Dahlan Iskan Sebut PLN Harus Dorong Energi Geotermal Melalui Investor

  • PT PLN (Persero) kurang welcome atau terbuka terhadap investor energi hijau (green energy)
  • PLN tidak bisa lagi menutup mata untuk memberdayakan transisi ke energi hijau secepat mungkin. Hal ini dikarenakan Presiden Joko Widodo telah menurunkan titah agar PLN wajib beralih ke sektor energi hijau.
  • Menurutnya, PLN akan menyambut baik energi hijau hanya jika sumbernya berasal dari air (PLTA) atau panas bumi (PLTPB). Namun, untuk saat ini terkendala tidak ada investor baru untuk energi panas bumi atau geotermal.

Permasalahan energi kini memang menjadi perhatian khusus di seluruh dunia. Dampak yang dihasilkan dalam beberapa tahun terakhir seperti perubahan iklim sangat menyita perhatian publik.

Berangkat dari situ, pemerintah Indonesia selalu berupaya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi bersih agar dapat diterapkan secara luas di Indonesia. Geotermal atau panas bumi digadang-gadang menjadi tulang punggung pemerataan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia selalu dibahas dalam perencanaan ini.

Mantan menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan PT PLN (Persero) kurang welcome atau terbuka terhadap investor energi hijau (green energy). Pasalnya, ia menyebut investasi energi hijau, terutama solar cell, bakal menambah kesulitan keuangan perseroan.

Tentu hal ini mengakibatkan PLN menjadi lebih kesulitan dalam finansial karena harus membeli listrik dari investor green energy dengan harga lebih mahal. Selain itu katanya, tindakan seperti itu diduga dilakukan PLN karena green energy belum dapat diandalkan dalam memenuhi beban puncak pemakaian listrik untuk masyarakat Indonesia.

Baca juga:



“Sudah jadi omongan umum: PLN kurang welcome pada investor green energy. Orang PLN sendiri mendengar omongan negatif seperti itu. Tapi apa hendak di kata: orang PLN lebih membela kelangsungan hidup PLN sendiri dari pada membela investor,” ujar Dahlan Iskan melalui blog pribadinya, Disway, Rabu (8/12).

Menurutnya, PLN akan menyambut baik energi hijau hanya jika sumbernya berasal dari air (PLTA) atau panas bumi (PLTPB). Namun, untuk saat ini terkendala tidak ada investor baru untuk energi panas bumi atau geotermal.

Kalaupun memang ada, Dahlan Iskan menyebutkan pasti harganya selangit dan tidak worth it untuk diterapkan. Bahkan biayanya lebih tinggi 150% jika dibandingkan dengan membangun operasional PLTU.

Terdapat pula masalah lainnya, yakni lokasi pembangunan panas bumi yang besar atau luas dan sudah dikuasai oleh BUMN minyak bumi, PT Pertamina (Persero).

“Untuk geotermal dan PLTA, PLN pasti welcome. Harga listriknya bisa lebih murah dari batu bara. Itu karena geotermal tidak memerlukan bahan bakar. Tidak perlu beli batu bara setiap hari. Bahan bakar geotermal adalah panas gratis dari magma gunung berapi,” tegas Beliau.

Dahlan Iskan juga menilai bahwa PLN tidak bisa lagi menutup mata untuk memberdayakan transisi ke energi hijau secepat mungkin. Hal ini dikarenakan Presiden Joko Widodo telah menurunkan titah agar PLN wajib beralih ke sektor energi hijau.

Ia menduga pemerintah juga sudah tahu jika energi hijau akan semakin menyulitkan PLN karena hanya akan menambah listrik di siang hari ketika suatu perusahaan kelebihan daya. Sementara, di malam hari saat PLN butuh, (beberapa) energi hijau tidak bisa menghasilkan listrik. Oleh karena itu, Dahlan mengaku turut putar otak mencari solusi efektif yang bisa ditawarkan. Ia mengklaim ada dua solusi yang bisa diambil.

Pertama, Pertamina harus turut ambil bagian dengan segera mengerjakan seluruh potensi atau operasional geotermal yang sudah dimiliki.

Baca juga:



“Pertamina memang sudah mengerjakan beberapa lokasi, tapi masih ada yang belum. Dari yang belum itu Pertamina bisa menyumbang green energy sekitar 3.000 MW yang tentu akan menguntungkan negara, PLN, dan Pertamina sendiri,” tambah Dahlan.

Kedua, perlu dibangun energi biomasa khusus dari kelapa sawit. Dahlan menyebut yang jadi tantangan adalah menyatukan seluruh anak buah Jokowi, dari menteri perdagangan, menteri perindustrian, menteri ESDM, hingga menteri keuangan.

Dahlan optimis biomasa dari sawit bisa jadi jawaban alternatif karena Indonesia adalah rajanya komoditas ini. Ia mencatat produksi minyak sawit terbesar dunia ada di RI, tak kurang dari 53 juta ton per tahun.

zonaebt.com

Renewable Content Provider

#zonaebt #sebarterbarukan #geotermal #PLN #Pertamina #DahlanIskan

Referensi:

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211210171038-85-732602/dahlan-iskan-sebut-pln-kurang-welcome-ke-investor-green-energy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *