- Bioenergi secara keliru dianggap sebagai netral karbon dan banyak negara yang semakin mengandalkan biomassa hutan untuk mencapai tujuan net zero emission.
- Di masyarakat dekat lokasi produksi biomassa, banyak laporan mengenai asap tebal dan tumpukan kayu yang membara.
- UE mengubah Petunjuk Energi Terbarukan, dengan menyatakan bahwa akan terus menggunakan biomassa, tetapi dengan memperketat kriteria keberlanjutan.
Ada kontroverisi dan tantangan pembakaran kayu untuk produksi energi biomassa. Selama ratusan milenium, manusia bergantung pada kayu sebagai sumber bahan bakar dasar yang dapat diandalkan. Saat ini, upaya untuk menumbuhkan ketergantungan tersebut dalam menghadapi lanskap energi yang terus berkembang semakin meluas. Namun, upaya ini juga menimbulkan kontroversi.
Banyak ilmuwan dan aktivis lingkungan mempertanyakan klaim industri ini untuk menawarkan sumber energi bersih dan terbarukan yang sangat dibutuhkan bumi. Namun, nyatanya upaya menciptakan energi bersih dan terbarukan melalui biomassa kayu ini tidak sedikit menyebabkan dampak yang tidak baik.
Lebih dari 650 ilmuwan mendesak para pemimpin dunia untuk berhenti membakar pohon untuk menghasilkan energi. Hal tersebut harus dihentikan karena menghancurkan habitat berharga satwa liar.
Keraguan Biomassa sebagai Karbon Netral
Biomassa telah dipromosikan sebagai sumber energi netral karbon oleh industri, beberapa negara dan pembuat undang-undang dengan dasar bahwa emisi yang dikeluarkan dari pembakaran kayu dapat diimbangi dengan karbon dioksida yang diambil oleh pohon yang ditanam untuk menggantikan pohon yang dibakar.
Namun masih terdapat keraguan serius di antara banyak ilmuwan mengenai kredibilitasnya yang netral karbon, terutama ketika pelet kayu dibuat dengan menebang seluruh pohon, dan bukan menggunakan produk limbah kayu. Dibutuhkan waktu hingga satu abad agar pohon dapat tumbuh cukup untuk mengimbangi karbon yang dilepaskan.
Penebangan pohon untuk bioenergi mengakibatkan pelepasan karbon yang seharusnya tersimpan di hutan kaya karbon. Hal ini akan meningkatkan emisi dan menciptakan ‘hutang karbon’, yang baru terbayar beberapa dekade atau bahkan berabad-abad kemudian jika pohon-pohon tersebut ditanam kembali.
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2018 dan sebuah surat terbuka kepada UE yang ditandatangani oleh hampir 800 ilmuwan, pembakaran kayu untuk energi juga tidak efisien. Hal ini disebabkan biomassa diketahui melepaskan lebih banyak karbon dioksida per unit energi dibandingkan batu bara atau gas.
Baca Juga
- Transitioning from Traditional Biomass Energy to Contemporary Biomass Energy
- The Dilemma of Indonesia’s Energy Plantation Forest Development for Biomass Raw Materials
CO2 ini secara teoritis diserap kembali oleh pohon-pohon baru. Namun, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa ketergantungan pada biomassa sebenarnya dapat meningkatkan emisi tepat pada saat dunia perlu mengurangi emisi secara drastis dan mencapai tujuan menjadi net zero emission pada tahun 2050.
Dampak Masyarakat Lokal
Di masyarakat dekat lokasi produksi biomassa, banyak laporan mengenai asap tebal dan tumpukan kayu yang membara. Antara tahun 2014 dan 2018, penduduk setempat melaporkan kebakaran dan ledakan di delapan dari lima belas fasilitas manufaktur pelet kayu terbesar di negara tersebut.
Menurut Dogwood Alliance, sekitar 65 persen populasi di sekitar lokasi tersebut di Carolina Utara adalah orang-orang kulit berwarna. Lalu, pendapatan sekitar seperempat dari penduduk tersebut berada di bawah tingkat kemiskinan.
Laporan tahun 2018 oleh Proyek Integritas Lingkungan (EIP) menemukan bahwa setidaknya sepertiga pabrik pelet kayu di Amerika Serikat mengeluarkan polusi dalam jumlah ilegal, seperti senyawa organik yang mudah menguap, partikel, jelaga, dan nitrogen oksida. Bahan kimia tersebut menghasilkan udara yang berkabut dan berkontribusi terhadap penyakit paru-paru.
Dan lebih dari separuhnya belum melakukan pengendalian polusi yang diwajibkan atau gagal menjaga emisi di bawah batas legal. Misalnya, antara tahun 2016 dan 2021, pabrik Enviva di Sampson County menerima lima pelanggaran kualitas udara dari Departemen Kualitas Lingkungan (DEQ) Carolina Utara.
Kemudian di Richmond County pada tahun 2019, SELC dan EIP menantang DEQ mengenai izin kualitas udara yang dikeluarkan untuk pabrik Enviva di sana. Gugatan tersebut menyatakan bahwa badan tersebut meremehkan jumlah polusi yang dilepaskan dari pabrik sehingga memungkinkan Enviva untuk mengabaikan pengendalian polusi udara yang ketat dan melanggar Undang-Undang Udara Bersih.
Enviva menyelesaikan kasus ini dan setuju untuk memasang teknologi tambahan untuk mengurangi emisi senyawa organik yang mudah menguap. Namun, Frost mengatakan bahwa hal ini hanya memberikan sedikit penghiburan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik dan tidak banyak mengimbangi dampak lingkungan secara keseluruhan dari produksi pelet kayu.
Masa Depan Biomassa
Dalam industri biomassa, pembakaran kayu untuk menghasilkan energi diposisikan sebagai kekuatan penting dalam membentuk kembali sistem energi. Para pendukung, seperti Jennifer Jenkins, Chief Sustainability Officer di Enviva, berpendapat bahwa sumber biomassa yang berkelanjutan berfungsi sebagai alat penting untuk memitigasi krisis iklim. Dengan menyediakan energi rendah karbon dengan potensi emisi negatif, biomassa dianggap sebagai komponen penting untuk mengatasi tantangan lingkungan.
Meskipun beberapa ilmuwan menyoroti manfaat karbon dan kehutanan dari pembakaran kayu untuk energi, sifat netralitas karbon biomassa ini masih penuh dengan nuansa dan kontroversi. Adanya pengelolaan hutan berkelanjutan, dengan klaim bahwa penanaman kembali pohon dapat mengimbangi emisi karbon seiring berjalannya waktu, masih diimbangi dengan munculnya kekhawatiran mengenai keberlanjutan praktik pengelolaan hutan dan potensi dampak lingkungan dari produksi biomassa.
Baca Juga
- Biomass is Useful as an Energy Source for Steam Power Plants
- Menuju Transisi Energi : Woodpellet atau Batu Bara?
Pada bulan Juli, Uni Eropa melakukan amandemen penting terhadap Petunjuk Energi Terbarukan, yang menggambarkan komitmennya terhadap pemanfaatan biomassa, sekaligus menegaskan komitmen untuk memperketat kriteria keberlanjutan. Hal ini terutama mencakup pelarangan eksplisit penggunaan biomassa yang berasal dari hutan primer dan hutan dengan keanekaragaman hayati tinggi, yang menandai langkah yang disengaja untuk memperkuat keberlanjutan ekologi dalam sektor biomassa.
#zonaebt #serbaterbarukan #ebtheroes
Editor: Rewinur Alifianda Hera Umarul
Referensi:
[1] Biomass Is Promoted as A Carbon Neutral Fuel. but Is Burning Wood A Step in The Wrong Direction?
[2] Stop Burning Trees to Make Energy, Say 650 Scientists Before Cop15 Biodiversity Summit
[3] A Burning Question: Throw Wood on The Fire for 21st-Century Electricity?