Keberhasilan MV Iriana dan Produksi Kapal Listrik di Indonesia

Kapal Listrik Pertama di Indonesia, MV Iriana. Source https://www.beritasatu.com
  • Data IEA (International Energy Agency) menyatakan kapal pengirim barang berkontribusi terhadap emisi karbon global. Oleh karenanya diperlukan kapal yang Ramah lingkungan
  • MV Iriana merupakan kapal listrik pertama produksi Indonesia, kapal ini sudah beroperasi hampir enam tahun.
  • Kini Indonesia sedang menjajaki kerjasama pembuatan kapal listrik penangkap ikan dengan Denmark

Kapal laut pengirim barang internasional  memberikan dampak serius terhadap pemanasan global melalui emisi karbon yang dihasilkannya. Data IEA (International Energy Agency) menyebutkan sebanyak 644 juta metrik ton karbon dioksida yang dihasilkan oleh kargo laut secara global pada tahun 2020. Pada saat yang sama kargo laut menyumbang 2% terhadap emisi karbon global dari pembakaran energi.

Secara umum kargo laut berdampak positif bagi perekonomian dan untuk mendistribusikan barang di hampir seluruh negara. Penggunaan kargo laut untuk pengiriman barang juga dilakukan secara masif di Indonesia, terlebih Indonesia merupakan jalur utama pelayaran kapal-kapal internasional. Akibatnya, Indonesia juga mengalami dampak lingkungan dari kargo laut. 


Baca juga


MV Iriana, Kapal Angkut Listrik Pertama Buatan Indonesia

Awak Kapal Mv Iriana. Source https://www.infopublik.id

Sebagai upaya  untuk menekan emisi yang disebabkan oleh kapal pengangkut barang yakni dengan menggunakan kapal listrik. Indonesia telah mempunyai kapal  listrik buatan dalam negeri yakni MV Iriana, kapal ini telah dirancang pada 2017 lalu dan sudah beroperasi sejak 2018.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani Paris Agreement pada 2016 lalu, hal ini membuat Indonesia harus patuh terhadap ketentuan yang berlaku di dalamnya, termasuk pengurangan emisi sebesar 29%.

Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya sebagai bentuk implementasi dari Paris Agreement, terutama sektor kemaritiman. Sektor kemaritiman menjadi bagian penting untuk pemenuhan target penurunan emisi karbon. 

Menurut Basilio Dias Araujo, Deputi Bidang Koordinasi Kemaritiman, Indonesia mempunyai 39.510 kapal kargo dan 171.754 kapal penangkap ikan yang terdaftar secara nasional. Sebagian besar dari jumlah ini merupakan kapal kargo dan kapal penangkap ikan.

Disamping itu sebanyak 200.000 armada dunia berlayar di tiga Selat strategis Indonesia yakni Selat Sunda, Selat Malaka dan Selat Lombok. Basilio menegaskan pelayaran kapal internasional di tiga selat ini dapat menghasilkan jutaan ton CO2. 

Meskipun  mayoritas emisi disebabkan oleh kapal internasional, namun dengan hadirnya MV Iriana ini tentu dapat meminimalisir jumlah emisi yang dihasilkan oleh kapal pengangkut barang di Indonesia. 

Kapal angkut MV Iriana ini dibuat oleh PT Sumber Marine Shipyard. Kapal ini dipakai untuk mengangkut barang yang kini sedang disewa oleh perusahaan semen Holcim.  Kapal ini merupakan kapal listrik pertama di Indonesia. Selain mesin yang diimpor dari Jepang, seluruh komponen kapal MV Iriana ini merupakan buatan dalam negeri. 

Dari segi biaya operasional kapal listrik memiliki biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kapal konvensional lain. Bahkan kapal listrik dapat menghemat energi 10-20% dibandingkan kapal konvensional. 

Kapal MV Iriana juga dilengkapi dengan dua generator besar dan dua generator kecil. Dua generator besar masing-masing mempunyai tenaga 1.720 kw, Generator besar ini menggunakan bahan bakar MFI (Marine Fuel Oil) dan juga generator kecil dengan tenaga 560 kw. 

MV Iriana mempunyai ukuran panjang 117 meter, lebar 25,5 meter,  tinggi 7,9 meter, kedalaman air 6,3 meter dan kecepatan 10 knot. 

Sudah hampir enam tahun kapal listrik MV Iriana beroperasi dan tidak ada kendala yang berarti. Hal ini membuktikan bahwa kualitas kapal listrik buatan dalam negeri juga mempunyai kualitas yang bagus. Indonesia harus terus mendorong produksi kapal listrik buatan dalam negeri sebagai bentuk komitmennya menurunkan emisi global, terutama yang disebabkan oleh aktivitas kapal laut pengangkut barang. 


Baca juga


Geliat Indonesia dalam Mengembangkan Kapal Listrik

Pertemuan Menter Bappenas dan Menteri Kerja sama Pembangunan dan Nordik Denmark, membahas kerja sama kapal listrik. Source https://www.kompas.com

Untuk mewujudkan ekonomi biru dan melaksanakan komitmen Indonesia dalam menjaga lingkungan, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melakukan berbagai langkah seperti melalui kerja sama bilateral. Keberhasilan MV Iriana merupakan sebuah tolak ukur bahwasanya Indonesia mampu untuk melakukan transisi dari kapal konvensional ke kapal listrik.

Pada Oktober 2021 lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjajaki kerjasama pemanfaatan inovasi kapal listrik dan perikanan tangkap dengan Denmark. Hal ini disampaikan Menteri KKP, Wahyu Trenggono dalam penyebrangan dari Sonderborg ke Aeroskobing. Menurut Wahyu pemanfaatan tenaga listrik sesuai dengan prinsip ekonomi biru yang ramah ekologi dan mendukung kesejahteraan. 

Menurut Dubes Indonesia untuk Denmark, Dewi Savitri, Indonesia dan Denmark punya karakter yang sama sebagai negara maritim, oleh karenanya penting untuk membangun konektivitas laut. Dewi juga menyampaikan harapannya agar nantinya kerjasama kedua negara untuk pengembangan kapal listrik dapat saling menguntungkan. 

Banyak pihak memprediksi peluang keberhasilan operasional kapal listrik di Indonesia cukup tinggi, hal ini dikarenakan banyaknya rute penerbangan antar pulau dan wilayah perairan yang luas. 

Rencana kerjasama pembuatan kapal listrik Indonesia-Denmark semakin terlihat dalam Pertemuan G20 pada September 2022 lalu yang digelar di Bali.

Menteri Bappenas, Soeharso Monoarfa melakukan pertemuan internal dengan Menteri Kerja Sama Pembangunan dan Nordik Denmark. Dalam pertemuan ini Soeharso mengatakan keinginannya untuk kerjasama dalam mengembangkan kapal listrik.

Meskipun emisi yang terjadi di Indonesia mayoritas disebabkan oleh kapal pengangkut internasional, akan tetapi langkah signifikan pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon akibat aktivitas kapal. 

Tantangan Kapal Listrik

Opsi untuk melakukan transisi dari transportasi konvensional menuju transportasi elektrik di seluruh moda sedang diupayakan karena dianggap mampu mengatasi masalah perubahan iklim yang saat ini berlangsung, termasuk opsi untuk penggunaan kapal listrik. 

Namun, pada faktanya penggunaan kapal listrik juga memiliki berbagai kelemahan. Pertama, perbedaan jangkauan antara mesin diesel dan baterai. Mesin dengan bahan bakar bensin atau fosil memiliki kepadatan energi 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan baterai lithium, oleh karena itu diperlukan baterai berukuran besar untuk bisa mengimbangi kemampuan mesin dengan bahan bakar bensin atau fosil. 

Selain itu, meskipun harga baterai lithium-ion terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, namun biaya awal produksi untuk mesin berbasis listrik lebih mahal dari pada mesin berbahan bakar fosil. 

Referensi

[1]  Kargo Laut Internasional Sumbang 2% Emisi Karbon Global pada 2020

[2] Penurunan Emisi Karbon di Sektor Maritim

[3] MV Iriana, Kapal Listrik yang Siap Membelah Laut Indonesia

[4] Kisah Sukses Pembangunan Kapal MV Iriana Patut Ditiru

[5] Gandeng Denmark, KKP Jajaki Kapal Listrik untuk Perikanan Tangkap

[6] Kapal Listrik Bertenaga Surya, Masa Depan Perjalanan Ramah Lingkungan?

[7] Indonesia Tertarik Kerja Sama Kembangkan Kapal Listrik dengan Denmark

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *