6 Kriteria Green Building dan Contoh Bangunan di Indonesia

Ilustrasi Green Building. Sumber: climateaction.africa
  • GBCI merupakan sebuah lembaga yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan.
  • Kriteria dari Green Building terdiri atas enam yaitu ASD, EEC, WAC, MRC, IHC, dan BEM.
  • Salah satu contoh Green Building di Indonesia adalah Masjid Istiqlal Jakarta.

Sebuah bangunan dapat disebut sebagai Green Building ternyata tak semudah mempercantik bangunan tersebut dengan warna hijau ataupun memperbanyak tanaman. Sebuah bangunan harus memenuhi beberapa kriteria untuk bisa dikategorikan sebagai Green building. Di Indonesia sendiri, ada sebuah lembaga bernama Green Building Council Indonesia (GBCI) yang mendorong terciptanya bangunan-bangunan hijau ramah lingkungan ini.

Apa Itu GBCI?

GBCI merupakan sebuah lembaga yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBCI merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 97 negara dan masing-masing memiliki satu GBC. GBCI sendiri didirikan pada tahun 2009 dan salah satu programnya adalah menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut Greenship.

Baca Juga



6 Kriteria Green Building

6 Kriteria Green Building
6 Kriteria Green Building. Sumber: bangunesia.com

Kriteria dari Green Building terdiri atas enam. Mereka adalah ASD, EEC, WAC, MRC, IHC, dan BEM. Berikut penjelasan dari masing-masing kriteria:

1. ASD

Kriteria ASD meninjau pemilihan lahan gedung yang memperhatikan keberlanjutan dan ramah lingkungan. Sebagian besar alokasi lahan yang ada saat ini dipakai untuk bangunan gedung, oleh karena itu penggunaan lahan yang tepat untuk membangun gedung memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan, terutama dampak negatifnya. Padahal, jika pengguna dan pengelola gedung dapat menggunakan gedung dengan bijak, dampak negatif tersebut bisa dihilangkan atau dibalik menjadi dampak positif. Maka dari itu, kategori ini akan menekankan pada keberadaan gedung untuk meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.

2. EEC

Kriteria EEC meninjau seberapa efisien dan konservatif energi yang digunakan di bangunan tersebut. Efisiensi energi merupakan pendekatan yang dilakukan melalui pemanfaatan atau pemakaian teknologi yang membutuhkan energi lebih rendah dalam melakukan fungsi yang sama seperti penggunaan lampu dan peralatan listrik yang hemat energi. Konservasi energi adalah perilaku yang dapat dilakukan untuk mencapai penghematan energi seperti mematikan lampu dan peralalatan elektrik saat tidak digunakan, menyetel Air Conditioning (AC) pada temperatur yang nyaman dan tidak terlalu dingin.

3. WAC

Kriteria WAC meninjau seberapa hemat dan konservatif penggunaan air di suatu bangunan. Penggunaan air bersih yang berlebihan ditambah dengan perilaku pencemaran merupakan bagian dari penyebab degradasi kualitas dan kuantitas air. Meskipun pembaruan kualitas dan kuantitas air dapat diperoleh melalui proses hidrologi, Proses ini tidak akan mampu menyediakan air bersih jika pencemaran air dan penggunaannya yang berlebihan dilakukan secara terus-menerus. Kualitas air menjadi lebih cepat rusak daripada kemampuan alam untuk memulihkan kualitas air.

4. MRC

Kriteria MRC meninjau mengenai penggunaan material bahan bangunan. Bahan bangunan sebaiknya menggunakan bahan yang ramah lingkungan untuk mencegah kerusakan ekologis. Materi yang digunakan juga bisa berupa materi bekas atau daur ulang. Selain itu, Kriteria MRC juga meninjau dampak global yang berkaitan dengan material yang digunakan.

5. IHC

Kriteria IHC meninjau masalah kesehatan dan kenyamanan dari suatu bangunan. Meskipun kita menggunakan energi secara efisien bukan berarti kita harus mematikan atau tidak menggunakan lampu dan mengurangi kenyamanan kita dalam beraktifitas. Untuk pencahayaan ruangan alangkah baiknya untuk direncanakan agar bisa menggunakan pencahayaan dari matahari lebih banyak daripada penggunaan lampu. Perencanaan ini bisa dilakukan salah satunya dengan penggunaan jendela yang besar dan menghadap matahari agar cahayanya bisa masuk ke ruangan. 

Sirkulasi udara juga harus diperhatikan supaya ruangan tidak terasa pengap dan panas untuk dihuni. Bekerja di tempat yang gelap dan pengap dapat menyebabkan pusing, iritasi mata, kegamangan, lelah dan sesak napas yang memengaruhi kesehatan kita. Oleh karena itu kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan juga harus dipikirkan dalam membangun sebuah bangunan hijau ramah lingkungan.

Baca Juga



6. BEM

Terakhir Kriteria BEM meninjau bagaimana manajemen lingkungan di sekitar bangunan. Untuk menciptakan operasional gedung yang ramah lingkungan, diperlukan manajemen lingkungan bangunan sejak tahap perencanaan desain. Ruang lingkup manajemen lingkungan bangunan mencakup pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan data dan penanganan sejak dini untuk membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau.

Green Building di Indonesia

Masjid Istiqlal sebagai Salah Satu Green Building di Indonesia
Masjid Istiqlal sebagai Salah Satu Green Building di Indonesia. Sumber: written.id

Masjid Istiqlal merupakan salah satu contoh Green Building yang ada di Indonesia. Masjid Istiqlal berhasil meraih sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC) berkat renovasi yang diadakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkat penerapan prinsip green building di Masjid Istiqlal.

Penerapan tersebut antara lain penggunaan lampu LED yang lebih hemat konsumsi energinya, pemasangan solar panel yang berkontribusi terhadap 13% dari total kebutuhan energi di Masjid Istiqlal, sistem Air Conditioner yang lebih hemat energi, dan sebagainya. Selain Masjid Istiqlal, contoh lain yang ada di Indonesia adalah Menara BCA Jakarta, Sequis Center, Sampoerna Strategic Square, Kementerian PUPR, Loreal Indonesia, dan Wisma BCA Foresta.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Annisa Nur Fissilmi Kaffah

Referensi

[1] Inilah Kriteria Green Building

[2] New Building 2.0: Green Building

[3] Konsep Green Building, Kriteria, dan Manfaat Green Building

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 Comment

  1. Wow, incredible weblog layout! How lengthy
    have you ever been running a blog for? you make running a blog look easy.
    The full look of your web site is magnificent, as well as
    the content material! You can see similar here ecommerce

  2. Hi there! Do you know if they make any plugins to help with SEO?

    I’m trying to get my site to rank for some targeted keywords but I’m not seeing very good success.
    If you know of any please share. Thanks! You can read similar blog here: Backlink Portfolio

  3. Oh my goodness! Impressive article dude! Thanks, However I am encountering troubles with your RSS. I don’t understand why I cannot subscribe to it. Is there anybody else having the same RSS issues? Anybody who knows the answer can you kindly respond? Thanks!

  4. Pendapat pribadi saya green building
    Green building atau bangunan hijau adalah konsep yang sangat penting untuk masa depan, terutama dalam menghadapi isu-isu lingkungan seperti perubahan iklim dan krisis energi. Dari sudut pandang pribadi, saya sangat mendukung konsep ini karena manfaatnya yang luas untuk lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan manusia. Berikut adalah beberapa alasan mengapa green building layak diapresiasi:

    Efisiensi Energi
    Bangunan hijau menggunakan teknologi yang hemat energi, seperti panel surya, pencahayaan LED, dan sistem ventilasi yang cerdas. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya energi, tetapi juga menurunkan emisi karbon.

    Pengelolaan Air yang Lebih Baik
    Green building sering mengintegrasikan sistem daur ulang air hujan atau peralatan hemat air, membantu mengurangi pemborosan sumber daya air yang semakin langka.

    Kesehatan dan Kenyamanan Penghuni
    Dengan desain yang memperhatikan sirkulasi udara, pencahayaan alami, dan penggunaan material ramah lingkungan, bangunan hijau menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuninya. Hal ini berdampak positif pada produktivitas dan kualitas hidup.

    Mengurangi Dampak Lingkungan
    Penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, seperti kayu yang bersertifikat atau beton daur ulang, membantu mengurangi limbah konstruksi dan eksploitasi sumber daya alam.

    Investasi Jangka Panjang
    Walaupun biaya awal pembangunan green building mungkin lebih tinggi, investasi ini biasanya terbayar melalui penghematan energi dan pemeliharaan yang lebih rendah.

    Namun, tantangan yang ada seperti kurangnya kesadaran masyarakat, biaya awal yang tinggi, dan regulasi yang belum merata di beberapa negara perlu diatasi untuk memaksimalkan adopsi konsep ini. Dengan edukasi dan dukungan pemerintah, saya optimis bahwa green building dapat menjadi standar di masa depan.
    Secara pribadi, saya melihat green building sebagai langkah konkret yang sangat relevan untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Konsep ini tidak hanya menjawab kebutuhan manusia akan ruang tinggal dan kerja, tetapi juga memberikan solusi untuk mengurangi dampak negatif terhadap bumi.

    Saya merasa bahwa green building adalah cara untuk menunjukkan tanggung jawab kita terhadap lingkungan. Dengan mengadopsi desain yang hemat energi, memanfaatkan sumber daya terbarukan, dan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, kita tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan ruang yang lebih sehat bagi diri sendiri dan generasi mendatang.

    Selain itu, green building juga mencerminkan inovasi dalam arsitektur dan teknologi. Hal ini memberi peluang bagi masyarakat untuk berkreasi dengan solusi kreatif seperti atap hijau, dinding hidup (vertical garden), atau sistem pengolahan air yang mandiri. Namun, tantangan utamanya adalah tingginya biaya awal dan kesadaran masyarakat yang belum merata. Meski demikian, saya percaya bahwa manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar daripada tantangan yang ada.

    Bagi saya, green building bukan hanya sebuah tren, tetapi investasi masa depan yang mampu menciptakan kehidupan yang lebih berkelanjutan dan harmonis dengan alam.

  5. Your style is very unique in comparison to other people I’ve read stuff from. I appreciate you for posting when you have the opportunity, Guess I will just bookmark this site.