PLN Upayakan Transformasi Batu Bara Jadi Biomassa hingga Tahun 2025

Batu bara masih menjadi sumber energi konvensional yang umum dipakai hingga saat ini. Pada tahun 2019, tercatat batu bara masih menghasilkan sekitar 37% dari listrik dunia, dan juga memasok sebagai bahan bakar lainnya. Negara-negara ini akan membutuhkan investasi besar untuk mengalihkan industri dan sektor energi mereka ke sumber yang lebih bersih.

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau disingkat PLN direncanakan akan mengganti penggunaan batu bara dengan energi biomassa (co-firing) sebagai pembangkit tenaga listrik mendatang. 10 hingga 20 persen porsi batubara hingga pada tahun 2025 akan digantikan menjadi biomassa. Co-firing sendiri memiliki arti yaitu proses pembakaran dari dua atau lebih material bahan bakar berbeda yang dioperasikan secara bersamaan.

Menurut keterangan tertulis (10/12/2021) oleh EVP Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha Putra, harapannya adalah 3 sampai 6 persen bauran energi terbarukan pada tahun 2025 berasal dari energi biomassa.

Baca juga: 

Hal ini merupakan salah satu wujud dari PLN untuk mendorong masuknya energi bersih dan net zero emission dalam listrik berkapasitas 35 ribu Megawatt (MW). Selain itu, PLN juga berupaya untuk mengganti PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang tidak tersambung dengan sistem kelistrikan skala besar di wilayah terpencil dengan memanfaatkan energi biomassa.

Untuk pemanfaatan PLTS atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya sendiri masih mendominasi untuk bauran energi terbarukan di masa mendatang karena segudang potensinya. PLN menargetkan pemanfaatan PLTS dengan total kapasitas 2 hingga 4 Giga Watt (GW). Sementara PLN akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau PLTB dengan total kapasitas 600 MW.

Berikutnya, ada rencana pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP dengan kapasitas 1,4 Giga Watt (GW) dan hidro 4,9 GW. Semua upaya inilah yang bakal dipercepat hingga pada tahun 2025 mendatang.

Baca juga: 

Menurut Edwin, beragam inisiatif tersebut membuat PLN berhemat dari sisi pengeluaran belanja modal atau capex. Sehingga, PLN mampu turut mendorong target porsi energi bersih 23% dalam bauran energi pada 2025 yang dicanangkan pemerintah.

Selain itu, ada pula Fahmy Radhi selaku pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada menyebut bahwa sebagian pembangkit dengan energi terbarukan tidak bisa memasok listrik secara berkelanjutan. Sementara jika harus berkolaborasi atau berbagi beban dengan pengembangan listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP), pemerintah harus membuat regulasi serta kebijakan insentif yang menarik bagi investor. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam merealisasikan bauran energi tahun 2025. Saat ini, terdapat sekitar 65% pembangkit adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU dari batu bara, dengan harga jual listrik paling murah.

Sementara itu, negara Polandia, Vietnam, Chili dan ratusan negara lain berjanji menghentikan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (PLTU) dan berhenti membangun pembangkit listrik baru. Kesepakatan Yang disampaikan tuan rumah KTT COP 26 pada Kamis (4/11/2021) itu akan mengikat 190 negara untuk berhenti menggunakan bahan bakar batu bara. 

Menghentikan penggunaan batu bara sebagai pembangkit tenaga listrik dipandang penting untuk mencapai target iklim yang disepakati secara global.

Mengutip Natural Resources Defense Council (NRDC), penelitian terakhir menerangkan bahwa terdapat banyak bentuk biomassa khususnya yang berasal dari hutan menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi berdasarkan bahan bakar fosil.

Sumber energi ini juga menaruh konsekuensi negatif dalam biodiversitas. Meski demikian, sejumlah bentuk energi biomassa memberikan jejak karbon yang lebih kecil dalam situasi yang tepat.

zonaebt.com

Renewable Content Provider

#zonaebt #sebarterbarukan

Referensi:

https://bisnis.tempo.co/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 Comment