Peralihan Hutan Alam Menjadi Kebun Sawit, Stok Karbon Menurun

Full frame shot of trees growing outdoors. Sumber: Freepik.com
  • Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya hutan yang luas. Namun, seiring berjalannya waktu, luas hutan di Indonesia kini semakin menurun.
  • Praktik deforestasi yang banyak dilakukan di Indonesia adalah dengan mengalihkan fungsi dari hutan hujan menjadi perkebunan sawit.
  • Terdapat penurunan pada angka stok karbon yang dipicu dengan adanya perubahan lahan hutan rawa sekunder menjadi perkebunan sawit.

Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya hutan yang luas. Namun, seiring berjalannya waktu, luas hutan di negara ini terus berkurang. Ada banyak faktor pendukung yang menyebabkan luas hutan semakin menurun, salah satunya  adalah pertumbuhan penduduk yang pesat dan persebarannya yang tidak merata, sehingga tingkat kebutuhan lahan semakin tinggi. Akibatnya, seringkali mengorbankan kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 

Dengan pertumbuhan pendudukan yang pesat, kebutuhan akan bahan pangan semakin meningkat, sehingga memaksa masyarakat untuk memperluas wilayah perkebunan dengan mengambil lahan hutan dan mengabaikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan. Perubahan tutupan lahan ini sangat berkaitan dan berdampak signifikan pada perekonomian, terutama di sektor pertanian, pariwisata dan layanan pemerintahan.

Baca Juga:



Alih fungsi lahan ini biasanya dilakukan untuk pemukiman, pertanian, industri atau perkebunan. Proses perubahan tutupan lahan ini biasa disebut dengan deforestasi. Jika dilakukan secara terus menerus, maka akan mempengaruhi keseimbangan ekologis wilayah tersebut, seperti mengurangi fungsi daerah aliran sungai, mengancam ketersediaan sumber daya alam, dan mengancam keberadaan aneka ragam hayati.

Apabila deforestasi dilakukan secara berkelanjutan, maka akan berdampak pada berbagai hal, termasuk perubahan iklim karena hutan memainkan peran penting dalam menyerap karbon melalui proses yang disebut dengan fotosintesis. Ketika hutan ditebang, karbon yang sudah terserap oleh pohon, akan dilepaskan ke atmosfer sebagai karbon dioksida yang berkontribusi pada pemanasan global.

Di Indonesia, praktik deforestasi yang banyak dilakukan adalah dengan mengalihkanfungsikan hutan hujan menjadi perkebunan sawit. Hal ini disebabkan karena sektor ini banyak diminati oleh sebagian pebisnis. Indonesia juga menetapkan target perluasan perkebunan sawit dari tahun 2005 hingga 2025 dengan luas mencapai 120-140 hektar per tahun. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, luas kebun sawit bertambah sebesar 600-700 ribu hektar.

Dampak Deforestasi Terhadap Sejumlah Stok Karbon

Seperti yang kita tahu bahwa hutan memainkan peran yang vital terhadap lingkungan kita. Salah satu manfaat yang dapat kita rasakan adalah hutan dapat menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Oksigen ini dihasilkan melalui proses fotosintesis di mana karbon dioksida diserap sebagai bahan utamanya.

Hutan alami mempunyai ekosistem kompleks yang berperan krusial sebagai penyerap karbon global dan penghasil oksigen yang berkualitas. Tidak hanya oksigen saja, hutan akan menyimpan karbon dalam bentuk biomassa. Manfaat ini dapat kita rasakan seperti hasil dari pohon-pohon di hutan seperti buah dan kayunya. Dengan adanya ekosistem hutan yang masih alami dan terjaga ini, karbon global yang terserap oleh hutan dapat menangkal dampak pemanasan global dalam jangka waktu yang berkepanjangan dan menyimpan cadangan karbon atau C-stock yang penting.

Cadangan karbon adalah jumlah karbon yang disimpan dalam ekosistem hutan, termasuk dalam tanah dan biomassa. Cadangan karbon ini mencakup karbon organik yang terkandung dalam biomassa tumbuhan, tanah, dan bahan organik lainnya. Pengukuran cadangan karbon hutan dilakukan dalam satuan ton karbon per hektar (tonC/ha), sedangkan fluks karbon diukur dalam ton karbon per hektar per tahun (tonC/ha/tahun). 

Oil palm plantation. Sumber: freepik.com

Adanya perubahan lahan dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit menyebabkan adanya perubahan jenis tutupan lahan, yang berakibat pada perubahan komposisi biomassa terestrial. Dampak peralihan fungsi hutan menjadi perkebunan sawit terhadap stok karbon ini tenyata sangat signifikan. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah, menunjukkan adanya penurunan stok karbon.

Penelitian ini mengamati data dari tahun 2013 hingga 2023. Pada tahun 2013, total stok karbon di Kabupaten Seruyan mencapai 168,9 juta ton, sedangkan pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 162,9 juta ton. Penurunan sebesar 5,9 juta ton ini berkaitan dengan perubahan lahan hutan rawa sekunder menjadi perkebunan sawit.

Penanggulangan Deforestasi

Dari penjelasan di atas, deforestasi berdampak signifikan pada stok karbon dan berkontribusi pada perubahan iklim ekstrem. Penurunan stok karbon menyebabkan peningkatan emisi karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer. Tanpa pengelolaan yang tepat, seperti pembakaran biomassa yang tidak terkendali, dampak negatif ini akan semakin memperburuk kondisi di masa depan.

Strategi untuk mengurangi emisi karbon dengan cara melibatkan pemeliharaan dan pemulihan stok karbon. Tujuannya adalah untuk memastikan ekosistem dapat menyimpan karbon secara optimal. Implementasi praktik pengelolaan lahan dan air yang berkelanjutan harus didukung oleh langkah-langkah restorasi yang juga melibatkan partisipasi masyarakat.

Horizon with trees and clear sky. Sumber: Freepik.com

Beberapa langkah untuk mengatasi deforestasi, termasuk pengelolaan hutan yang berkelanjutan, terutama pada hutan hujan tropis, serta penanaman kembali hutan yang telah ditebang. Oleh karena itu, dukungan pemerintah sangat penting, termasuk meningkatkan perlindungan dan kepastian hukum terkait hak atas tanah dan akses ke sumber daya.

Memperkuat tata kelola lahan yang bertanggung jawab dan adaptif dengan perencanaan tata guna lahan yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dapat meningkatkan serapan karbon dioksida. Pemerintah berperan penting dalam memfasilitasi kerjasama antara sektor bisnis dan masyarakat dalam pengelolaan dan penggunaan lahan.



Dengan adanya dukungan tersebut, pemerintah dapat menciptakan lingkungan yang mendorong partisipasi aktif sektor bisnis dan masyarakat dalam upaya perlindungan lingkungan. Kolaborasi pemerintah-swasta adalah kunci untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong praktik bisnis berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, pemerintah dapat bersama-sama mengembangkan kebijakan yang mendukung penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah  ramah lingkungan, dan peningkatan efisiensi energi.

#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes #makintahuIndonesia

Editor: Savira Oktavia

Referensi:

[1] Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Jumlah Stok Karbon dan Penanganan Berkelanjutan

[2] Peluang Pengembangan Kepala Sawit di Indonesia: Perspektif Jangka Panjang 2025

[3] Hutan sebagai Penyimpan Stok Karbon harus Tetap Dijaga Kelestariannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 Comment

  1. Só gostaria de dizer que seu artigo é tão surpreendente A clareza em sua postagem é muito legal e posso presumir que você é um especialista neste assunto. Com sua permissão, permita-me pegar seu feed RSS para me manter atualizado com as próximas postagens. Um milhão de agradecimentos e por favor continue o trabalho agradável