Co-firing Hanya Menjadi Rencana Jangka Pendek?

Co-firing mengurangi konsumsi batu bara dan limbah namun bukan solusi utama masalah iklim yang lebih kompleks.
sumber pln.co.id
  • Co-firing merupakan langkah membuat biomassa untuk menggantikan batu bara dalam produksi listrik.
  • Co-firing ini selain mengurangi konsumsi batu bara juga menjadi salah satu upaya mengatasi limbah biomassa.
  • Co-firing tidak bisa dianggap sebagai solusi utama dalam masalah iklim yang lebih kompleks.

Co-Firing: Solusi Sementara atau Jawaban untuk Masalah Lingkungan?

Co-firing mengurangi konsumsi batu bara dan limbah namun bukan solusi utama masalah iklim yang lebih kompleks.
sumber greenlivinganswers.com

Peningkatan co-firing dengan mencampurkan biomassa ke dalam pembakaran batubara, mungkin dianggap sebagai langkah kecil yang dapat sedikit mengurangi emisi karbon dan mengurangi limbah biomassa. Namun, ini bukanlah solusi yang mampu menyelesaikan masalah lingkungan secara menyeluruh. Co-firing berfokus pada efisiensi jangka pendek dengan mengurangi konsumsi batubara. 

Tetapi, co-firing masih bergantung pada pembakaran energi fosil yang pada akhirnya tetap melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. Pada titik ini, co-firing hanya berfungsi sebagai “penutup luka” yang tidak menyelesaikan akar masalah utama, yaitu ketergantungan yang berkelanjutan pada bahan bakar fosil yang merusak ekosistem global

Meskipun benar bahwa mengurangi emisi karbon, co-firing dapat memberikan sedikit perbaikan lokal. Kenyataannya adalah bahwa energi fosil tetap menjadi “monster yang tak terbendung” yang terus menggerogoti keberlanjutan planet ini. Biomassa, meskipun lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan batubara, tetap memerlukan lahan, air, dan energi untuk diproduksi. 

Baca Juga



Pada skala yang lebih besar, penggunaan biomassa dapat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian, deforestasi, dan penurunan keanekaragaman hayati. Akibatnya, hal ini justru memperburuk kondisi lingkungan yang seharusnya kita perbaiki. Dengan kata lain, meskipun ada pengurangan emisi melalui proses co-firing, dampak negatif yang lebih luas terhadap ekosistem tetap terjadi.

Selain itu, co-firing seharusnya tidak dianggap sebagai solusi utama dalam mengatasi perubahan iklim dan krisis energi. Ini lebih tepat disebut sebagai solusi jangka pendek yang bersifat kompromistis, di mana masih cenderung mengandalkan teknologi yang tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah yang ada.

Mengandalkan co-firing sebagai model energi masa depan, sama saja dengan mengabaikan potensi energi terbarukan yang jauh lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti tenaga surya, angin, atau geotermal. Energi-energi tersebut dapat menghasilkan pasokan listrik yang bersih, tanpa harus bergantung pada pembakaran bahan bakar yang pada akhirnya memperburuk jejak karbon global.

Co-firing di Masa Mendatang Apakah Akan Berubah?

Merupakan sebuah kehilangan kesempatan jika kita hanya mengandalkan co-firing dalam jangka panjang, tanpa berinvestasi dalam inovasi dan transisi yang lebih substansial menuju energi bersih. Di dunia yang semakin sadar akan urgensi pengurangan emisi gas rumah kaca, mengandalkan co-firing hanya akan mengurangi sedikit dampak negatif dari pembakaran fosil.

Ini adalah pengabaian terhadap kewajiban kita untuk beralih ke solusi yang lebih radikal dan berkelanjutan. Kebanggaan kita seharusnya bukan terletak pada langkah-langkah bertahap yang masih melibatkan bahan bakar fosil, tetapi pada keberanian untuk memutuskan hubungan dengan energi fosil dan sepenuhnya beralih ke teknologi hijau yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang.

Untuk mewujudkan dunia bebas karbon, kita harus berani berpikir melampaui model energi yang lama. Oleh karena itu, Sobat EBT Heroes, sangat penting bagi kebijakan energi global untuk fokus pada pengembangan dan implementasi sumber energi terbarukan yang benar-benar dapat menghilangkan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Pada akhirnya, meskipun co-firing mungkin memberikan sedikit perbaikan dalam mengurangi limbah dan emisi, kita harus menyadari bahwa ini hanyalah jalan pintas yang tidak menyelesaikan masalah inti.

Manfaat Co-Firing Biofuel

Co-firing mengurangi konsumsi batu bara dan limbah namun bukan solusi utama masalah iklim yang lebih kompleks.
sumber voi.id

Setelah merinci argumen mengenai co-firing, penting untuk melihat manfaat yang ada dan mengingat alasan mengapa ini diterapkan. Secara garis besar, perubahan ini merupakan langkah perlahan dari pemerintah dalam upaya mencapai nol emisi.

1. Mengurangi Emisi Karbon

Dengan mencampurkan biomassa ke dalam pembakaran batubara, co-firing dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂), karena biomassa dianggap sebagai sumber karbon netral (karbon yang dilepaskan berasal dari karbon yang diserap tanaman selama pertumbuhannya).

Baca Juga



2. Memanfaatkan Limbah

Co-firing memungkinkan penggunaan limbah pertanian dan limbah biomassa lainnya sebagai sumber energi, membantu mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku.

3. Meningkatkan Keberlanjutan Energi

Co-firing adalah cara transisi yang lebih mudah dan murah menuju penggunaan energi yang lebih berkelanjutan tanpa harus mengganti infrastruktur pembangkit listrik yang ada.

Langkah Sementara dalam Transisi Energi, Bukan Solusi Utama

Peningkatan co-firing memang bisa dianggap sebagai langkah kecil yang bermanfaat untuk mengurangi limbah dan sedikit menurunkan emisi karbon. Namun, ini tidak bisa dianggap sebagai solusi utama dalam mengatasi masalah lingkungan dan perubahan iklim. Meskipun co-firing mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan mencampurkan biomassa, proses ini masih melibatkan pembakaran batubara atau energi fosil lainnya, pada akhirnya tetap melepaskan emisi karbon ke atmosfer.

Selain itu, menggunakan biomassa sebagai campuran bahan bakar fosil tidak mengatasi akar masalah, yaitu ketergantungan pada energi berbasis fosil yang merusak lingkungan. Sebagai langkah transisi, co-firing bisa memberi sedikit perbaikan, namun untuk mencapai pengurangan emisi yang signifikan dan berkelanjutan, diperlukan peralihan yang lebih mendalam ke sumber energi terbarukan yang sepenuhnya ramah lingkungan, seperti energi surya, angin, atau geotermal.

Dengan kata lain, co-firing bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan krisis energi, tetapi hanya merupakan opsi sementara yang tidak cukup untuk menyelesaikan masalah secara menyeluruh.

zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi

https://fwi.or.id/co-firing-bukan-solusi-perubahan-iklim-mengancam-hutan/

https://ugm.ac.id/id/berita/2998-co-firing-solusi-alternatif-tingkatkan-energi-termal/

https://www.forestdigest.com/detail/2189/co-firing-pltu-biomassa

https://sains.kompas.com/read/2013/04/05/19264229/Masalah.Perubahan.Iklim.di.Indonesia.dan.Solusi.Antargenerasi

https://mediaindonesia.com/internasional/466065/kerusakan-iklim-dan-krisis-sosial-perlu-diantisipasi-bersama

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *