Ekowisata Mangrove dan Masa Depan Energi Berkelanjutan

Ilustrasi Ekowisata Mangrove. Sumber : suaraindonesia.co.id
  • Ekowisata mangrove dirancang untuk menciptakan keseimbangan di lingkungan dengan memanfaatkan mangrove berkelanjutan.
  • Pengembangan energi panas dan angin menciptakan potensi ekonomi dan edukasi. Listrik yang dapat digunakan untuk kebutuhan listrik bagi masyarakat sekitar pesisir.  
  • Komunitas Surabaya Astronomi Club salah satu komunitas yang ikut kontribusi dalam pelestarian lingkungan.
  • Pengembangan inovasi bisnis berkelanjutan dalam pengelolaan ekowisata mangrove sangat penting dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Halo Sobat EBT Heroes!

Ekosistem pantai menghadapi berbagai ancaman alam, seperti abrasi, badai, dan pasang-surut air laut. Solusi yang efektif untuk melindungi garis pantai adalah penanaman mangrove atau bakau. Menurut Supriharyono (2000), mangrove memiliki dua arti, yaitu sebagai komunitas tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam (pasang-surut air laut) dan sebagai individu spesies. Akar mangrove dapat menahan tanah agar tidak terkikis oleh ombak dan berfungsi sebagai benteng alami untuk mengatasi abrasi. Selain itu, keberadaan hutan mangrove menjadi habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, sehingga berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati.

Mangrove berperan dalam pengembangan energi terbarukan dengan menyediakan sumber daya alam berkelanjutan. Biomassa dari daun, ranting, dan kayu mangrove dapat diolah menjadi biogas dan bioetanol. Selain itu, energi terbarukan seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) juga dapat dikembangkan sebagai alternatif sumber energi.

Selain itu, hutan mangrove juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim karena mampu menyerap karbon dioksida dan membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca.

Baca Juga



Konsep Berdirinya Ekowisata Mangrove di Area Pesisir Pantai

Ekowisata mangrove dirancang untuk menciptakan keseimbangan lingkungan dengan menerapkan prinsip keberlanjutan dalam pemanfaatan mangrove. Konservasi ini bertujuan menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan mendukung keanekaragaman hayati, sehingga dapat memperkuat rantai ekologi yang ada. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dengan memberikan manfaat ekonomi dan budaya bagi masyarakat. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan prinsip konservasi.

Adanya ekowisata ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan wisatawan terhadap pentingnya pelestarian ekosistem pesisir. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan workshop penanaman mangrove dan seminar lingkungan untuk meningkatkan pemahaman tentang peran mangrove dalam perubahan iklim dan keseimbangan ekologi.

Pengembangan energi terbarukan dalam ekowisata mangrove dilakukan dengan memanfaatkan potensi alam di sekitar pesisir. Pengembangan energi hijau dalam ekowisata mangrove dapat dilakukan dengan memanfaatkan panel surya dan turbin angin sebagai sumber energi alternatif.

PLTS di Ekowisata Mangrove Wonorejo. Sumber :  Ekowisata Mangrove Wonorejo

Ekowisata mangrove yang terletak di pesisir pantai dengan paparan sinar matahari tinggi merupakan lokasi ideal untuk pembangkit listrik tenaga surya. Penggunaan panel surya di area ini dapat mengurangi ketergantungan pada listrik berbasis bahan bakar fosil.

Selain itu, penggunaan panel surya dapat menekan biaya operasional dan memungkinkan pengalokasian dana lebih besar untuk pengembangan konservasi serta fasilitas ekowisata. Lokasi pemasangan panel surya bergantung pada kondisi tempat. Di ekowisata mangrove Wonorejo Surabaya, panel surya dipasang di halaman depan agar tidak mengganggu ekosistem hutan mangrove.

Selain itu, energi yang dihasilkan panel surya dapat disimpan dalam baterai penyimpanan agar pasokan listrik tetap stabil. Dengan adanya panel surya, wisatawan juga dapat memperoleh edukasi tentang teknologi energi bersih.

PLTA di Ekowisata Mangrove Wonorejo. Sumber :  Ekowisata Mangrove Wonorejo

Selain panel surya, turbin angin juga dapat dikembangkan di kawasan ekowisata mangrove karena lokasinya di pesisir pantai yang memiliki kecepatan angin stabil.

Sistem energi di kawasan ini dikembangkan secara hybrid dengan menggabungkan panel surya dan turbin angin agar lebih efisien. Turbin angin dipasang pada tiang tinggi dan ditempatkan jauh dari flora serta fauna di hutan mangrove agar tidak merusak fasilitas wisata maupun ekosistem mangrove.

Pengembangan energi angin memiliki potensi ekonomi dan edukasi. Listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pesisir. Wisatawan yang berkunjung juga dapat memperoleh edukasi tentang turbin angin dan penerapan energi hijau.

Potensi Ekowisata Mangrove

Ekowisata mangrove memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam bidang pariwisata berkelanjutan, mencakup aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Dalam pelestarian ekosistem pesisir, mangrove dapat menyerap dan menyimpan karbon, sehingga berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. Selain itu, mangrove berperan dalam melindungi pesisir dari abrasi, meredam gelombang tinggi, serta menyaring sampah dari aliran sungai agar tidak langsung masuk ke laut atau pantai.

Dalam aspek energi terbarukan, pemanfaatan panel surya dan turbin angin dapat mendukung keberlanjutan lingkungan tanpa merusak ekosistem mangrove.

Pengembangan ekowisata mangrove membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar. Semakin banyak wisatawan yang berdatangan, semakin berkembang pula usaha jasa wisata seperti pemandu, transportasi, serta produksi olahan mangrove dan makanan di sekitar dermaga.

Beberapa kawasan konservasi mangrove belum memiliki homestay, tetapi hampir semuanya menyediakan wisata edukasi, seperti pengenalan dan penanaman mangrove.

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi mangrove, serta melibatkan mereka dalam pengelolaan wisata, dapat membantu mengurangi praktik jual-beli lahan ilegal, penebangan liar, dan perburuan satwa di kawasan konservasi.

Baca Juga



Implementasi Ekowisata Mangrove

Implementasi pengembangan ekowisata perlu dilakukan melalui kolaborasi berbagai pihak untuk memastikan keberlanjutan konservasi. Salah satu bentuk kolaborasi ini adalah penanaman mangrove oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama Balai Taman Nasional Berbak Sembilang (BTNBS) dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS).

Mereka telah menanam lebih dari 900 ribu batang bibit mangrove dari jenis Rhizophora spp. dan Avicennia spp. Tujuan program ini tidak hanya untuk melestarikan lingkungan dan mengembangkan ekowisata, tetapi juga untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dalam bidang pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan mangrove.

Pale Blue Dot Bersama Surabaya Astronomi Club. Sumber : public.3.basecamp.com  

Selain bekerja sama dengan pemerintah, komunitas lokal dan akademisi juga dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan. Beberapa kampus maupun sekolah melakukan riset untuk mengembangkan mangrove demi keberlanjutan konservasi.

Sementara itu, komunitas lokal juga turut berperan, seperti yang dilakukan oleh Surabaya Astronomi Club pada 22 Februari 2025 dalam program Pale Blue Dot dengan menanam 50 batang bibit mangrove. Meskipun kontribusinya terbilang kecil, aksi ini tetap memberikan dampak positif bagi lingkungan. Bibit yang ditanam diperkirakan memiliki tingkat keberhasilan tumbuh hingga 70% hingga menjadi pohon mangrove yang besar.

Dari aspek infrastruktur, konsep ekodesain mencakup strategi pengolahan limbah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Wisatawan diedukasi untuk membawa botol minum sendiri dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Baca Juga



Inovatif Bisnis Berkelanjutan di Ekowisata Mangrove

Pengembangan inovasi bisnis berkelanjutan dalam pengelolaan ekowisata mangrove sangat penting dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, sektor swasta, dan masyarakat lokal dapat mendukung infrastruktur serta memperluas akses pasar bagi usaha ekowisata.

Penerapan ekodesain dalam pembangunan ramah lingkungan juga menjadi faktor penting dalam ekowisata mangrove. Hal ini tidak hanya berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim, tetapi juga menjaga ekosistem sebagai penyerap karbon.

Dengan demikian, pengelolaan ekowisata mangrove yang berkelanjutan dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat lokal serta melindungi ekosistem mangrove untuk generasi mendatang.

#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *