
- Di India, bunga memiliki nilai spiritual tinggi dan digunakan sebagai persembahan dalam berbagai upacara keagamaan Hindu. Setelah digunakan, bunga-bunga ini sering dibuang ke sungai karena dianggap suci, namun praktik ini menimbulkan pencemaran lingkungan.
- Sekitar 800 juta ton sampah bunga dihasilkan India setiap tahun, belum termasuk sampah persembahan lain seperti makanan dan dupa. Sungai Gangga, yang dianggap suci, menjadi salah satu lokasi pembuangan utama sampah persembahan dan mengalami pencemaran berat.
- Beberapa inisiatif muncul untuk mengolah limbah bunga, seperti mengubahnya menjadi dupa ramah lingkungan, kertas daur ulang, dan pewarna alami. Upaya ini membantu mengurangi beban polusi dan memberdayakan masyarakat sekitar.
India merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Mayoritas masyarakatnya memegang teguh kepercayaan agama, terutama Hindu. Salah satu praktik keagamaan yang umum dilakukan adalah persembahan bunga di kuil.
Dalam kepercayaan Hindu, bunga diyakini sebagai simbol kemakmuran, kebahagiaan, dan pencapaian tujuan hidup. Warna bunga yang cerah dipercaya dapat menyenangkan para dewa dan dewi. Oleh karena itu, banyak masyarakat rela membeli bunga sebagai bagian dari persembahan wajib mereka.
Baca Juga
Meskipun aktivitas ini memiliki makna penting bagi para penganutnya, kekhawatiran mulai muncul akibat volume bunga yang semakin membludak. Banyak dari bunga-bunga tersebut dibuang sembarangan ke sungai atau dibiarkan berserakan di jalan. Hal ini menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan, terutama bagi manusia dan hewan yang tinggal di sekitarnya.
Bunga dan Kepercayaan Agama Hindu
Dalam kepercayaan masyarakat India, terutama penganut agama Hindu, persembahan bunga seperti mawar, lili, dan marigold diyakini sebagai simbol pengabdian kepada para dewa dan dewi. Agama Hindu meyakini bahwa bunga yang telah digunakan dalam ritual tetap dianggap suci dan tidak boleh dicampur dengan sampah lainnya.
Insinyur kimia sekaligus wirausahawan di bidang lingkungan, Parimala Shivaprasad, yang tengah meneliti ekstrak minyak esensial dari limbah bunga, juga membenarkan hal tersebut. Selain dianggap melambangkan kesucian, kuil-kuil di India juga menganggap perairan, termasuk sungai, sebagai tempat suci untuk membuang bunga-bunga tersebut.
“Di mana (kuil) memiliki akses ke sungai dan danau, mereka cenderung membuangnya di air mengalir karena dianggap suci,” ujar Parimala pada BBC.com (21/08/18).

Selain itu, banyak masyarakat India meyakini memasukkan bunga ke tempat sampah adalah suatu hal yang kotor dan tidak suci.
Menurut Parimala, permasalahan bunga ini menjadi tantangan besar untuk lingkungan di masyarakat India. Terutama akan memperparah masalah lingkungan yang sudah ada. Maka dari itu, perlu solusi konkret untuk membantu menyelesaikan limbah bunga ini.
“Jika tidak, mereka (masyarakat) akan mencoba membuangnya ke tempat pembuangan akhir, tetapi jika tidak dapat digabungkan dengan sampah, sampah tersebut akan dibuang di tanah terbuka dan hal ini menyebabkan banyak polusi di sungai, danau, dan daratan,” ucap mahasiswa pascasarjana Universitas Bath itu.
Pencemaran Lingkungan di Sungai India
Dikutip dari laman Theeditor.id (11/02/24), Business Insider mengungkap bahwa, meskipun sampah bunga bersifat mudah terurai oleh alam, berbagai zat kimia sintetis seperti pestisida dapat merusak kualitas perairan.
Bunga memang tumbuhan organik dan dapat terurai, tetapi dengan jumlahnya yang sangat besar, menyebabkan masalah lebih dari itu, seperti polutan dan penyumbatan aliran sungai.
Salah satu pencemaran lingkungan yang terlihat adalah di Sungai Gangga. Bagi masyarakat terutama beragama Hindu, Sungai Gangga dianggap suci. Sehingga berbagai sajian persembahan seperti buah, makanan, dan bunga setelah upacara keagamaan selesai ini dihanyutkan di sepanjang sungai.
Laporan Journal of Environmental Agriculture, mengungkap sekitar 16 persen polutan yang mencemari sungai-sungai di India berasal dari sampah bunga persembahan. Down to Earth, juga mencatat India menghasilkan sekitar 800 juta ton sampah bunga dari persembahan setiap tahunnya.

Bahkan angka ini belum termasuk sampah lain seperti makanan, dupa, atau patung-patung persembahan. Terlebih lagi adanya peningkatan produksi saat hari-hari besar keagamaan atau festival.
Masalah lainnya terkait pencemaran di sungai India adalah limbah yang tidak diolah. Dikutip dalam laman National Geographic News (15/06/19), buku Waste of a Nation mengatakan bahwa hampir 37 miliar liter limbah yang tidak diolah mengalir ke sungai India setiap harinya.
Profesor Assa Doron dan Robin Jeffrey yang menulis buku ini menanggapi bahwa, sekitar 75% polusi Sungai Gangga berasal dari limbah kota seperti, kota kecil, dan desa-desa di sepanjang tepiannya.
Ditambah lagi fakta bahwa lebih dari 30.000 kremasi dilakukan setiap tahunnya, dan 300 metrik ton abunya dibuang ke dalam air. Selain itu, pencemaran dari limbah bunga juga menyasar ke ekosistem perairan, bahkan dapat mempengaruhi kehidupan manusia seperti pencemaran air, dan makanan yang ada.
Daur Ulang Limbah Bunga
Melihat pencemaran terus terjadi dan tanpa solusi yang memadai. Start-up dan LSM lingkungan mulai berkembang di India memanfaatkan limbah-limbah ini untuk menjadi produk yang lebih menguntungkan dan membantu masyarakat.
Seperti Phool.co, perusahaan yang berfokus pada bisnis daur ulang limbah bunga dari Sungai Gangga. Perusahaan ini menawarkan daur ulang bunga untuk dijadikan kertas, dupa, dan pewarna air yang dapat digunakan untuk festival Hindu Holi.
Bunga-bunga yang telah dikeringkan ditumbuk hingga menjadi bubuk. Bubuk bunga itu dicampur dengan bubuk halus, air, dan minyak esensial hingga menyerupai adonan. Terakhir, adonan tersebut direkatkan ke kayu dupa dengan digulung bersamaan.
Tidak hanya ramah lingkungan, Phool.co menggunakan biji selasih sebagai bahan pembungkus dupa. Tujuannya agar setelah dupa habis, bungkusnya bisa disebar ke tanah untuk bisa tumbuh dan tanaman selasih juga dianggap suci dalam agama Hindu.
Baca Juga
Berbeda dengan kebanyakan produk dupa, mereka tidak memasang gambar dewa pada kemasannya. Hal ini dilakukan agar kemasan tersebut tidak dianggap suci sehingga harus dibuang ke sungai kembali.
Perusahaan lain yang melakukan daur ulang adalah Adiv Pure Nature. Start-up ini mengembangkan produksi pakaian dengan pewarna alami dari bunga-bunga persembahan. Bahan baku ini mereka dapatkan secara gratis dari kuil-kuil yang ada dan dapat membantu mengolah sampah yang ada.
Bunga-bunga ini digunakan sebagai corak-corak dalam motif-motif baju mereka. Awalnya kelopak bunga dikeringkan untuk ditempelkan pada kain yang sudah di rendam pada air panas.
Kain-kain tersebut dilipat bersamaan dengan banyak kelopak bunga untuk kemudian dikukus agar mengeluarkan warna dari bunga. Tahap terakhir adalah pengeringan agar coraknya dapat terlihat dan terbentuk sempurna di kain.

Selain itu, banyak yang bisa dilakukan dengan limbah bunga ini, seperti diekstrak sebagai minyak esensial yang dilakukan Parimala Shivaprasad. Ia menyadari bunga organik dapat digunakan banyak hal, mulai dari pewarna, pewangi, bahkan dapat kembali ke tanah sebagai kompos alami.
“Saya ingin mengumpulkan limbah bunga dan mengekstrak minyak esensial dari bagian yang harum, biomassa, lalu mengomposkan sisa biomassa tersebut untuk menghasilkan pupuk organik, dengan tujuan mendaur ulang limbah bunga secara menyeluruh,” akhirinya.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik #MengolahSampah
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi:
[1] My green idea: Recycling India’s floral waste
[3] Terungkap! Sampah Bunga Sesajen di India Ternyata Jadi Masalah Besar
[4] Begini Cara India Mengelola Jutaan Ton Sampah Bunga Persembahan Keagamaan
[5] Mendulang Cuan dari Daur Ulang Limbah Bunga Sungai Gangga