannya tidak semasif kendaraan listrik yang lain. Padahal, pesawat merupakan moda transportasi yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. 

Bahkan hasil analisis dari New Scientist menunjukan bahwasanya sejak 2000 hingga 2018 penerbangan global berkontribusi dua kali lipat terhadap pemanasan global. Nitrogen oksida dari mesin pesawat dapat meningkatkan pembentukan ozon dan gas rumah kaca. Seiring dengan meningkatnya emisi global akibat aktivitas penerbangan pesawat di seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Cast Foundation, pada 2050 mendatang emisi global dapat melonjak sebanyak 22% akibat jumlah penumpang yang meningkat. 


Baca juga


Mampukah Pesawat Listrik Menggeser Pesawat yang Berbahan Bakar Fosil maupun Konvensional?

Pesawat Listrik Komersial Terbesar di dunia, Grand Caravan Cessna 208B. Source https://tekno.tempo.co

Keberhasilan pesawat listrik komersiall dalam mengudara dapat dilihat dari penerbangan Grand Caravan Cessna 208B. Mesin pesawat ini dibuat oleh MagniX. Uji coba Grand Caravan Cessna dilaksanakan pada Mei 2020. Pesawat yang seratus persen menggunakan tenaga listrik ini lepas landas dari Washington AS dan mengudara selama 28 menit dalam kecepatan 183 km/ jam. Grand Caravan Cessna 208B merupakan pesawat listrik komersial bertenaga listrik terbesar. 

Menurut CEO MagniX, Roei Ganzarski ia memprediksi bahwasanya dalam waktu lima belas tahun mendatang semua penerbangan yang berjarak kurang dari 1.000 mil akan menggunakan listrik. Bahkan Ganzarski juga menyebutkan biaya pesawat listrik jauh lebih murah. 

Bahkan pada 2019 perusahaan asal Slovenia sedang mengembangkan pesawat listrik bernama Alpha Electro dengan biaya terbang yang murah yaitu seharga 4-6 US Dollar. Dengan harganya yang murah membuat pesawat listrik kemungkinan akan menjadi pilihan rasional pengguna beberapa tahun mendatang. 

Peluang Industri Pesawat Listrik di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jalur transportasi udara terpadat di dunia. Hal itu berarti, Indonesia juga harus mengambil langkah untuk mewujudkan masa depan transportasi udara yang ramah lingkungan seperti penggunaan pesawat listrik atau rendah karbon. 

Indonesia berkomitmen penuh untuk menekan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas penerbangan. Pada Oktober 2021 lalu Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Novi Riyanto mengatakan transportasi udara menyumbang dua persen gas emisi rumah kaca, oleh karena itu kementerian perhubungan terus berupaya untuk menurunkan kontribusi emisi karbon akibat penerbangan melalui program mitigasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan guna mencapai carbon natural growth di 2050. 

Langkah Kemenhub untuk melakukan mitigasi dalam merespon perubahan iklim merupakan langkah yang cukup baik, namun upaya dalam menurunkan emisi karbon akibat aktivitas penerbangan tidak hanya melalui mitigasi tetapi juga mendorong penggunaan pesawat yang ramah lingkungan. Urgensi akan pesawat listrik di Indonesia semakin terlihat ketika Indonesia menghadapi dampak serius dari perubahan iklim akhir-akhir ini.

Membangun industri pesawat listrik bukanlah hal yang mustahil bagi Indonesia. Tidak hanya negara Eropa maupun Amerika Serikat yang saat ini sedang berinovasi membangun industri pesawat listrik, saat ini Indonesia tengah mengembangkan industri pesawat listrik. PT Indonesia Air Mobility Industries (IAMI) menginvestasikan 10 miliar dolar AS di Kabupaten Siak, Riau untuk membangun industri pesawat listrik.

Dibandingkan pesawat berbahan bakar minyak, pesawat listrik lebih efisien sepuluh persen. Hal ini dikarenakan sumber tenaganya dapat dipisahkan dari mesin listrik membuat pesawat ini lebih fleksibel. Sedikitnya energi yang diperlukan untuk terbang

membuat emisi yang dihasilkan oleh aktivitas penerbangan semakin minim. Selain itu, sel bahan bakar tidak menghasilkan karbon dioksida, benzol, partikel dan nitrogen oksida. 

Menurut Direktur PT IAMI, Troy Evelon pada  November 2022 menyebutkan bahwa rencana investasi ini telah disepakati dengan penandatanganan MoU antara PT Kawasan Industri Tanjung Button dan PT IAMI. Adanya perusahaan industri pesawat dalam negeri memungkinkan Indonesia mempunyai pesawat listrik karya anak bangsa. Saat ini berbagai perusahaan Indonesia telah berhasil membuat mobil listrik buatan Indonesia, bahkan dengan TKDN yang tinggi.

Tidak menutup kemungkinan dalam beberapa tahun kedepan industri pesawat listrik di Indonesia semakin menjamur seiring dengan dampak perubahan iklim yang semakin nyata yang membuat perusahaan di Indonesia merasa kebutuhan akan pesawat listrik semakin harus diwujudkan seiring dengan meningkatnya bencana alam di Indonesia akibat perubahan iklim. 

Baca Juga

Tantangan Penggunaan Pesawat Listrik

Pesawat Hybrid Airlander 10. Source https.ainonline.com

Bobot baterai adalah tantangan utama dalam pengembangan pesawat listrik. Untuk menerbangkan Boeing 737 dengan baterai listrik pesawat diharuskan untuk mengeluarkan penumpang dan kargo untuk mengisi ruang tersebut dengan baterai dan hanya mampu terbang dalam waktu kurang dari satu jam.

Di sisi lain, ambisi Indonesia untuk menerbangkan pesawat listrik juga tidak sederhana. Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Novie Saat ini teknologi baterai yang ada di Indonesia belum mampu digunakan untuk jarak tempuh yang jauh. Tidak hanya minimnya teknologi baterai yang ada di Indonesia, alasan lain yaitu kecepatan pesawat.

Kecepatan pesawat listrik masih dianggap belum dapat menandingi pesawat konvensional maupun pesawat udara yang berbahan bakar fosil. Namun, pesawat listrik bukanlah opsi satu-satunya untuk mewujudkan penerbangan yang ramah lingkungan. Hidrogen dapat menjadi pilihan untuk bahan pesawat. Pada tahun 2020.

Pada tahun 2020 sebuah perusahaan penerbangan yaitu ZeroAvia melakukan uji coba dengan bahan bakar hidrogen. Hidrogen memiliki keunggulan karena dapat menyimpan lebih banyak energi dibandingkan bahan bakar jet. Akan tetapi hidrogen memiliki kelemahan dalam hal jumlah tenaga yang dihasilkan.

Pada faktanya jet hidrogen membutuhkan tangki untuk penyimpanan bahan bakar empat kali lebih besar, resikonya tangki pesawat dengan bahan bakar hidrogen lebih memakan tempat sehingga berakibat pada sedikitnya ruang.

Opsi lain untuk mewujudkan penerbangan ramah lingkungan juga dapat dilakukan dengan penggunaan pesawat rendah karbon. Perusahaan asal Inggris yang bernama Hybrid Air Vehicles (HAV) meluncurkan Airlander 10, Airlander 10 merupakan pesawat hybrid rendah karbon  yang diproyeksikan dapat membawa seratus penumpang. 

Emisi karbon dari pesawat jenis ini 90% lebih sedikit, hal ini dikarenakan kombinasi daya angkat apung dari helium, gaya angkat aerodinamis dan dorong vektor. Jet Airlander 10 akan tersedia pada 2025 dan untuk versi full listrik dari pesawat ini akan diluncurkan pada 2030. 

Tentu hal ini menunjukan bahwa meskipun pada implementasinya penggunaan pesawat listrik masih mengalami berbagai kendala karena kapasitas dan minimnya teknologi untuk memfasilitasi baterainya. Tetapi, masih ada berbagai pilihan lain untuk menekan dampak perubahan iklim akibat penerbangan dengan menjajaki kemungkinan lain yang bisa mewujudkan penerbangan ramah lingkungan seperti hidrogen dan sejenisnya. 

Editor: Himatul Azqiya

Referensi
[1] Dampak Buruk Penerbangan untuk Perubahan Iklim

[2] 5 Negara Pemberi Subsidi Kendaraan Listrik, China hingga Jerman

[3] Bisakah Penerbangan Jarak Jauh Ramah Lingkungan? Harus Bisa!

[4] Pesawat Listrik Terbesar Dunia Sukses Terbang untuk Pertama Kali

[5] Ongkos Pesawat Listrik hanya Rp 84 Ribu, Minat?

[6] Kemenhub: Transportasi Udara Sumbang 2 Persen Emisi Gas Rumah Kaca

[7] Terbang dengan Pesawat Bertenaga Listrik?

[8] Industri Pesawat Tenaga Listrik Dibangun di Kabupaten Siak, Nilai Investasi Mencapai Rp150 Triliun

[9] Pesawat listrik: bagaimana penerbangan jarak dekat bisa dilakukan dengan baterai

[10] Ada Pesawat 90% Rendah Karbon, Katanya Cocok Buat Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment

  1. Wow, awesome weblog structure! How long have you been running a blog for?
    you made blogging look easy. The full look of your website
    is magnificent, as neatly as the content! You can see
    similar here najlepszy sklep