Ubah Limbah Bekatul Padi Jadi Sesuatu yang Bernilai Tinggi

Sumber : Kompasiana.com
  • Hasil penggilingan dari padi berupa bekatul, yang belum banyak diperhatikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
  • Untuk mengurangi limbah dari bekatul dan lebih meningkatkan manfaat yang jumlahnya berlimpah di masyarakat, yang memiliki daya jual murah atau nilai ekonomis yang rendah, maka bekatul dapat digunakan sebagai bahan makanan campuran pada produk makanan.
  • Mengolah bekatul menjadi bahan pangan merupakan upaya yang cukup potensial dan layak dirintis bahkan dikembangkan oleh masyarakat setempat demi meningkatkan nilai jual produk bekatul itu sendiri maupun bagi pertumbuhan ekonomi mikro setempat.

Peningkatan jumlah penduduk setiap tahun di Indonesia, tentunya diikuti dengan peningkatan konsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Konsumsi beras di Indonesia mencapai 29,57 juta ton per tahun. Nah, beras berasal dari padi yang limbah hasil penggilingannya berupa bekatul. Inilah yang belum banyak diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Bekatul merupakan limbah dalam proses penggilingan gabah dan beras. Bagian ini memang tidak diinginkan terikut pada beras karena selain memperpendek umur simpan beras akibat ketengikan yang ditimbulkannya, juga memperburuk penampilan beras karena warna kecoklatan yang dimilikinya. Bekatul juga dinilai sebagai bahan kurang bermanfaat karena bekatul merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras, sehingga bekatul juga merupakan bahan pangan yang baik untuk manusia.

Meskipun sangat berlimpah di negara Indonesia dan manfaat yang dikandung bekatul cukup baik, pemanfaatan bekatul belum maksimal. Upaya pengembangan bekatul sebagai pangan fungsional masih terhalang beberapa kendala, antara lain kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat kesehatan bekatul, kualitas bekatul yang belum terstandar, serta belum banyak industri hilir yang tertarik untuk mengembangkan bekatul.

Baca Juga


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Meningkatan Pendapatan

Bukan Sekadar Sampah! Cara Memanfaatkan Limbah Sawit Agar Menghasilkan Pundi Rupiah


Kandungan Bekatul

Umumnya bekatul di Indonesia hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Untuk mengurangi limbah dari bekatul dan lebih meningkatkan manfaat yang jumlahnya berlimpah di masyarakat, yang memiliki daya jual murah atau nilai ekonomis yang rendah, maka bekatul dapat digunakan sebagai bahan makanan campuran pada produk makanan.

Bekatul mengandung komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Komponen bioaktif tersebut adalah tokoferol, tokotrienol, oryzanol, senyawa fenolik, dan antosianin.  Bekatul juga kaya akan vitamin B kompleks dan vitamin E. Selain itu, bekatul merupakan sumber mineral yang sangat baik, setiap 100 gramnya mengandung kalsium 500-700 mg, magnesium 600-700 mg, dan fosfor 1.000-2.200 mg. Dengan adanya kandungan – kandungan yang ada di dalam bekatul tersebut oleh karena itu, perlu dilakukan inovasi pengolahan bekatul sebagai bahan makanan, sehingga bisa diterima masyarakat dan berpotensi meningkatkan perekonomian.

Baca Juga


Pemanfaatan Energi Terbarukan di Universitas Negeri Semarang sebagai Penunjang Pendidikan

PT Bukit Asam Melakukan Diversifikasi Bisnis Energi Terbarukan


Produk Olahan Bekatul

Sumber : Cookpad.com

Salah satu produk olahan berbasis bekatul yang inovatif, mudah, dan terkini adalah brownies kukus bekatul, mochi bekatul, bolu bekatul dengan varian rasa, puding bekatul, cookies, dan lain – lain. Mengolah bekatul menjadi bahan pangan merupakan upaya yang cukup potensial dan layak dirintis bahkan dikembangkan oleh masyarakat setempat demi meningkatkan nilai jual produk bekatul itu sendiri maupun bagi pertumbuhan ekonomi mikro setempat.

Tantangan dan Peluang

Sumber : Kompas Health

Sifat bekatul yang tidak stabil memudahkannya  untuk  membentuk  aroma tengik  (off  flavor).  Hal  ini  diakibatkan  oleh kerusakan  kandungan  minyak  pada  bekatul akibat  aktivitas  enzim  lipase,  yang  mampu menghidrolisis  trigliserida  dan  menghasilkan asam   lemak   bebas   yang   sangat   mudah dioksidasi  (Budijanto,  dkk.,  2010). Salah  satu  tantangan  dalam  pengembangan bekatul   adalah   integrasi   sistem   stabilisasi bekatul    pada    lokasi    penggilingan    padi. Semakin  singkat  jeda  waktu  antara  bekatul yang telah diperoleh untuk distabilisasi, maka kemungkinan   terbentuknya   aroma   tengik semakin rendah. Selain itu juga untuk menarik minat masyarakat untuk mengkonsumsi    bekatul    sebagai    pangan fungsional perlu dilakukan strategi pemasaran,  terutama  dengan  menonjolkan manfaat   kesehatannya.   Sebuah   pemetaan dapat   dibuat   untuk   memberikan   informasi mengenai  manfaat  bekatul  dari  jenis  beras tertentu  dengan  target  kesehatan  yang  lebih spesifik.

Untuk peluangnya sendiri, pengembangan bekatul sebagai pangan fungsional masih sangat terbuka. Hal ini dikarenakan angka produksi gabah kering giling  di  Indonesia  mencapai  75,36 juta  ton pada   tahun   2015. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan kandungan yang ada di dalam bekatul merupakan salah satu peluang yang ada untuk memperkenalkan mereka dengan inovasi baru bekatul. Cita rasa yang unik, bahan yang mudah didapat, nilai jual yang terus berkembang serta manfaat yang tinggi adalah keunggulan dari produk bekatul ini.

Untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam bisnis, tidak perlu mengambil sesuatu yang mungkin bisa memberatkan kita sebagai pelaku usaha. Kita perlu menyadari bahwasanya di lingkungan sekitar masih banyak sekali limbah atau peluang yang masih belum optimal. Dengan pola pikir yang kreatif serta inovatif yang mana dapat mengubah limbah menjadi sesuatu yang bernilai jual tanpa mengubah cita rasa dan manfaatnya lebih baik ketimbang kita harus menyalin ide usaha dari orang lain. Seperti halnya bekatul ini, bermodalkan kecil tetapi bisa menghasilkan produk yang bernilai tinggi.

Editor: Himatul Azqiya

Referensi

[1] Pengembangan Bekatul sebagai Pangan Fungsional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment