
- Keadaan lingkungan hidup kita yang semakin hari semakin mengkhawatirkan membuat pemerintah di berbagai negara di seluruh dunia mulai mencari langkah preventif.
- Sudah banyak kebijakan, peraturan, dan regulasi yang diterapkan demi menekan angka gas rumah kaca yang semakin hari membuat bumi ini semakin panas.
- Kita secara individual pun dapat berkontribusi dalam mencapai bumi kita yang bebas gas rumah kaca, dengan mendaur ulang sampah kita sehari-hari.
Seperti yang Sobat EBT Heroes ketahui, hari-hari kita selalu diiringi oleh terciptanya sampah, baik itu sampah pribadi, rumah tangga, sampai limbah industri yang secara terus menerus mencemari lingkungan hidup kita. Tanpa kita sadari, sampah-sampah tersebut jika tidak diolah dengan cara yang benar atau hanya dibiarkan saja di tempat pembuangan akhir akan menghasilkan gas-gas, seperti metana dan karbon dioksida. Selain itu, kita juga sering menjumpai orang-orang yang suka membakar sampah, yang mana dari proses pembakaran itu akan menghasilkan zat-zat, seperti karbon monoksida, arsenik, dan formaldehida.
Dengan membiarkan sampah itu menumpuk dan tidak diolah dengan baik, maka akan memperburuk situasi perubahan iklim saat ini, di mana suhu di bumi semakin meningkat yang mengakibatkan melelehnya bongkahan es di kutub sehingga air laut semakin tinggi, cuaca yang semakin tidak menentu, badai berkepanjangan, dan juga kekeringan yang membuat susah masyarakat yang membutuhkan akses air bersih.
Peristiwa-peristiwa ini tak lain dan tak bukan adalah didalangi oleh jejak karbon yang sampai saat ini berbagai macam negara di seluruh dunia berupaya keras untuk bisa mencapai target bebas emisi karbon sesuai dengan yang ditentukan oleh perjanjian Paris di tahun 2015
Namun, yang harus lebih diperhatikan lagi adalah jejak karbon ini meliputi seluruh lapisan masyarakat di seluruh belahan dunia, karena sejatinya setiap kegiatan dan aktivitas kita selalu menghasilkan jejak karbon.
Sudah banyak sekali tindakan, kebijakan, dan peraturan yang diadopsi oleh banyak pemerintahan di dunia yang mulai condong menuju keberlanjutan seperti pengadaan kendaraan listrik baik umum maupun pribadi, percepatan pembangunan fasilitas pembangkit listrik bertenaga angin, matahari, dan lain sebagainya, serta penerapan pajak karbon yang membuat semua lapisan masyarakat harus bijak dalam mengonsumsi barang yang sekiranya dapat menghasilkan jejak karbon pencemar udara.
Akan tetapi, tahukah sobat EBT heroes kalau upaya yang juga tak kalah besarnya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ternyata dapat kita lakukan secara individu, dari rumah kita sendiri loh! yaitu dengan mendaur ulang sampah kita sehari-hari. Bagaimana daur ulang dapat mengurangi jejak karbon? Yuk kita simak bersama.
Baca juga
Daur Ulang sebagai Langkah Pertama Mengurangi Jejak Karbon

Daur ulang sendiri bukanlah hal asing bagi kita semua dan penerapannya pun sangat sederhana, semudah kita mengolah kembali gelas plastik bekas yang sudah kita gunakan agar dapat memiliki nilai guna kembali seperti mengubahnya menjadi tempat pensil, vas bunga, dan pot untuk tanaman rumah.
Dengan menerapkan perilaku ini, kita sudah ikut berpartisipasi dalam mengurangi limbah plastik yang mana jika sampah plastik terus diproduksi, lalu menumpuk dan dibiarkan terus-menerus, maka akan semakin banyak menimbulkan emisi karbon.
Oleh karena itu, salah satu hal yang krusial dalam pengurangan jejak karbon adalah dengan daur ulang. kita bisa memulainya dengan mengurangi pembelian barang yang banyak menggunakan plastik, selalu membawa tas belanja, dan mengolah kembali bahan-bahan yang sudah tidak terpakai. Dari sini kita bisa melihat bahwa kegiatan daur ulang ini akan menekan jumlah sampah yang dihasilkan serta menurunkan emisi gas rumah kaca dalam memproduksinya.
Banyak Cara untuk Mendaur Ulang Sampah
Dalam hal mendaur ulang, ada istilah yang Namanya 3R, yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Ketiga prinsip ini menjabarkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat sampah dan limbah yang kita hasilkan sehari-hari dapat kita kurangi atau kita olah agar dapat digunakan kembali dan juga bernilai ekonomis bagi masyarakat.
Reduce, atau mengurangi adalah dengan kita mengurangi penggunaan barang-barang yang ketika sudah tidak digunakan akan menjadi sampah yang berpotensi menjadi pencemar bagi lingkungan.

Misalnya, kita mengurangi penggunaan kantong plastik dengan menggunakan tas belanja yang dapat digunakan berkali-kali. Jika hal ini secara luas diterapkan oleh masyarakat di seluruh dunia, maka jumlah limbah plastik yang menumpuk di tempat pembuangan sampah pun akan berkurang.
Selain itu, jumlah sampah plastik yang tersebar lalu menjadi pencemar lingkungan pun juga akan semakin berkurang sehingga berbagai macam dampak buruk yang ditimbulkan oleh pencemaran sampah plastik pun dapat dihindari.
Prinsip kedua adalah reuse, yang merupakan menggunakan kembali bahan yang masih bisa dipakai. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sampah dan menghemat sumber daya energi dalam memproduksi suatu barang.
Beberapa contohnya adalah pakaian yang sudah tidak terpakai bisa digunakan kembali menjadi kain lap, mengubah sampah plastik seperti botol bekas, pipa paralon tak terpakai menjadi barang yang memiliki nilai guna seperti pot bunga, hiasan lampu, dan media menanam tanaman hidroponik.
Lalu yang terakhir adalah recycle, atau mendaur ulang. Merupakan sebuah istilah yang sudah tidak lagi asing di telinga kita, bukan? Prinsip yang satu ini mendaur ulang sampah dan barang yang tak terpakai agar dapat memiliki nilai guna dan ekonomis.

Misalnya, sampah kertas yang dihasilkan dari koran, buku, dan majalah bekas dapat dikumpulkan lalu diolah menjadi kertas baru yang dapat dijual kembali sebagai produk bernilai jual.
Selain itu, limbah plastik pun dapat di daur ulang menjadi berbagai macam barang yang sangat berguna dan bernilai jual tinggi. Seperti mengolah limbah plastik menjadi barang kerajinan tangan seperti tas, mainan anak, dompet, keranjang buah, lampu hias yang jika dijual harganya cukup bersaing. Untuk sebuah produk tas hasil daur ulang sampah plastik saja dapat dihargai dari kisaran Rp. 20.000 hingga Rp. 200.000 loh!
Tentunya hal ini sangat menguntungkan. Bayangkan sampah yang tadinya tidak terpakai dan hanya menjadi pengotor serta pencemar bagi lingkungan, bisa menjadi suatu barang bernilai jual.
Baca juga
- Is Methane Potential Cause Greenhouse Effect after Carbon?
- 3 Cara Efektif Mereduksi Timbulan Sampah di Indonesia
Sebuah Pencapaian Besar Dimulai dari Langkah Kecil
Memang pada saat ini dunia sedang gencar mencari solusi bagaimana cara agar di tahun 2050 dunia bisa menjadi bebas gas rumah kaca yang membuat suhu di bumi menjadi semakin panas, dan pemerintah di berbagai negara pun saling bahu membahu dalam membentuk sebuah kebijakan agar semakin peduli terhadap lingkungan.
Namun, sebuah pencapaian besar tentunya tidak pernah datang secara tiba-tiba, bukan? Selalu dimulai dari langkah kecil yang kita lakukan sehari-hari, dari kebiasaan kita membuang sampah, membeli barang kebutuhan, hingga ke mana kita bepergian juga sangat berpengaruh bagi kelestarian lingkungan.
Prinsip 3R yang sudah kita bahas tadi merupakan sebuah patokan dari apa yang dapat kita lakukan demi mengurangi jumlah limbah pencemar bagi lingkungan yang tentu saja sangat berpengaruh bagi tingginya jumlah gas rumah kaca di bumi ini, dengan memahami setiap makna dari prinsipnya, Kita pun juga dapat berperan besar dalam upaya mengurangi gas rumah kaca.
Ditambah lagi, jika kita mengenalkan prinsip ini kepada orang-orang terdekat kita seperti keluarga dan tetangga di lingkungan rumah kita, maka tentunya akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan betapa pentingnya memperhatikan kelestarian lingkungan dari kebiasaan kita sehari-hari.
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Editor: Adhira Kurnia Adhwa
Referensi:
[1] Reducing Carbon Footprints
[2] The Powerful Impact of Recycling in Reducing Global Carbon Emissions
[3] Emisi Gas Rumah Kaca, Fungsi, serta Dampak yang Ditimbulkan
[4] Prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Dalam Pengolahan Sampah
[5] Mengurangi Jejak Karbon Melalui Pengelolaan Sampah dan Limbah