Deforestasi: Ketika Si Penyerap Karbon yang Terus Terdegradasi

Ilustrasi Deforestasi atau Degradasi Hutan. Sumber: Pixabay

  • Deforestasi di Indonesia mengurangi kemampuan hutan sebagai penyerap karbon, mempengaruhi ekonomi dan menyebabkan perubahan iklim ekstrem yang berdampak buruk pada sektor pertanian.
  • Menurut data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), luas hutan Indonesia berkurang dari 125,76 juta hektare menjadi 102,53 juta hektare pada tahun 2022 akibat penebangan hutan dan reklasifikasi area.
  • Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi laju deforestasi yang tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), namun pengawasan dari masyarakat tetap diperlukan untuk memastikan kebijakan pelestarian hutan dijalankan.

Kita sering mendengar bahwa hutan adalah paru-paru dunia. Indonesia adalah salah satu negara dengan wilayah hutan yang luas. Hutan Indonesia kaya akan sumber daya alam, sehingga banyak pihak yang kemudian melakukan eksploitasi. Namun, eksploitasi hutan untuk industri menuai banyak kritik karena menyebabkan deforestasi. Penebangan hutan dan alih fungsi hutan untuk industri menyebabkan protes karena dampaknya yang multidimensional, terutama terhadap lingkungan.

Perlu diketahui bahwa deforestasi adalah salah satu aktivitas yang menimbulkan jejak karbon. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V1), deforestasi berarti penebangan hutan. Ada beberapa alasan di balik deforestasi, seperti penebangan kayu untuk komersial dalam skala besar, alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit, lahan untuk pabrik, hingga area pemukiman. Mungkin Anda pernah mendengar berita tentang hutan di Indonesia yang berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Deforestasi ini menimbulkan dampak seperti erosi, menurunnya biodiversitas, masalah sosial, dan peningkatan emisi karbon/efek rumah kaca.

Keterkaitan antara Deforestasi dan Jejak Karbon

Potret Global Warming atau Pemanasan Global. Sumber: Pixabay

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Nomor 30 tahun 2019, deforestasi adalah perubahan permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan akibat kegiatan manusia. Deforestasi menyebabkan dampak multidimensional. Penggundulan hutan dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, terutama bagi hewan yang kehilangan habitatnya. Deforestasi juga menyebabkan perubahan iklim yang ekstrem karena peningkatan emisi karbon. Oleh karena itu, deforestasi disebut sebagai salah satu penyebab jejak karbon. Bayangkan dampak yang ditimbulkan jika deforestasi dilakukan secara tidak bertanggung jawab.

Hutan merupakan penyerap karbon terbesar di dunia. Hutan memiliki fungsi strategis sebagai penyerap gas karbon di atmosfer. Oleh karena itu, jika deforestasi meningkat, pelepasan gas karbon ke atmosfer juga meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan gas rumah kaca dan pemanasan global. Akhirnya, bumi akan semakin panas dan perubahan iklim semakin ekstrem.

Saat ini, kita merasakan dampak langsung dari perubahan iklim yang ekstrem. Di beberapa daerah, bahkan terjadi gelombang panas (heat wave). Musim panas atau kemarau juga menjadi lebih panjang, meningkatkan potensi bencana kekeringan, gagal panen, dan kelaparan. Meningkatnya suhu bumi karena peningkatan gas rumah kaca dan pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub, sehingga volume air laut juga naik. Deforestasi yang menurunkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon dapat menyebabkan efek domino dalam kehidupan manusia.

Baca Juga



Efek Deforestasi secara Multidimensional

Ilustrasi Hutan Adat. Sumber: Freepik

Di awal, kita sudah membahas dampak lingkungan dari degradasi hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon. Deforestasi juga berdampak pada masyarakat. Di Indonesia, masih ada suku-suku yang hidup dan tinggal di hutan. Mereka mengandalkan hutan untuk mencari makan. Anda mungkin mengenal istilah hutan adat. Bagi mereka, hutan tidak hanya tempat tinggal dan mencari makan tetapi juga kawan.

Beberapa waktu lalu, kita mendengar perwakilan suku dari Pulau Papua yang melakukan protes di depan Mahkamah Agung untuk melindungi hutan mereka. Selain itu, para pejuang lingkungan dan perwakilan suku meminta pemulihan hak-hak yang dirampas serta pembatalan izin perusahaan sawit. Ini menunjukkan bahwa hutan memiliki peran penting bagi sebagian masyarakat. Dapat dibayangkan bagaimana kehidupan masyarakat adat jika hutan mereka dirampas dan dialihfungsikan.

Hutan yang berperan sebagai penyerap karbon tidak hanya mencegah bencana ekologis akibat deforestasi. Deforestasi juga mempengaruhi siklus ekonomi, meningkatkan suhu permukaan bumi, dan menyebabkan perubahan iklim ekstrem yang berdampak pada sektor pertanian. Perubahan musim yang tidak stabil berdampak buruk pada pemenuhan kebutuhan pokok. Beberapa waktu lalu, kita mengalami fenomena El-Nino yang membuat musim panas atau kemarau berkepanjangan, akibatnya musim tanam padi mundur dan terjadi kekeringan.

Secara ekonomi, hal ini mengurangi pasokan bahan pokok dan meningkatkan inflasi. Jika perubahan iklim tidak ditangani secara serius, bisa terjadi bencana kelaparan. Ini akan menjadi masalah besar jika pemerintah tidak mengindahkan kelestarian hutan dan meningkatnya angka deforestasi.

Bagaimana dengan Hutan Indonesia?

Ilustrasi Grafik Peningkatan. Sumber: Freepik

Menurut zonaebt.com dari web resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan terluas di dunia. Dengan kawasan hutan yang luas, dapat dibayangkan kekayaan sumber daya alam hayati yang terkandung di dalamnya. Namun, saat ini, kawasan hutan di Indonesia tidak dalam keadaan baik. Kita sering mendengar berita mengenai penebangan hutan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk dialihfungsikan menjadi perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu, di musim kemarau, sering terdengar berita kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Baca Juga



Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hutan Indonesia meliputi daratan seluas 125,76 juta hektare. Namun, dengan berbagai peristiwa deforestasi, luas tersebut kemungkinan sudah berkurang. Menurut data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), pada tahun 2022, luas hutan di Indonesia menjadi 102,53 juta hektare. Dibandingkan dengan tahun 2018, luas hutan tersebut berkurang 1,33 juta hektare atau 0,7%. Ini adalah angka yang cukup besar, dan Pulau Kalimantan menjadi wilayah dengan kehilangan hutan paling banyak.

Luas hutan yang hilang di Pulau Kalimantan mencapai 526,81 hektare pada periode tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penyebab pengurangan hutan dalam laporan Sistem Terintegrasi Neraca Lingkungan dan Ekonomi Indonesia 2018-2022 adalah peristiwa alam, penebangan hutan, dan reklasifikasi area hutan. Di sisi lain, pemerintah Indonesia menyatakan komitmennya untuk mengurangi laju deforestasi yang tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) pada September 2022. Namun, sebagai rakyat Indonesia, kita masih perlu mengawasi kebijakan pemerintah terkait pelestarian dan penggunaan lahan hutan.

#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Savira Oktavia

Referensi:

[1] Apa Itu Deforestasi? Ini Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

[2] Deforestasi dan Kehilangan Tutupan Hutan: Dampak terhadap Siklus Karbon, Siklus Air, dan Habitan Hewan

[3] Hutan Indonesia Berkurang 1,3 Juta Hektare dalam 5 Tahun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *